Bitcoin dan S&P 500 Tidak Lagi Berkorelasi, Dampak Kebijakan Stimulus Baru?
Mati Greenspan, Pendiri Quantum Economics mengatakan Bitcoin dan indeks saham S&P 500 tidak lagi berkorelasi. Artinya, kenaikan pasar saham tidak lagi bisa dijadikan patokan akan kenaikan Bitcoin dan sebaliknya. Bagaimana dengan kebijakan stimulus besok?
“Saya dapat melihat dengan jelas awal tahun ini, di mana korelasi melonjak hingga 0,6 karena aksi jual di semua jenis aset. Namun, saat ini, korelasinya sekali lagi berada di bawah 0,2, yang pada dasarnya berarti tidak ada korelasi lagi setiap hari,” katanya pada 5 Agustus 2020 lalu.
Pada kenyataannya memang demikian, setidaknya mengacu pada penguatan Bitcoin sejak 28 Juli 2020 lalu. Pasar saham di AS terpantau biasa-biasa saja, sedangkan Bitcoin melaju cepat melampaui US$10 ribu, lalu dengan enteng masuk ke wilayah US$12 ribu. Laju kenaikan Bitcoin bahkan lebih mirip emas yang sekarang meroket melampaui harga tertinggi sepanjang masa, yakni US$2 ribu per oz.
Meskipun tren pasar ini tampaknya berbeda, Greenspan mengatakan setidaknya ada satu faktor umum yang mendorong aset saham dan digital, yakni kebijakan bank sentral AS alias The Fed.
“Selama periode ketika Fed menerbitkan lebih banyak uang baru ke dalam ekonomi, itu membuat harga bergerak ke atas,” katanya.
Sebelumnya pada 2 Agustus, Greenspan percaya bahwa pasar Bitcoin akan terus naik. Sementara itu pada 22 Juli 2020, Tyler Winklevoss pendiri Gemini mengatakan bahwa The Fed terus menerus menjadi faktor kenaikan harga Bitcoin, berkat kebijakan stimulus ekonominya.
Sentimen positif terhadap Bitcoin disinyalir menjelang pengumuman paket stimulus kedua pada 7 Agustus 2020. Partai Demokrat mengusulkan paket US$3,4 triliun. Sedangkan Partai Republik mengusulkan jauh lebih kecil, yakni US$1 triliun.
Menambah uang yang beredar oleh The Fed dan kelak nanti oleh Pemerintah AS, menjadi pembetot utama kemana Bitcoin akan melaju. Apakah memang uang itu akan masuk ke pasar saham atau pasar aset kripto, khususnya Bitcoin? Besok penentuannya! [*]