Bertahan Hidup Ketika Krisis
Saat ini Covid-19 sudah menjangkiti lebih dari 1 juta jiwa di seluruh dunia, lintas negara, lintas jabatan dan lintas profesi. Kondisi ini memang bukanlah pilihan, karena menampar ketahanan mental kita, karena sudah memporakporandakan ekonomi global. Bagaimana kita bertahan hidup ketika krisis? Ini kiat dari kami.
Kami ingat penggalan kalimat Kapten Ronald Spires dalam serial Band of Brothers. Ia mengatakan ini kepada seorang prajuritnya yang sedang tertekan menghadapi musuh: Satu-satunya harapan yang kamu miliki adalah menerima kenyataan bahwa kamu sudah mati. Semakin cepat kamu menerima itu, semakin cepat Anda dapat berfungsi sebagaimana seorang prajurit seharusnya berfungsi: tanpa belas kasihan dan tanpa penyesalan. Semua perang tergantung pada itu.
Keadaan yang dihadapi sang kapten dan prajuritnya kurang lebih serupa seperti yang kita hadapi saat ini, yakni perang menghadapi penyakit ganas dan belum ada vaksinnya.
Makna penting dari ucapan sang kapten adalah harus menerima sebuah kenyataan pahit. Tetapi, menerimanya harus dengan cara yang cepat dan mengandalkan nalar. Karena itu akan berdampak positif pada cara kita bertahan hidup.
Realitas Hidup dan Bisnis
Hal pertama adalah, bagi Anda seorang mahasiswa yang masih belia ataupun karyawan harus memahami bahwa dalam hidup dan bisnis naik-turun itu hal yang biasa. Itu hal yang wajar, sebuah dinamika alami, terlebih-lebih ketika terdampak Covid-19 seperti sekarang dan memburuknya situasi ekonomi global termasuk di Indonesia.
Sejumlah pakar ekonomi, termasuk IMF dan JPMorgan bulan lalu menegaskan, bahwa saat ini, karena Covid-19, dunia di ambang resesi. Situasinya diperkirakan akan mirip dengan krisis tahun 1998 dan 2008, bahkan bisa lebih parah.
Pun, kalau tak ada Covid-19, dalam satu siklus pasti kita akan menghadapi keadaan serupa. Ini ibarat komputer. Jika sudah waktunya harus padam dan di-reboot.
Memang Indonesia kala itu (krisis 20008) tidak terlalu terdampak parah, tapi cerminkan situasi kelak bisa seperti tahun 1998. Kacau! Kalaupun belum, pun kita harus mempersiapkan diri, sembari pemerintah memang mengurangi beban hidup itu dengan aneka stimulusnya.
Situasi ini bisa jadi berjalan dalam waktu yang cukup lama. Dalam 3 bulan ke depan, termasuk dalam Hari Raya Idul Fitri, mungkin kita masih menghadapi situasi seperti ini.
Maka dari itu, jangan bingung, jangan panik berlebihan, bersabarlah. Badai pasti berlalu. Kemudian berusaha sekuat mungkin untuk berpikir sejernih mungkin.
Pakai logika dan jaga rasionalitas Anda. Jika tidak, Anda bisa berperilaku buruk dan jahat dan berpikir untuk bertindak kriminal. Jangan sampai itu terjadi.
Nah, dengan uang Anda yang ada sekarang, berapapun itu, Anda harus membuat skala prioritas. Artinya harus memilih dan laksanakan yang terpenting dahulu.
Pertama, jagalah kesehatan. Jangan sampai sakit. Tidur yang cukup dan nyenyak, tingkatkan sistem imun dengan mengonsumsi makanan bervitamin C. Kerja pun jangan terlalu berlebihan. Terkadang laki-laki sebagai kepala keluarga, terlalu naif, kerja berjam-jam untuk anak istri dan lain-lain, tapi lupa akan kesehatan diri sendiri.
