Mengenal Token Sekuritas

Sifat blockchain yang (atau parsial) transparan, mudah diaudit dan aman memunculkan ide soal penerbitan token sekuritas (security token). Sejak awal tahun ini, ide token sekuritas kian menjadi-jadi, walaupun secara regulasi masih samar-samar di beberapa negara.

Kendati sama-sama dibangun di atas blockchain dan menggunakan smart contract,  token sekuritas agak berbeda soal objek yang direpresentasikannya. Jikalau token utilitas (utility token) diperuntukkan untuk kebutuhan umum, seperti mengakses platform atau sebagai medium pembayaran, maka token sekuritas meprepresentasikan atau memiliki underlying asset, baik berupa fisik ataupun intangible, seperti saham, surat utang, obligasi, deposito, komoditi berjangka dan lain-lain.

Ini serupa dengan uang kertas yang sebelum tahun 1972 masih di-backup oleh emas. Itulah sebabnya uang kertas disebut sebagai bank notes alias surat keterangan dari bank, bahwa nasabah memiliki emas yang disimpan di bank yang nantinya dapat ditukar kembali menjadi emas fisik. Nah, setelah tahun itu, ketika dolar AS tidak lagi menganut gold standar, nilai uang secara murni didasarkan pada utilitasnya termasuk berdasarkan permintaan dan penawaran di skala global. Tidak ada aset fisik di belakang uang masa kini.

Jadi, misalnya perusahaan Anda sudah melantai di bursa, alias sudah sebagai emiten, maka saham Anda dapat dibuat representasinya dalam wujud token digital itu (tokenisasi). Karena berwujud digital di dalam blockchain, maka lebih mudah melakukan perdagangan, tetapi tidak pasar saham tradisional, tetapi bisa dilakukan di pasar spot atau bursa (marketplace) kripto biasa.

Titik krusial di sini tentu saja soal regulasi khususnya di bagian smart contract yang mendelegasikan aset tersebut dalam bentuk kode. Misalnya, apakah jumlah unit token bisa setara dengan jumlah saham di bursa saham biasa, apakah perlu di-split karena pasarnya berbeda atau alasan lain. Ini yang harus dituangkan di dalam smart contract, sehingga mudah diaduit keabsahannya.

Token sekuritas tentu lebih memudahkan perusahaan terbuka mengumpulkan dana dari masyarakat, tidak harus melalui bursa saham biasa. Dan sebaliknya masyarakat bisa membeli token tersebut tidak harus melalui broker, tetapi langsung di bursa kripto biasa. Karena tanpa broker, maka tidak ada middleman  yang biasa bisa menambah mahal aset yang dimaksud.

Adalah Bursa saham Nasdaq yang berencana menjual token sekuritas pada tahun 2019. Hanya saja dari otoritas SEC belum ada tanda-tanda menyetujui langkah itu. Padahal, jikalau jadi, maka Nasdaq memberikan warna baru pada industri blockchain, bahwa yang disebut kripto atau token digital tidak hanya berwacana buruk sebagaimana yang terjadi pada ICO pada umumnya. Bahwa ICO adalah penggalangan modal lewat publik, di mana tidak ada aset yang dipresentasikannya, melainkan layaknya pada Kickstarter, maka token sekuritas yang berikutnya disebut STO agak dipercaya, karena ada aset yang menjadi fondasinya. Karena punya asas, maka investor lebih memiliki rasa percaya diri untuk masuk ke pasar. Ini, pada akhirnya kian mendorong investasi di industri blockchain.

Be the first to write a comment.

Your feedback