Energi Baru Bitcoin Cs Dimulai Tahun 2020, Kajian Emas versus Bitcoin
Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, hanya di tahun 2020 inilah—mudah-mudahan terus berlanjut —perusahaan publik mulai terbuka soal aset kripto dan secara khusus, benar-benar berinvestasi di Bitcoin demi melawan inflasi uang fiat. Perusahaan besar lainnya menyarankan dan menegaskan pentingnya investasi di Bitcoin. Inilah energi baru aset kripto dan itu dimulai pada tahun 2020 ini, di tahun ke-11: sebuah babak baru yang tak mudah kita acuhkan.
Dalam bahasa yang berbeda, di tahun 2020 pula, investor tradisional—yang sebelumnya terbiasa berinvestasi di saham dan emas, bahkan obligasi— memantau Bitcoin dalam radar keuangan mereka. Ini perubahan sangat dan penting dan amat mendasar.
Lihat dan perhatikan, JPMorgan, Citigroup dan Fidelity menyarankan masyarakat dunia untuk mengalokasikan sebagian kecil dari portofolio investasi ke dalam Bitcoin. Sederhananya, mereka ingin katakan: jangan hanya membeli saham dan emas, belilah juga Bitcoin.
Di luar catatan buruk ketiga perusahaan itu pada krisis ekonomi global tahun 2008, setidaknya pernyataan itu tidak tumbuh lalu keluar begitu saja, namun pastilah melalui serangkaian kajian dan penelitian sebelum tahun 2020 ini.
Pun lagi pernyataan tegas perusahaan-perusahaan itu bersandar pada kenyataan, bahwa masyarakat, selama kurang lebih sejak kejatuhan dahsyat Bitcoin pada Desember 2017, belajar lebih baik dan lebih dewasa menghadapi bentuk uang digital yang baru itu.
Ditambah lagi ketika terjadi krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap pengelola negara, pupuk itu semakin menyuburkan kesadaran publik, bahwa Bitcoin itu lebih baik daripada emas dan saham yang sejatinya kurang transparan—atau setidaknya kurang gaul bahkan mungkin sudah primitif.
Pun aneh sebenarnya, ketika menonton video dan mengirimkan pesan teks berlangsung instan dan murah, mengapa uang tidak? Bitcoin mengubah itu. Sebuah revolusi yang pantas.
Dan lagi pertanyaan ini: seberapa langkakah emas itu? Bagaimana saja bisa meyakini kelangkaan emas itu adalah pasti, dan dari mana, dan siapa yang menentukan? Bitcoin menjawab itu dengan kode komputer, terang benderang, tak ada yang disembunyikan. “Trust the code!“
Tak hanya kesan positif dilaburkan oleh perusahaan itu, tetapi petinggi-petinggi perusahaan besar menunjukkan dukungannya. Sebut saja miliarder Paul Tudor Jones ataupun Stanley Druckenmiller melihat Bitcoin sebagai objek bernilai besar di masa depan, bersaing dengan emas.
Nah, bicara emas dan Bitcoin, sangat menarik kalau kita terbang dulu di era tahun 1970 di Amerika Serikat. Kita ikat bayangan kita di konteks itu. Sandarannya adalah argumen ini yang sempat digaungkan oleh banyak pihak sejak tahun 2017: membeli Bitcoin sekarang seperti membeli emas di tahun 1970-an.
Ini ditegaskan lagi oleh Paul Tudor Jones: Bitcoin mengingatkan saya pada emas ketika saya pertama kali terjun ke bisnis ini pada tahun 1976.
Kendati di tengah artikel ini Anda mungkin beranggapan perbandingannya terkesan sangat tidak adil, tapi kita tarik beberapa hal penting dari itu, karena objek bernilai ini, sama-sama dianggap langka dan ada konsensus bersama soal itu.
Oh ya, catatan khusus di sini, bahwa selama tahun 2020 ini emas hanya mampu naik 25 persen, sedangkan Bitcoin lebih dari 100 persen. Kalau saham, tak usah cerita. Miris.
