Bitcoin Masuk Wilayah Overbought, Lantas?

Baru saja Bitcoin menyentuh US$41.000 per BTC (Rp570 juta). Berdasarkan Grafik Mayer Multiple Price Bands, Bitcoin saat ini kian masuk wilayah overbought, sejak 6 Januari 2021 ketika menyentuh lebih dari US$36 ribu. Apa artinya? Harga bakal tertekan besar?

Lonjakan masif Bitcoin sejak medio Desember 2020 ini tentu membuat publik terperanjat akibat permintaan besar dari kalangan institutusi. Pembelian Bitcoin bernilai triliunan rupiah tak dapat dibendung, terlebih-lebih karena telah menembus resisten kuat US$20.000.

Di atas kertas, permintaan masif ini karena nilai dolar AS yang kian tertekan dan beralihnya arus modal dari pasar emas ke aset kripto, termasuk Bitcoin.

Tapi, di saat yang sama, publik bertanya, sampai di mana puncak harga ini, sebelum terkoreksi mendalam? Pertanyaan ini sangat logis, mengingat tidak selamanya harga akan terus-menerus bullish.

Secara teknikal dan mencerminkan pada lonjakan-lonjakan sebelumnya, ada kalanya harga sudah masuk ke wilayah overbought, di mana tingkat permintaan/pembelian sudah mulai masuk harga puncaknya.

Dalam Grafik Mayer Multiple Price Bands, wilayah overbought ditandai dengan wilayah berwarna merah, di atas wilayah bullish extension (warna merah muda).

Lazimnya, jika harga terus menaik di wilayah overbought, itu bisa ditafsirkan ada potensi aksi jual, baik berskala kecil ataupun besar.

This image has an empty alt attribute; its file name is image-4.png
Bitcoin memasuki overbought wilayah sejak 6 Januari 2021 lalu.
Sejak tahun 2012, Bitcoin beberapa kali berada di dalam, bahkan melebihi wilayah overbought.

Mari kita lihat secara historis. Selama tahun 2013 saja, Bitcoin dua kali berada di wilayah overbought, yakni pada 19 April 2013 dan 29 November 2013. Mencapai masa puncak, itu, harga terkoreksi sangat dalam hingga masuk wilayah bearish (berwarna hijau muda), bahkan wilayah oversold (hijau tua).

Kita ambil contoh setelah memuncak pada 29 November 2013 silam. Ketika itu harga memuncak lebih dari US$1200 per BTC. Kemudian terkoreksi hingga US$165 pada 14 Januari 2015. Rentang waktu penurunan cukup panjang.

Bitcoin berada di titik terendah setelah overbought, yakni US$165, kemudian beranjak naik sangat lama di wilayah bullish, hingga 16 Desember 2017 di US$19.300.

Sejak tanggal itu harga rebound dalam rentang waktu yang juga panjang, khususnya cukup lama di wilayah bullish (warna kuning), lalu memuncak pada 16 Desember 2017 di US$19.300. Kenaikan setara dengan 11.596,96 persen!

Dari sana, medio Desember 2017, kemudian terkoreksi sangat dalam hingga menjadi US$3.232 pada 15 Desember 2018. Penurunannya mencapai 83 persen.

Harga Bitcoin US$3.232 pada 15 Desember 2018, sebagai harga terendah sejak turun dari wilayah overbought medio Desember 2017.

Sejak 15 Desember 2018 pula kita ketahui, Bitcoin belum pernah masuk ke wilayah overbought, hingga 6 Desember 2021 lalu. Harga malah masuk wilayah bearish pada 12 Maret 2020 di US$4.900.

Harga itu pun menjadi support terkuat saat ini, termasuk US$10.000 (Mei 2020) dan US$20.000 (16 Desember 2020).

Nah, dengan posisi lebih dari US$41.000 saat ini, kita sudah melewati wilayah Bullish Extension dan sudah masuk di wilayah awal overbought.

Jadi, berdasarkan data historis sebelumnya, sebelum harga berada di pertengahan penuh overbought dan melampaui batas atas garis wilayah overbought, harga kemudian terkoreksi mendalam. Dan pun tidak berlangsung di lama di wilayah itu, lalu hargapun menurun.

Namun demikian, sejauh ini kita bisa pastikan overbought ini masih dalam kondisi “aman” dan belum terkonfirmasi sepenuhnya bahwa harga akan tertekan, karena wilayah overbought masih menjulang di atas.. [•]

Comments are closed for this post.