Kedua, sisihkan dana untuk kebutuhan sehari-sehari setidaknya selama 3 bulan ke depan. Sediakan kecukupan beras, minyak, gula dan lain-lain. Jangan sampai istri dan anak tidak makan. Pun ada kemungkinan harga barang-barang akan naik, bahkan setelah pandemik ini selesai. Karena nilai tukar rupiah terhadap dolar juga naik dan impor juga naik biayanya.
Keempat, jika Anda pengusaha, sebisa mungkin jangan pecat karyawan Anda. Kalau dana Anda masih mencukupi, jangan bicara untung dan rugi dahulu, jangan rumahkan karyawan Anda. Sebab, karyawan yang dipecat berpotensi jadi pelaku kejahatan. Jangan biarkan itu terjadi.
Kelima, jangan cari utangan untuk membayar utang. Itu adalah tindakan sia-sia dan tidak menyelesaikan masalah. Jika Anda membayar utang dengan utangan, maka utang Anda kelak menumpuk. Ketika Anda tidak bisa melunasinya, Anda bisa tertekan dan bisa sakit.
Keenam, selesaikan angsuran dan cicilan jikalau masih sanggup. Entah itu utang kartu kredit, KTA, rumah, mobil, sepeda motor. Kalau memang tak sanggup, jadikanlah krisis ini sebagai alasan.
Sebab, ini kondisinya luar biasa dan menimpa banyak orang, bukan hanya Anda saja. Jadi, kelak debt collector menagih dan bersikeras memaksa Anda bayar, sedangkan Anda memang tak sanggup, jadikanlah krisis ini sebagai alasan. Ini sangat rasional dan tetap jujur.
Ketujuh, maksimalkan aset yang Anda miliki untuk meningkatkan arus uang (cash flow). Jika Anda punya emas yang nilainya sudah tinggi, gadaikan itu, tapi cari yang tidak berbunga. Anda bisa pakai itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Jika Anda punya aset berupa rumah sewa, maksimalkan itu. Cepat cari penyewa yang berminat, karena rumah pasti tetap diperlukan dan banyak orang memerlukan walaupun di masa-masa sulit seperti ini.
Cari atau buat bisnis sampingan yang Anda pahami dan bisa Anda kerjakan dari rumah. Entah itu jualan produk kesehatan di toko online atau produk lainnya yang diperlukan orang ketika krisis ini. Itulah yang akan menambah arus uang (cash flow) Anda, sebab uang tunai tidak memiliki nilai, ketika dalam situasi genting di mana inflasi rupiah mungkin bisa meningkat.
Kedelapan, jikalau ada uang Anda memang berlebih, berapapun itu, gunakanlah untuk berinvestasi. Karena investasi hari ini, imbal hasilnya akan Anda rasakan beberapa waktu kemudian, ketika ekonomi akan pulih. Dan ini bisa berlangsung lama untuk pulih seperti sediakala.
Tetapi ingat, pilihlah investasi yang paling tepat bagi Anda, yang nyaman bagi Anda dan memang benar-benar Anda pahami. Apakah itu emas atau juga Bitcoin.
Dan ingat, jangan gunakan uang hasil utangan untuk berinvestasi. Jangan gunaka uang panas alias uang dapur untuk berinvestasi. Gunakanlah uang yang memang berlebih setelah 1-6 hal di atas sudah Anda penuhi.
Kita memang berharap pandemi ini akan cepat berakhir. Jikalau pun tidak, berdasarkan fakta-fakta di lapangan, termasuk sejumlah prediksi para pakar, maka kita selalu waspada dan mempersiapkan diri. Pun untuk pulih perlu waktu lagi.
Jadi, anggaplah situasi ini sebagai sebuah perang, karena mempertaruhkan nyawa. Ini masalah hidup dan mati. Tetapi, rasional, logika dan ada skala prioritas yang benar, akan menyelamatkan Anda.
Ingatlah, dalam perang, satu-satunya harapan yang Anda miliki adalah menerima kenyataan bahwa Anda sudah mati. Semakin cepat Anda menerima itu, semakin cepat Anda dapat berfungsi.
Sampai jumpa di masa depan yang bahagia. Tuhan memberkati. [*]