Arah Riak Ripple (XRP)

Aset kripto Ripple (XRP) yang berkapitalisasi pasar hingga US$244 triliun betah bertengger di peringkat ke-3. Karena itu pula banyak investor terus memperhatikan derajat adopsi aset kripto besutan Brad Garlinghouse ini. Maklumlah, sejak awal RippleLabs memang mem-branding XRP lekat dengan bisnis perbankan. Ambisi terkuatnya tak hanya menggantikan sistem transfer uang domestik lintas bank agar lebih cepat, tetapi pula menggeser peran SWIFT sebagai instrumen kirim uang lintas global.

Dengan kata lain Ripple menjual software buatannya agar bisa terpadu dengan sistem bank konvensioal. Maklumlah, blockchain memang sudah terbukti bisa mengirimkan dana dalam jumlah banyak secara cepat dan murah. Ini jauh lebih efisien daripada sistem tradisional, di mana mengirimkan uang lintas negara-lintas bank perlu waktu hingga 3 hari kerja.

Ripple sendiri sudah membuktikan itu, dengan nomimal uang sebesar apapun, biaya transaksi hanya mencapai 200 rupiah dan sampai secara instan dalam hitungan detik.

Di sisi lain, investor dan trader menanti dalam ketidakpastian, apakah Ripple tahun ini mampu menorehkan cuan terbesarnya dan mengulangi masa keemasan sebagaimana yang terjadi pada Januari 2018. Kala itu XRP bertengger di US$3,75. Dengan harga XRP saat ini U$0,4, maka perlu pendorong yang lebih kuat lagi, selain semakin banyaknya jumlah klien korporat yang menggunakan software Ripple.

Sejumlah sumber dan analis di xstreet, express.co.uk, investingpr, berpendapat XRP mampu mencapai US$3-5 pada tahun ini juga. Mungkinkah? Pendekatan masuk akal bisa didekati dengan asumsi bahwa kenaikan harga Bitcoin (XRP) juga akan diikuti oleh kenaikan aset kripto lain, termasuk XRP.

Lihat saja performa XRP dalam 3 bulan terakhir sudah mencapai 45 persen (harga puncak US$0,467 pada 16 Mei 2019. Lalu dalam rentang waktu year to date (ytd), XRP mampu memberikan cuan lumayan hingga 32 persen. Jikalau mengacu pada harga terendahnya, yakni US$0,285, pada 29 Januari 2019, maka posisi labanya terbentuk 63,85 persen. Sekali menjadi catatan penting di sini adalah kenaikan itu turut didorong oleh kenaikan BTC, tetapi ritmenya jelas jauh berbeda.

Ada sisi lain yang perlu dicermati, bahwa sekitar 70 persen dari total supply XRP dipegang oleh para pendiri Ripple sendiri. Skenario terburuk adalah, jika harga XRP di pasar terlalu tinggi atau mereka ingin membukukan keuntungan besar seketika, maka sejumlah unit XRP bisa disebarkan ke pasar. Ini tentu berdampak pada penurunan harga seketika.

Logika lainnya adalah, XRP secara praktis digunakan oleh sistem perbankan, di mana kendati biaya kirim murah, tentu itu dipengaruhi oleh harga XRP di pasar. Artinya, ketika harga XRP terlampau tinggi, secara otomatis biaya kirim juga meningkat. Jelas ini akan menghantam aspek efisiensinya. Sebab, XRP bukanlah jenis stablecoin yang nilainya seperti uang fiat.

Jadi, sebagaimana bentuk investasi di sektor lainnya, keputusan dikembalikan kepada pribadi masing-masing. Aspek trust dan kecermatan memahami perkembangan terkini adalah sebuah kekuatan tersendiri. []

Be the first to write a comment.

Your feedback