Penelitian: Harga Bitcoin US$90 Ribu Bisa Tercapai pada Tahun 2020

Beberapa tahun sejak Bitcoin hadir mengentak-hentak sistem keuangan global, ada beranekaragam penelitian ilmiah yang memrediksi potensi teknologi dan kenaikan harganya. Karya penelitian terbaru dari dari bank asal Jerman, Bayern LB. Sang peneliti, Manuel Andersch menyebutkan harga Bitcoin bisa mencapai US$90.000 pada Mei 2020 setelah Bitcoin Reward Halving (BRH) terjadi.

BRH merupakan mekanisme baku pada Bitcoin agar suplai Bitcoin berkurang separuh setiap 210.000 blok. Angka ini setara dengan 4 tahun. Pada Mei 2020 setiap 10 menit Bitcoin baru yang tercipta berkurang separuh dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC.

Andersch menyebutkan, BRH merupakan proses menuju kelangkaan Bitcoin di pasar, salah satu mutu Bitcoin yang membuatnya bernilai seperti emas, yang selama ribuan tahun bertahan.

Dengan menggunakan model stock-flow ratio, Andersch bilang begini,” Anda bisa menghitung nilai dari kelangkaan itu melalui jumlah Bitcoin yang sekarang beredar (stock) dan dibagi dengan tingkat Bitcoin yang baru yang tercipta (flow). Berdasarkan model itu, secara teoritis semakin tinggi nilai stock-flow ratio, maka semakin tangguhlah (harder) dan semakin sesuailah Bitcoin sebagai bentuk uang.

Nilai rasio yang didapatkan oleh Andersch adalah, ketika BRH terjadi, maka nilanya bertambah dari 25,8 menjadi 53. Itu, kata Andersch mencerminkan potensi harga Bitcoin naik menjadi US$90.000.

Patut kita ingat bahwa setiap 10 menit Bitcoin baru yang tercipta merupakan imbalan terhadap para penambang Bitcoin. Sebagian Bitcoin yang mereka peroleh dijual untuk menutupi biaya operasional mereka, khususnya biaya listrik yang tidak murah. Nah, sebagian lagi Bitcoin itu disimpan dan berharap harga di pasar akan naik di masa mendatang.

Kenaikan harga Bitcoin pun tentu harus disokong tingkat penggunaan nyatanya di pasar (demand), misalnya sebagai micro payment dengan fee yang lebih murah, kendati harganya tidak stabil. Konsep micro payment memang sedang terjadi pada Bitcoin melalui protokol lapis kedua, Lightning Network (LN). Dengan LN transaksi Bitcoin jauh lebih cepat dan murah daripada menggunakan blockchain asli Bitcoin itu sendiri. Tetapi, transaksi akhir dari LN tetap akan diselesaikan secara final di blockchain Bitcoin.

Jauh di atas itu semua, prediksi menggunakan model seperti ini, kata Andersch, bisa saja gagal memprediksi secara tepat. Tetapi, setidaknya kita memiliki tambahan model sebagai pendekatan yang lebih presisi untuk menggambarkannya. Toh, waktu juga yang bisa membuktikannya. Kita lihat saja. [*]

 

Be the first to write a comment.

Your feedback