Kecerdasan Buatan dan Blockchain
Istilah kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) semakin sering kita dengar. Walaupun kesannya teknologi berkasta tinggi, tetapi secara sederhana kecerdasan buatan adalah sebuah teori ataupun praktik membuat mesin komputer dapat bekerja secara lebih cerdas, di mana keterlibatan manusia berkurang seiring mesin itu belajar dengan sendirinya. Teori di sini bermakna ada sejumlah riset yang telah dilakukan sebelumnya, sebagai upaya mengembangkannya lebih lanjut.
Investasi di bidang kecerdasan buatan selama beberapa tahun terakhir memang luar biasa. Berdasarkan hasil riset BOAML, pada 2014, sekitar US$ 2 miliar telah diinvestasikan pada 322 perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang kecerdasan buatan. Mayoritas dari investasi itu berasal dari Facebook, Apple, dan Google. Beberapa jenis investasi ditujukan kepada beberapa kategori kecerdasan buatan, seperti: machine learning, deep learning, natural user interfaces; dirgantara dan keluarangkasaan serta pertahanan (termasuk drone); transportasi; keuangan; kesehatan; industri; jasa; serta pertambangan dan pertanian.
Sedangkan praktik bermakna ada sejumlah teknologi kecerdasan yang setiap hari kita gunakan. Sebut misalnya Google. Ya, mesin pencari ini selang hampir satu dekade, telah menyisipkan kecerdasan buatan di dalamnya. Ini terlihat dari mekanisme prediksi ketika Anda mengetikkan kata kunci tertentu di kolom pencarian. Secara otomatis Google menyarankan beberapa kata kunci yang mungkin Anda maksudkan. Salah satu variabel dari rekomendasi itu adalah dengan memanfaatkan riwayat pencarian yang Anda lakukan sebelumnya. Variabel itu secara otomatis disimpan dan ditanamkan pada sistem yang dapat digunakan pada aktivitas pengguna lainnya.
Bagaimana misalnya kalau semua data kecerdasan buatan itu bisa lebih diamankan dengan sistem kriptografi dan komputer peladen (server) yang digunakan adalah peer-to-peer? Itu semua dapat dilakukan oleh blockchain atau yang secara singkat lazim disebut sebagai tamper-proof. Mustahil melakukan peretasan di sistem blockchain. Jikalau Anda ingin melakukannya, maka Anda harus meretas salinan data serupa di ribuan komputer yang saling terhubung pada saat yang bersamaan.
Pada gambaran yang lebih konkret, dengan membenamkan blockchain, maka prediksi dan kecepatan mesin untuk menyerap informasi dan belajar menjadi lebih presisi dan lebih cepat. Data personal yang di dalamnya pun lebih aman dari peretasan. Dalam konteks sistem kesehatan dapat diperoleh hasil diagnosa penyakit yang lebih terukur, karena data yang diambil dari blockchain terjamin keamanannya. Selanjutnya, mesin dapat merekomendasikan obat atau perawatan sepertii apa yang bisa ditawarkan kepada partisipan di dalam sistem tersebut.
Di tingkatan yang lebih tinggi, model pembuatan “keputusan” yang dibuat oleh mesin membutuhkan lebih banyak data, informasi dan beragam variabel, yang meman sulit dipahami oleh awam. Tetapi interplay rumit di dalamnya diperlukan untuk menentukan apakah sebuah transaksi keuangan berpotensi pencucian uang dan selanjutnya apakah harus langsung diblokir. Dengan satu variabel umum atas “dugaan” itu, maka bisa digunakan data profil pengguna yang mungkin bisa didapatkan dari pangkalan data lain yang sudah ada.
Walmart sudah menerapkan kecerdasan buatan untuk menentukan produk-produk mana saja yang harus segera di-stock dan mana yang tidak dan di cabang Walmart mana saja. Ini menghadirkan efisiensi di setiap aspek proses, tidak hanya penghematan uang, tetapi pula waktu. Dengan hadirnya blockchain, maka setiap datapoint dapat dengan mudah dilacak dan diaudit, termasuk ketika misalnya ada masalah.
Kemampuan super computer dalam memecahkan persoalan matematis rumit menandakan ia mampu memecahkan persoalan-persoalan lainnya, khususnya persoalan manajemen, serta ekonomi dan bisnis. IBM Watson sebelumnya berhasil memetakan gen yang bertanggungjawab kepada penyakit ALS. Dengan bantuan IMB Watson, proses pemetaan hanya perlu beberapa bulan saja, dibandingkan dengan cara biasa yang bisa bertahun-tahun.
Tetapi, di atas itu semua, kepercayaan publik adalah faktor yang paling menentukan apakah kecerdasaan buatan dapat diterima secara lazim dan umum: sesuatu yang mungkin sekadar ancaman kecil bagi kemanusiaan.
Sebagai sebuah kekhawatiran, itu ditegaskan beberapa tahun terakhir oleh Bill Gates, Stephen Hawking, termasuk pendiri SpaceX, Elon Musk. Mereka berpendapat kecerdasan buatan pada khususnya mampu membawa efek sosial negatif kepada manusia. Oleh sebab itu mereka mendorong kepada pemimpin dunia untuk membuat semacam regulasi atas teknologi menjanjikan itu. Namun demikian, beberapa perusahaan, atas nama efisiensi dan pemenangan pasar, akan dan telah menerapkan kecerdasan buatan di beberapa aspek penting perusahaan.