Bitcoin dan Ketegangan Baru AS-Tiongkok
Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok merekam ketegangan baru, setelah Tiongkok memberlakukan undang-undang keamanan khusus di Hong Kong sejak kemarin, 29 Mei 2020. Harga Bitcoin agak terpicu oleh peristiwa itu dan berhasil naik hingga US$9.500.
Sulit menafikan adanya ketegangan baru itu pasca Perang Dagang yang adem ayem sebagian. Pun bisa ditafsirkan perang dagang masih berlanjut, tetapi dengan wujud yang berbeda.
Adalah Hong Kong saat ini yang menjadi instrumen perang dingin terkini, karena warga Hong Kong menolak kehadiran Tiongkok yang dirasakan tidak adil dan ingkar janji. Bahkan sudah muncul wacana Hong Kong ingin merdeka dari “cengkeraman Tiongkok”.
Tentu dalam sudut pandang ini, dampak terhadap harga Bitcoin, karena ia sebagai aset lindung nilai seperti emas, ketika ada konflik antar negara yang memungkinkan guncangan ekonomi. Dan ini pernah terjadi sebelumnya.
Tak lama setelah Tiongkok mengeluarkan undang-undang itu, Trump langsung merespons tegas. Trump bilang beberapa jam lalu di White House, bahwa Amerika Serika akan terus mempertahankan kepentingan AS di Hong Kong dan menegakkan budaya demokrasi yang sejak lama dianut negara pulau itu.
Undang-undang yang disetujui oleh Parlemen Tiongkok itu memungkinkan Pemerintah Hong Kong dan Tingkok secara bersama-sama mengekang hasutan, pemisahan diri, terorisme dan campur tangan asing.
“Xi Jinping membenci hal-hal yang dijanjikan Hong Kong di bawah perjanjian ‘satu negara, dua sistem’ yang diajukan di PBB yang dengan sengaja dia langgar. Langkah Tiongkok itu bisa jadi untuk menghancurkan Hong Kong, sehingga arus modal keluar dari Hong Kong bisa lari ke negara lain termasuk di China daratan sendiri,” kata Chris Patten, Pejabat Gubernur Hong Kong terakhir kepada Reuters.
Patten mengatakan tindakan Xi telah menempatkan posisi Hong Kong sebagai pusat keuangan internasional utama Asia yang dipertanyakan.
Hong Kong memang negara penting di dunia dalam bidang keuangan. Sekali ia terguncang, bisa berdampak besar bagi negara lain, bahwa sedunia. Ini akan terus jadi bahan perhatian, terlebih-lebih ekonomi masuk kian dalam ke jurang resesi.
Itulah sebabnya, angkatan perang AS sudah mulai bergerak di Laut China Selatan beberapa hari yang lalu, untuk “mengusir” militer Tiongkok. Bagi AS, klaim tanah Tiongkok di wilayah itu adalah ilegal. Ini menyuarakan bentuk dukungan AS terhadap keamanan regional dunia.
Tentu kita tak menginginkan adanya perang fisik terbuka, yang bisa membuat ekonomi dunia memburuk. Atau bisa juga sebaliknya, perang terbuka adalah awal dari kembalinya roda ekonomi, karena perang bagi AS adalah nyawa utama ekonominya yang berbalut dolar.
Jikalau perang fisik terbuka terjadi, aset safe haven seperti emas dan Bitcoin bisa jadi pilihan untuk mengurangi dampak negatif terhadap kekayaan Anda. [*]