Bernada serupa, Tyler Winklevoss bilang begini: Emas adalah lindung nilai terbaik Anda terhadap inflasi di tahun 1970-an, sebelum ditemukannya komputer pribadi, Internet, dan tentu saja Bitcoin. Tapi hari ini, berinvestasi emas seperti memilih mengirim surat siput versus email.
Jadi, apa sebenarnya yang terjadi pada tahun 1970-an? Utamanya, situasi dunia agak tidak stabil selama dekade itu; inflasi CPI (Consumer Price Index) tinggi, rata-rata 7 persen per tahun, selama periode dengan beberapa digit tahun ganda; dolar AS melemah; harga minyak naik dari US$20 menjadi US$120 per barel, sudah kelewat mahal; dan terakhir situasi geopolitik didominasi oleh pertempuran Timur vs Barat, perang dingin.
Singkatnya, di kala itu penuh ketidakpastian, masa depan tidak jelas dan investor tidak dapat mengandalkan uang tunai untuk menjaga kekayaan mereka.
Akibatnya orang beralih ke emas sebagai penyimpan nilai (store-of-value) dan harga emas naik 24 kali lipat selama 1970-1981.
Jadi, jika Anda membeli emas pada tahun 1970 dan menyimpannya selama 50 tahun ke depan hingga sekarang, maka Anda akan menikmati pertumbuhan hingga 55 kali lipat.
Singkatnya, membeli emas di awal tahun 1970-an sebagai investasi jangka panjang adalah keputusan yang bagus dan terpuji, sesuatu yang amat disesali oleh orang-orang yang melakukannya.
Sekarang kita percepat maju ke tahun 2020 dan pikirkan tentang situasi kita saat ini: Ada ketakutan akan inflasi (atau setidaknya penurunan nilai mata uang utama) berkat tindakan bank sentral; respons terhadap COVID-19 yang menciptakan krisis ekonomi global, IMF menegaskan pertumbuhan ekonomi global mencapai minus 4 persen; baik itu Tiongkok vs Amerika Serikat atau perjuangan internal di Uni Eropa, situasi geopolitik tidak stabil.
Seolah-olah sejarah berulang, sama parahnya. Pun jikalau sejarah tidak berulang, setidaknya ada nada yang selaras.
Berganti abad, emas memang tidak ditinggalkan, bahkan semakin bernyawa. Dan di tahun 2020 ini pula harga emas mencapai puncak tertinggi baru selama emas diperdagangkan secara global, mewariskan pesan penting emas sangat dihargai selama kurun waktu ribuan tahun. Ini sangat monumental dan akan dicatat dalam nukilan sejarah penting.
Namun, di saat yang sama, Internet tumbuh sangat pesat, perdagangan barang dan jasa dilakukan secara daring tanpa batas, komputer kecil, yakni smartphone Anda, jutaan kali lebih pintar daripada personal komputer pada satu generasi lalu, media sosial pun jadi tumpuan utama berekspresi. Di saat itulah Bitcoin hadir dan sulit dipandang sebelah mata, setidaknya oleh Generasi Milenial dan generasi di bawahnya, lalu Generasi Alpha di tahun-tahun mendatang.
Dua generasi inilah yang sulit mencampakkan diri dari komputer, ponsel dan digitalisasi di semua aspek, karena mereka adalah bagian dari pertumbuhan itu. Sudah senyawa.
Nah, perhatikan generasi itu juga punya lebih banyak informasi untuk membandingkan, bahwa Bitcoin bisa naik lebih 1.400 kali dalam waktu kurang dari 10 tahun dibandingkan emas tumbuh 55 kali lipat dalam 50 tahun. Sangat kentara kuda generasi mana yang lebih cepat dan unggul!
Di bagian inilah mungkin Anda menafsirkan perbandingan ini sangat tidak adil, bukan apple to apple, sebab pada tahun 1970-an Internet belum bagian dari publik, terkungkung di kantor pemerintahan dan kampus-kampus negara besar. Artinya, tidak ada teknologi yang mencukupi untuk menyokong keunggulan emas di masa itu.
