Harga Bitcoin September Ini dan Analisa Marketnya
Harga Bitcoin september ini tentu banyak orang yang ingin mengetahuinya. Bukan hanya tentang harga saja yang penting untuk diketahui sebagai patokan investasi anda. Kondisi market sangat penting bagi anda yang menjadi investor ataupun tradir mata uang digital / cryptocurrency. Pada artikel ini akan dibahas bagaimana harga Bitcoin september ini dan analisa marketnya untuk acuan investasi anda yang lebih baik.
Apa itu Bitcoin?
Bitcoin adalah mata uang digital terdesentralisasi yang dibuat pada Januari 2009. Penemuan bitcoin adalah mengikuti gagasan yang ditetapkan dalam kertas putih oleh Satoshi Nakamoto (bukan nama asli).
Bitcoin menawarkan janji biaya transaksi yang lebih rendah daripada mekanisme pembayaran online tradisional. Tidak seperti mata uang yang dikeluarkan bank sentral, bitcoin dioperasikan oleh otoritas yang terdesentralisasi.
Tidak ada Bitcoin fisik, hanya saldo yang disimpan di jaringan blockchain yang dapat diakses oleh setiap orang secara transparan, namun setiap catatannya telah terenskripsi. Dengan kata lain, Bitcoin adalah mata uang digital yang dibuat dan disimpan secara digital. Karena bentuknya digital, bitcoin tidak memiliki wujud fisik layaknya mata uang resmi Negara. Tidak ada otoritas yang mengatur yang mengendalikannya.
Bagaimana Pergerakan Harga Bitcoin September Ini?
Pergerakan harga Bitcoin (BTC) dan Kripto teratas yang lain masih menunjukkan pergerakan yang sama pada Jumat, 16 September 2022. Rata-rata aset kripto kembali mengalami pelemahan setelah sempat mengalami penguatan pada hari sebelumnya karena adanya berita dari Ethereum (ETH) yang mengalami Merge.
Data yang mengacu pada Coinmarketcap hari ini, Jumat (16/9/2022) pagi, Bitcoin (BTC) mengalami penurunan sebesar 2,02 persen dalam 24 jam terakhir tetapi masih mengalami penguatan 2,67 persen dalam time frame mingguan.
Saat ini harga Bitcoin (BTC) Rp 295,109,557 IDR dengan volume perdagangan 24 jam sebesar Rp 538,345,547,915,727 IDR
Pada hari sebelumnya, Bitcoin (BTC) turun di bawah Rp. 298.409.000 pada hari Kamis, karena sentimen seputar cryptocurrency tetap bearish. Terbukti, pada hari ini BTC terus turun mengikuti sentimen pasar yang ada.
Mengikuti data inflasi Amerika Serikat pada awal minggu ini, market kripto telah mengalami market yang merah merona, dengan bitcoin turun lebih dari Rp. 298.409.000 sejak awal minggu.
Ini terbawa sampai hari ini, dengan BTC/USD tergelincir ke level terendah intraday di Rp 294,548,322 pagi ini.
Melihat grafik, aksi jual ini terjadi karena harga menembus titik dukungan utama Rp. 294.780.247 yang merupakan garis pertahanan terakhir untuk bulls.
Syarat Bitcoin Bisa Melejit Lagi
Mike McGlone, seorang pakar komoditas Bloomberg yang cukup senior, menyatakan sentimen pasar bullish akan terjadi apabila inflasi berhasil dikendalikan.
Bitcoin Mengalami Perbaikan Performa Setelah Deflasi
Dalam sebuah wawancara, McGlone melihat Bitcoin (BTC) dan beberapa aset kripto lain akan mengalami perbaikan performa setelah deflasi. McGlone memprediksi bahwa deflasi terjadi akibat peningkatan suku bunga oleh bank sentral Federal Reserve demi mengendalikan inflasi.
“Peningkatan suku bunga oleh The Fed akan berujung kepada pasar modal yang lebih bagus dan produktif dimana harga aset tidak naik ketika ada berita negatif,” jelas McGlone.
Ia menambahkan, harga aset akan turun saat ada berita negatif dan naik saat ada berita positif. Artinya, The Fed tidak akan menyelamatkan pasar modal setiap waktu.
Sentimen Bullish Terhadap Bitcoin menurut McGlone, periode deflasi adalah masa dimana Bitcoin dan altcoin akan berada di depan. ETH dan sektor aplikasi desentralistik akan naik dikarenakan perkembangan teknologi.
Dalam kasus ETH, blockchain tersebut berhasil melakukan merge dan transisi dari proof of work (PoW) ke proof of stake (PoS) dengan lancar. Hal ini diperkirakan dapat mentriger market bullishnya harga ETH.
Bitcoin akan tetap berada di depan karena lebih baik dibanding emas dalam beberapa faktor tertentu, bagi dunia yang semakin go digital, tambah McGlone, dikutip dari Daily Hodl.
Analis komoditas senior Bloomberg Intelligence tersebut berkata, deflasi berpeluang besar terjadi dalam kurun waktu 12 bulan berikut sebab The Fed tidak akan meringankan kebijakan moneter.
Deflasi Berlangsung Lama Akan Menguntungkan Bitcoin?
McGlone berkata dunia sedang menghadapi inflasi besar, tetapi satu tahun dari sekarang akan menjadi deflasi. Deflasi tersebut akan berlangsung lama, didorong oleh faktor kunci sifat manusia.
“The Fed tidak akan menerapkan keringanan. Saya yakin akan hal itu sebab The Fed tidak akan mengulang kesalahan menerapkan keringanan terlalu banyak seperti yang dilakukan selama dua tahun terakhir,” jelas McGlone.
Ia menegaskan The Fed tidak akan lagi menyelematkan pasar modal ketika sentimen investor lesu, sehingga hal itu akan berujung kepada koreksi besar.
McGlone berpendapat dunia akan mengalami transisi ke resesi global, yang kemudian disusul oleh deflasi dimana Bitcoin dan altcoin dapat menunjukkan performa menguntungkan.
Bagi anda yang ingin memulai investasi crytocurrency bisa mulai dengan Triv di sini ya Trivers.