Stablecoin, Mungkinkah?

Kabar baiknya bagi Paman Sam, dolar kian mentereng secara global. Trump pun gembira. Masih diyakini sebagai uang acuan banyak negara, dolar pun menjadi sasaran para pembesut teknologi blockchain untuk memburu cuan.  Padahal kalau mau jujur, sejatinya purchasing power dolar menurun dalam 100 tahun terakhir. Pada peralihan ke abad ke-20, uang dolar yang beredar US$7 miliar. Hingga hari ini, jumlahnya berlipat hingga 1.900 kali!

Baiklah, kita membahas soal cuan itu dulu. Wujud sasaran yang dimaksud adalah menjadikan dolar sebagai acuan (pegging/backed/underlying) harga kripto. Salah satu yang ternama sekaligus kontroversial adalah Tether (USDT), yang harga satu unitnya dipatok senilai US$1.

Teranyar, pada 17 Juli 2018 lalu IBM agaknya “mengikuti” jejak Tether itu, tetapi dengan wajah yang berbeda. Kendati masih dalam tahap uji coba, IBM menggunakan jaringan blockhain Stellar (XLM). Dampaknya jelas, dalam 24 jam terakhir harga XLM naik cukup signifikan. Hingga artikel ini ditulis, XLM bertengger di US$0,28, naik lebih dari 21 persen dalam 24 jam terakhir.

Motif utama kripto yang mengacu pada harga uang fiat tak lain tak bukan untuk mengakomodasi kebutuhan pengguna yang ingin kestabilan harga, tidak selalu mengekor volatilitas pasar kripto yang sangat tinggi. Dari sini muncul istilah yang kian akrab di telinga, yakni stablecoin.

IBM memang tak langsung menangani langkah besar itu. Disokong oleh infrastruktur teknologi IBM, pelaksana lapangan stablecoin adalah sebuah perusahaan rintisan Stronghold dengan meluncurkan kripto USD Anchor.

Stronghold diwajibkan menggandeng Prime Trust sebuah perusahaan bermarkas di Nevada, AS yang berperan mendepositkan sejumlah uang dolar dalam bentuk tunai. Untuk urusan asuransi diserahkan kepada Federal Deposit Insurance Corp. Agar semakin dipercaya secara nasional, USD Anchor kelak akan disokong juga oleh Signature Bank, yang bermarkas di New York. Tak hanya itu, kelak FDIC akan ikut ambil bagian dari program ini, agar masyarakat awam merasa lebih nyaman menggunakannya.

Didirikan pada tahun 1933, FDIC atau Federal Deposit Insurance Corporation adalah badan usaha milik pemerintah AS yang bertugas melindungi bank jikalau bank mengalami gagal bayar utang. Jadi peran FDIC secara prinsip adalah sebagai penjamin dan pengatur. Perannya serupa dengan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di Indonesia.

FDIC didirikan pasca krisis keuangan parah di AS. Di masa itu puluhan bank gulung tikar, karena sejumlah kreditor mengalami gagal bayar alias kredit macet. Bank yang tidak memiliki cadangan uang kontan, akhirnya ditolong oleh FDIC untuk bisa bertahan.

IBM merasa perlu mendukung penuh USD Anchor untuk menjawab kebutuhan sejumlah klien IBM dalam transaksi layanan yang disediakan. Maklumlah, IBM memiliki klien yang tidak sedikit dari kalangan lembaga keuangan dari beberapa negara.

Dengan nanti hadirnya FDIC, setiap USD Anchor yang berada di tangan investor dijamin oleh Pemerintah AS, dalam hal ini adalah FDIC. Jadi seandainya timbul masalah, FDIC yang akan mengambil langkah-langkah pengamanan.

Jikalau sudah begini, USD Anchor jelas-jelas berdiri di konsep dan panggung yang sangat jauh berbeda dengan USDT. Penerbit USDT tidak memiliki keterangan jelas, seberapa besar mereka memiliki cadangan uang dolar AS untuk mem-backup kriptonya. USDT malah pernah dituding jumlah pasokan kriptonya lebih besar daripada uang dolar yang dimilikinya di bank. Parahnya USDT punya “hubungan gelap” dengan bursa kripto ternama, yakni Bitfinex.

Lebih jauh lagi USD Anchor akan digunakan untuk kebutuhan pembayaran antar negara, pelacakan aspek dalam sistem rantai pasokan (supply chain), perdagangan global dan lain-lain.

IBM, kendati menggelontorkan duit yang tak sedikit di proyek Hyperledger, selama lebih dari 12 bulan belakangan juga sangat fokus dengan Stellar. Maklum, kemitraan strategis mereka sudah terjalin sejak Oktober 2017. IBM punya keyakinan yang teguh terhadap tim Stellar, karena sebagian besar awaknya berpengalaman di bidang cross-border payment.

Di Stellar ada sejumlah pendiri dan penasehat yang datang dari beragam bidang industri yang mapan, di antaranya Jed McCaleb (Ripple), Keith Rabois (Paypal Mafia), Patrick Collison (Stripe), Matt Mullenweg (WordPress), dan Naval Ravikant (AngelList).

Namun dan satu celah kritik dari USD Anchor ini, setidaknya dari aspek efisiensi. Mengapa IBM harus menggandeng pihak ketiga, yakni Stronghold untuk membuat stablecoin, padahal IBM sendiri memiliki kemitraan strategis langsung dengan Stellar.

Dalam ekosistem Stellar, Stronghold diketahui adalah perusahaan bursa kripto. Di dalam Stellar Network, Stronghold berperan sebagai “anchor”. Anchor dalam terminologi Stellar Network selayaknya cabang sebuah bank atau anak perusahaan yang bergerak di luar kota dengan pangsa berbeda, di mana Stellar sendiri adalah entitas pusatnya.

Sedangkan Stellar Network sendiri adalah satu entitas berbeda, yakni sebagai decentralized exchanges. Di sini ada belasan kripto diperdagangkan dengan pair XLM.

Jadi, untuk menjawab mungkinkan konsep stablecoin berjalan efektif. Ya, setidaknya untuk saat ini, dalam konteks USDT, penggunanya juga tidak dapat dikatakan sedikit dan terbukti memang mempermudah pembayaran secara global. Dengan langkah IBM bersama USD Anchor-nya akan menambah babak baru drama kripto, karena mampu menawarkan wajah yang berbeda. Tapi, tunggu dulu, sudahkah Anda melirik stablecoin TrueUSD yang juga ditopang oleh kekuatan perusahaan PrimeTrust?

Di atas itu semua, kecuali Anda menggunakan konteks purchasing power dolar AS yang terus turun, tentu beda cerita. [vins]

 

 

Be the first to write a comment.

Your feedback