Di Venezuela Harga 1 Bitcoin Setara 2 Miliar Rupiah

Harga Bitcoin di negara komunis itu memang tinggi, tetapi harga bahan pokok juga tak murah.

Tingkat kesulitan menambang Bitcoin serupa dengan menambang emas di dunia nyata. Anda perlu modal yang besar, biaya listrik yang tidak murah, dan kartu grafis berspesifikasi tinggi. Semakin tinggi spesifikasi kartu grafis Anda, maka semakin besar peluang Anda mendapatkan imbalan Bitcoin. Itu berbanding lurus dengan biaya listrik yang harus Anda keluarkan. Sebab, spesifikasi yang tinggi perlu daya listrik yang tinggi pula. Artinya faktor biaya listrik adalah segalanya. Jikalau itu sangat murah apalagi nol, Anda hanya perlu duduk santai mendulang bitcoin.

Itu terjadi di Venezuela. Di negara komunis yang sedang mengalami resesi itu, biaya listrik per kWH tak sampai Rp200. Kalau di Indonesia mencapai Rp1.500 per kWH. Secara umum, berdasarkan data dari Elite Fixtures, menambang 1 Bitcoin di Venezuela hanya perlu biaya listrik US$530. Sedangkan di Korea Selatan lebih dari US$26 ribu. Kok bisa?

Pasalnya biaya listrik di Venezuela memang disubsidi oleh Pemerintahnya. Mereka memilik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) raksasa dan terbesar di dunia serta ramah lingkungan.

Di Venezuela harga Bitcoin pun jauh berbeda dengan negara lain, bahkan berbeda dengan harga rata-rata di Coinmarketcap.com. Berdasarkan website localbitcoins.com, harga beli 1 Bitcoin setara dengan 16,5 miliar vef (venezuela bolivar) atau setara dengan 2,2 miliar rupiah. Tapi, jangan heran. Sebab tingkat inflasi di Venezuela pada awal 2018 lebih dari 25 ribu persen. Sangat parah! Bayangkan saja, harga selusin telur di sana, setara dengan 2,8 juta rupiah. Kalau mau beli susu bubuk sekilogram, orang Venezuela perlu duit 9,7 juta rupiah.

Dengan menambang Bitcoin, warga Venezuela memiliki pilihan bertahan hidup. Di tengah ketidakpastian politik dan keamanan di sana, terlebih-lebih faktor sanksi ekonomi oleh Amerika Serikat, menambang Bitcoin adalah pilihan mutlak.

Lalu, bagaimana cara mereka mendapatkan alat penambangan yang harganya juga tidak murah itu. Ya, tentu saja dengan cara diselundupkan dari Tiongkok. Beberapa pasar gelap di sana juga tersedia. Namun, mereka harus menghadapi pihak berwenang yang memang sering merazia kegiatan menambang Bitcoin. Kalaupun ingin dilepas, cukup memberikan uang sogokan kepada polisi atau tentara.

Menambang Bitcoin memiliki peran sentral di ekosistem bitcoin, karena berfungsi untuk memverifikasi dan memvalidasi transaksi, sekaligus menerbitkan Bitcoin yang baru ke dalam sistem. Karena sistem menambang mirip menambang emas di dunia nyata, maka peralatan komputernya juga tidak murah, khususnya spesifikasi kartu grafisnya. Semakin tinggi spesifikasinya, maka semakin cepat melakukan penambangan dan harganya juga tidak murah.

Beberapa produsen, seperti Bitmain membuat alat penambang khusus dinamakan ASIC (application specific integrated circuits). Harganya bervariasi. Mulai dari US$723 hingga ribuan dolar AS. Sebuah ASIC Miner berkekuatan 13 TH/s, dengan konsumsi listrik 1310 watt bisa mendapatkan bitcoin setara US$55 per bulan. Itu harga listrik setara dengan 1500 rupiah per kWh. Dengan asumsi harga bitcoin sama, maka dalam setahun, perolehan bitcoin setara dengan US$678.93. Ingat, harga satu unit ASIC miner itu US$723. Jadi Anda perlu lebih dari setahun untuk bisa balik modal hanya untuk ASIC miner saja.

So, berminat menambang di Venezuela atau di Indonesia? [vins]

Be the first to write a comment.

Your feedback