Pun semakin berasa tidak fair, Jika Anda membandingkannya dengan emas yang telah digunakan sebagai penyimpan nilai selama ribuan tahun, ini bukanlah pertarungan yang adil.
Bitcoin yang digital, bukan murni fisik seperti emas, memiliki mekanisme halving yang terjadi setiap 4 tahun, sebuah cara unik pasokan Bitcoin diprogram secara pasti agar menjadi langka dan terjamin secara matematis. Kode program yang memastikan fitur itu juga transparan.
Nah, sementara harga emas sebagian besar bergantung pada faktor eksternal, Bitcoin pada fitrahnya memiliki kekuatan pendorong internal sendiri yang mendorong harganya lebih tinggi pada interval waktu yang teratur. Istilah kerennya, karena bersifat kriptografik: deterministik (ketertentuan; pasti; mutlak; dan absolut). Sekali lagi: trust the code.
Lalu, pada titik tertentu, kapitalisasi pasar Bitcoin akan sangat besar dan “guncangan pasar” akibat Halving akan sangat kecil, sehingga kita akhirnya harus berhadapan dengan pasar yang relatif stabil dengan harga yang terus naik. Tapi, kita tidak akan sampai di situasi itu dalam 10 tahun ke depan. Perlu waktu.
Saat ini kapitalisasi pasar Bitcoin adalah 3 persen dari ukuran pasar emas. Sangat-sangat kecil. Jika siklus Halving ini berjalan seperti siklus sebelumnya, yakni setiap 4 tahun, maka setidaknya porsi Bitcoin adalah 30 persen dari ukuran pasar emas, pada tahun 2024. Dan setelah itu masih ada banyak ruang untuk tumbuh.
Terkait Halving dan inflasi pada Bitcoin, menarik mengacu pada kajian dari Bloomberg Inteliigence beberapa waktu lalu.
Analis dari Bloomberg Intelligence, Mike McGlone memrediksi bahwa harga Bitcoin bisa mencapai lebih dari US$35 ribu per BTC pada tahun 2021, berbanding harga 3 November 2020, US$13.700 per BTC.
“Pasokan tahunan Bitcoin akan turun menjadi kurang dari 2 persen pada tahun depan. Jika Bitcoin Halving sebelumnya berfungsi sebagai penunjuk arah, maka pada tahun 2021 akan menjadi tahun naik yang kuat. Jika Bitcoin naik hanya seperempat dari sekitar 1.375 persen pada tahun 2017, tahun setelah pasokan harian Bitcoin baru turun menjadi 1.800 BTC, maka harga Bitcoin akan melebihi US$35.000 pada tahun 2021 berbanding sekitar US$13.700 per BTC pada 3 November 2020,” tegas McGlone, 4 November 2020.
McGlone juga menyoroti pengaruh volatilitas Bitcoin yang rendah terhadap apresiasi harga Bitcoin yang tinggi.
“Volatilitas Bitcoin yang menurun yang berbanding terbalik dengan aset lain menunjukkan bahwa Bitcoin semakin unggul dan lebih cenderung terapresiasi jika pola masa lalu adalah panduannya. Grafik kami menggambarkan volatilitas Bitcoin 180 hari turun mendekati titik terdalam 2015, di sekitar 36 persen. Dan untuk pertama kalinya jatuh di bawah Indeks Saham Nasdaq 100. Dari Oktober 2015, ketika volatilitas mencapai titik terendah 2017, Bitcoin meningkat sekitar 8.000 persen,” tulis McGlone menyiratkan penguatan harga Bitcoin yang terus menerus.
Jadi ya, membeli Bitcoin saat ini seperti membeli emas di tahun 1970-an, hanya saja Anda dapat mengharapkan pertumbuhan aset Anda yang jauh lebih cepat, khususnya gara-gara “guncangan” pasokan dari Halving ke-3 (Mei 2020) sudah mulai menghasilkan efeknya. Penegasan dari kami: jangan buang waktu dan lakukan akumulasi sekarang juga. [red]