Ada AT&T di Blockchain
“Blockchain is more that Bitcoin”. Kalimat berukuran huruf tebal itu tertera di website AT&T, perusahaan telekomunikasi dan media terbesar di Amerika Serikat. Kalimat itu tidaklah mengejutkan, karena perusahaan itu sejak Februari 2018 sudah mengabarkan kepada dunia keterlibatannya di teknologi blockchain. Hanya saja kemarin mereka mengumumkan secara resmi layanan blockchain mereka, yakni AT&T Solution sudah bisa dinikmati para pelanggan. Memang bukan AT&T sendiri yang menyiapkan infrastrukturnya, tetapi bermitra dengan IBM dan Microsoft, yang kedua-duanya telah terlebih dahulu memiliki fasilitas blockchain yang lengkap.
AT&T Solutions dapat menyimpan data di platform IBM Blockchain, yang mendukung beragam jaringan produksi blockchain secara realtime, di antara untuk bidang rantai pasokan dan logistik. Mendukung fitur blockchain itu, Asset Management Operations Center milik AT&T juga akan dikombinasikan dengan IBM Maximo Network dan Maximo Asset Health Insight untuk membuat infrastruktur manajemen aset yang lebih aman.
Sebagai tambahan yang dianggap mutlak, layanan blockchain AT&T itu ditambahkan ke teknologi blockchain Microsoft Azure, yang sebelumnya pernah diintegrasikan dalam layanan ujicoba supply chain di Maersk. Azure menyokong protokol blockchain lainnya seperti Ethereum, HyperLedger Fabric, Corda, Quorum dan Chain. Dengan penambahan di Azure, kata AT&T akan menambah tingkat transparansi pada proses rantai pasokan yang maha kompleks.
Dalam rilis resminya kemarin, layanan blockchain AT&T fokus pada tiga kriteria industri. Pertama, manufaktur untuk melacak pergerakan pengiriman barang mulai dari pabrik sampai di tangan konsumen. Ini mempermudah mencari solusi, ketik misalnya ada masalah di proses pengiriman. Semua informasi tersampaikan secara instan. Kedua, ritel untuk memastikan keaslian banya produk dengan melacaknya mulai dari pesan pengiriman dan mengurangi stok barang yang tidak diperlukan. Ketiga, layanan kesehatan untuk membantu meningkatkan keamanan berbagi data pasien di rumah sakit.
Langkah AT&T menambah panjang barisan perusahaan-perusahaan ternama yang menggunakan dan menjual teknologi blockchain ke perusahaan lainnnya. Ini permasalahan siapa cepat dia yang dapat dan sekaligus menyingkirkan pihak yang lemah dan mungkin hanya siap menjadi penonton dan pelanggan.
IBM bukannya bergerak lincah dengan tubuhnya sendiri. Mereka justru menggandeng Linux Foundation mengelola Hyperledger, sebuah layanan berkode sumber terbuka untuk distributed ledger technology (DLT), di mana tidak diperlukan token atau coin untuk menjalan smart contract di dalam sistemnya.
Sistem rantai pasokan alias supply chain memang digadang-gadang sebagai fokus besar penerapan blockchain, karena mampu mengefisienkan dari segi biaya dan waktu, selain keamanan. Perusahaan dapat dengan mudah dan cepat melacak proses pengiriman barang dari satu titik ke titik tujuan dan mencacah informasi untuk sebuah solusi tepat jikalau terjadi masalah. Ini tidak ditemukan pada sistem komputerisasi sentralistik, karena secara protokol tidak melalui banyak komputer dalam konsep peer-to-peer. Dalam konsep ini, jikalau salah satu node komputer (simpul) bermasalah, masih bisa ditangani oleh simpul lain, karena perannya setara dan dengan salinan data identik dengan simpul lainnya.
Blockchain di sistem rantai pasokan hanya berlaku sempurna jikalau setiap titik di proses itu terkoneksi dengan internet atau yang lazim disebut dengan Internet of Things (IoT). Setiap perangkat memiliki sensor mulai dari titik lokasi, suhu, kelembapan, ketinggian, tekanan dan lain. Semua data itu disimpan dan dimonitor di jaringan blockchain dan dibagi simpan kepada sejumlah pihak yang berkepentingan, misalnya pihak bea cukai, polisi, pemerintah, atau yang lainnya. Jadi, sifatnya tidak public seperti teknologi blockchain tradisional.
Dalam kategori lain, misalnya pertanian juga berlaku serupa. Sebuah platform dibuat supaya semua orang bisa berbagi data yang terkait dengan pertanian. Dengan demikian seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) di dalam pertanian itu dapat saling terhubung. Data-data pertanian yang ada dapat digunakan oleh perusahaan pembiayaan, asuransi dan penyedia sarana pertanian, dan lainnya secara realtime. Sekaligus data itu bisa terhubung dengan pembeli, penyedia sarana pertanian seperti pupuk dan bibit.
Dalam satu kasus petani terdorong untuk membagi data-data yang mereka miliki, seperti profiling, data pembenihan, tanam, panen, jumlah panenan, termasuk data lahan. Data transaksi juga memungkinkan disimpan dan dibagi, seperti data pembelian benih dan penjualan padi. Data-data ini itu selanjutnya bisa membantu institusi keuangan untuk melakukan verifikasi dan membantu industri asuransi untuk menentukan risk profile yang lebih presisi.