Bitcoin Sukses Menembus US$10 Ribu Lagi, Masih Banyak Resisten Menghalangi

Akhirnya Bitcoin sukses kembali ke level US$10 ribu (Rp145 juta) pada pagi hari ini, Selasa (2 Juni 2020). Harga itu tercapai kali pertama sejak kita memasuki fase Bitcoin Halving III pada 12 Mei 2020 lalu. Di Triv , Bitcoin pagi hari ini sempat diperdagangkan sekitar Rp146 juta per BTC. Apa sebab?

Aspek Teknikal
Beberapa hari sebelumnya, pada timeframe 1 hour, Bitcoin tampak terkonsolidasi beberapa kali di level US$8.746 hingga US$8.858 pada 25-27 Mei 2020. Kemudian dilanjutkan konsolidasi berikutnya di US$9.411-9.504 antara 28-31 Mei 2020.

Sebelumnya juga sudah terpantau Golden Cross di level US$8.070 pada timeframe 1 day, di mana Moving Average 50 menyodok dari bawah Moving Average 200.

Golden Cross lazimnya adalah sinyal penguatan lebih lanjut, kendati ada peluang terjadinya bull trap, sebagaimana yang pernah terjadi pada 18 Februari 2020. Beberapa hari setelah itu, Bitcoin malah ambruk US$10.069 hingga ke titik terendah, US$3.876 pada 13 Maret 2020.

Fundamental
Aspek fundamental, salah satunya adalah hash rate, masih menunjukkan penurunan hebat sejak 11 Mei 2020 lalu (137,5 Exahash per detik per hari).

Per 1 Juni 2020, hash rate jauh di level 98,4 Exahash per detik. Ini menandakan sejumlah penambang Bitcoin masih membukukan kerugian operasional, sehingga memaksa mereka menjual sebagian cadangan Bitcoin-nya. Ini sebagai tanda pokok masih ada tekanan ke nilai tukar Bitcoin terhadap dolar AS.

Sementara itu jumlah transaksi belum menunjukkan besaran berarti, rata-rata hanya 200 ribu-345 ribu transaksi per hari dalam rentang 3 bulan terakhir.

Fee transaksi rata-rata yang diterima oleh miner di periode serupa, juga masih terhitung tinggi (US$2,47) per 1 Juni 2020. Memang turun berarti dari US$6 (20 Mei 2020). Ini menandakan miner tidak berharap fee transaksi yang terlampau besar, karena imbalan Bitcoin yang diterimanya masih dirasa cukup.

Eksternal: Sosial dan Politik
Resesi ekonomi masih bergejala, walaupun sejumlah negara memperlonggar pembatasan aktivitas masyarakat terkait pandemi COVID-19. Sejumlah pasar saham juga terlihat pulih tipis.

Namun, di saat yang sama, gejolak sosial politik masih bergema. Misalnya masalah keamanan di Hong Kong terkait terbitnya undang-undang keamanan Hong Kong oleh Tiongkok. Ini sudah pernah kita bahas di artikel sebelumnya di sini.

Kerusuhan sosial berskala besar di Amerika Serikat dan perang dingin AS-Tiongkok juga dapat ditafsirkan sebagai pemicu penguatan harga Bitcoin belakangan ini, karena Bitcoin cukup dianggap sebagai aset safe haven selain emas.

Di atas itu semua, secara teknikal lagi dalam timeframe 1 day, resisten masih menghadang, setidaknya level US$10.400 (13 Februari 2020). Jika level itu terlewati, adalah baik berharap melaju ke US$10.800 atau US$11.000 (Rp160 juta) sebagai level psikologis terbaru. [***]

Comments are closed for this post.