ICO Telegram Coba Kumpulkan 1,7 Miliar Dolar
Perusahaan penyedia layanan pesan instan Telegram Group yang berbasis di Dubai sedang mencoba untuk mengumpulkan dana sebesar US$1,7miliar. Pada bulan Februari lalu, Telegram Group telah mengantongi pundi-pundi sebesar US$850juta yang merupakan rekor dunia saat ini dalam sebuah ICO (Initial Coin Offering atau penawaran mata uang kripto perdana). Perusahaan sedang mencoba untuk memperoleh dana tambahan sebanyak US$850juta dengan memperpanjang masa ICO sehingga para investor dapat mempersiapkan modal yang cukup untuk ikut ambil bagian dalam ICO tersebut.
ICO Telegram sangat diminati oleh para investor berhubung dengan kesuksesan platform layanan pesan instan miliknya, Telegram, yang memiliki keunggulan dibandingkan pesaing-pesaing yang lainnya. Para investor bahkan tetap berbondong-bondong berinvestasi dalam ICO putaran kedua meskipun harga telah meningkat 3 kali lipat dibanding putaran pertama yang telah usai.
Telegram yang dikomandoi kakak-beradik Pavel dan Nikolai Durov kini digunakan oleh setidaknya 200 juta pengguna dari seluruh dunia. Kedua orang ini berasal dari Rusia, namun memutuskan keluar dari negara tersebut dan membuka kantor di Dubai, dengan perusahaan yang tercatat di British Virgin Island.
Meskipun tingkat ketertarikan investor sangat tinggi terhadap platform mata uang kripto yang akan dibangun oleh Telegram, muncul kekhawatiran di antara para investor bahwa Telegram tidak mampu memenuhi janjinya untuk membuat sistem yang dapat menyaingi kapasitas milik Visa dan Mastercard, 2 platform pembayaran global terbaik saat ini.
Pada putaran pertama lalu, mata uang kripto besutan Telegram yang dinamai Grams dijual dengan harga US$0,38. Sementara itu pada putaran kedua, harga Grams meningkat tajam ke angka US$1,33 dengan target dana yang dikumpulkan total senilai US$1,7 miliar dolar. Dana yang dikumpulkan direncanakan untuk digunakan dalam pembangunan sistem blockchain baru dengan Grams sebagai mata uangnya, dan diharapkan sistem ini mampu menyaingi popularitas Bitcoin dan Ethereum. Selain itu, sebagian dana juga akan dipakai untuk menyewa server, membangun jaringan, membangun basis pengguna, dan juga membayar biaya operasional sistem.
Kesuksesan Telegram dalam menjalankan ICO bisa membawa berbagai dampak bagi industri mata uang kripto. Pertama, hal ini membuktikan bahwa pemilik sistem dapat mengharapkan dana yang sangat besar untuk dikumpulkan selama ICO berlangsung. Namun hal kedua yang mungkin terjadi adalah saturasi pasar akibat berkumpulnya dana masif di platform-platform tertentu saja, sehingga proyek-proyek baru tidak mendapatkan dana yang dibutuhkan untuk memulai pembangunan sistem.
Telegram sendiri sedang menghadapi masalah dengan regulator Rusia. Dalam 15 hari ke depan, Telegram wajib menyerahkan detail teknik enkripsi yang mereka gunakan kepada Federal Security Service Rusia yang menggunakan hukum anti terorisme atau negara tersebut akan memblokir layanan Telegram. Sementara upaya Telegram untuk mementahkan perintah ini dengan mengajukan banding ke pengadilan telah gagal.