AirAsia Luncurkan Mata Uang Kripto Dalam Waktu Dekat
Kepopuleran mata uang kripto tampaknya akan semakin meningkat dengan kemunculan mata uang kripto baru yang diluncurkan perusahaan-perusahaan besar. AirAsia juga tidak mau ketinggalan dengan meluncurkan mata uang kripto mereka sendiri yang akan diberi nama BigCoin, seperti yang dikabarkan oleh Nikkei.
AirAsia yang berbasis di Malaysia merupakan perusahaan penerbangan berbiaya rendah yang amat populer di Asia. AirAsia akan terjun ke dalam industri teknologi finansial dan mata uang kripto dengan memanfaatkan data operasional yang selama ini mereka miliki. Nama mata uang kripto yang akan diluncurkan AirAsia tersebut pertama kali disebutkan dalam wawancara terbaru dengan CEO AirAsia, Tony Fernandes, di Hong Kong.
Rencananya, mulai April nanti, semua harga yang tercantum dalam situs AirAsia akan dilengkapi juga dengan harga dalam BigCoin. Semua akses layanan tambahan seperti upgrade kursi, pembelian makanan, dan lain-lain akan dapat dilakukan dengan menggunakan BigCoin dalam waktu 3 hingga 6 bulan ke depan. Tony Fernandes juga menyampaikan kemungkinan adanya Initial Coin Offering (ICO) untuk memasarkan BigCoin, sekaligus kemungkinan perdagangan BigCoin di pasar mata uang kripto.
Tony Fernandes tampaknya mengesampingkan fakta bahwa harga mata uang kripto sangat fluktuatif di pasaran. Ia justru memikirkan dampak positif dari mata uang kripto yang menghindarkan perusahaan dari fluktuasi mata uang asing atas pendapatan yang diperolehnya di luar negari.
Pada Januari lalu, AirAsia telah meluncurkan aplikasi BigPay, yakni metode pembayaran menggunakan aplikasi untuk melakukan pembelian makanan dan minuman dalam pesawat dengan menggunakan jaringan wi-fi yang tersedia di dalam pesawat. Selain itu, BigPay akan digunakan untuk menyasar industri remitansi uang dan pasar kredit, selain e-commerce dan logistik. Ia yakin, dengan memanfaatkan informasi yang ada dalam basis data mereka, bisnis baru AirAsia ini akan mampu berjaya.
AirAsia yang memfokuskan operasi mereka di negara-negara ASEAN seperti Thailand, Indonesia, dan Filipina, berhasil meningkatkan pendapatan mereka sebesar 1% hingga mencapai US$408juta di tahun 2017. Kenaikan pendapatan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah pelanggan yang signifikan dan ekspansi pasar yang agresif, meskipun industri aviasi tengah didedera persoalan kenaikan harga bahan bakar dan persaingan yang semakin ketat. Perusahaan ini sedang bersiap untuk berekspansi di Vietnam dan China serta Myanmar.