Dua Strategi Investasi Bitcoin
Sebelum kita membahas bagaimana strategi investasi yang disarankan terhadap Bitcoin, patut dipahami terlebih dahulu bahwa aset kripto seperti Bitcoin sangatlah volatil. Artinya, harga bisa berubah dengan cepat. Ia bisa dengan cepat naik dan sebaliknya.
Bahwa di luar sana ada banyak prediksi dengan beragam indikator dan pendekatan, tak berarti selalu tepat, tetapi sering. Dengan kata lain kerap ada kekeliruan alias meleset. Namun demikian, boleh menjadikan itu sebagai rujukan, tetapi tidak boleh terlalu mendominasi keputusan investasi Anda.
Jadi, dalam investasi terhadap aset apapun, termasuk Bitcoin selalu kedepankan keputusan Anda sendiri dengan ekspektasi yang rasional, tidak berlebihan. Dengan cara itu diharapkan, ketika pasar sedang menurun, Anda tidak menelan kekecewaan yang teramat sangat. Ingatlah, resiko berdagang dan berinvestasi di Bitcoin sangat berisiko tinggi. Namun, dalam skala luas, Bitcoin telah memberikan return of investment (ROI) hingga 5.689,82 persen! Lalu sejak Januari 2019, Bitcoin mampu memberikan cuan hingga 140,2 persen, dari US$3.746 menjadi US$9.000. Tentu besaran ini melebihi cuan dari aset tanah, saham ataupun emas.
Karena investasi aset kripto berisiko tinggi, demikian pula dengan imbalan laba yang tingggi bisa diperoleh jika harganya naik. Ingat pula bahwa tujuan berinvestasi adalah mendapatkan dana yang lebih tinggi daripada sebelumnya, seraya melampaui besaran inflasi terhadap uang rupiah Anda. Dengan mengacu pada nilai inflasi uang rupiah adalah 3 persen, maka target laba yang harus Anda dapatkan adalah di atas 3 persen itu.
Dua strategi investasi
Strategi investasi berikut hanyalah sekadar saran, sebab ada beragam strategi lainnya yang bisa Anda cari dan terapkan. Hanya saja dua strategi ini lazim digunakan oleh investor dan trader di pasar saham dan valas.
Yang pertama adalah Lump Sum Investing (LSI) dan kedua adalah Dollar Cost Averaging (DCA). Strategi LSI adalah dengan cara menempatkan semua dana Anda sekaligus di satu atau beberapa aset sekaligus. Cara ini hanya bisa dilakukan ketika Anda sangat yakin dengan laba yang bisa dihasilkan oleh aset tersebut. Disarankan berinvestasi pada beberapa aset, jangan hanya tunggal. Ini penting, jikalau satu aset memberikan kerugian kepada Anda, maka aset lain bisa sebaliknya. Jadi, Anda tidak rugi 100 persen.
Sedangkan DCA pada prinsipnya serupa dengan LSI. Bedanya hanya pada periode waktu yang digunakan. Menggunakan DCA, tanamkan dana Anda dengan cara mengangsur ke sejumlah aset tertentu. Misalnya target total dana Anda adalah Rp10 juta. Maka Anda melakukan angsuran setiap bulan sebesar Rp833 ribu setiap bulan. Atau bisa juga selama 6 bulan, menjadi Rp1,6 juta setiap bulan.
Nah, di atas itu semua, pastikan uang yang Anda tanamkan itu adalah bukan uang panas. Maksudnya uang itu bukanlah uang yang semestinya Anda gunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Dengan kata lain siapkan dana itu memang untuk “rugi” dan “untung”. Relakan. []