Ketika Perusahaan Besar Ini Beli Banyak Bitcoin Lagi
MicroStrategy, perusahaan teknologi informasi asal AS, yang juga sahamnya terdaftar di Nasdaq memutuskan membeli banyak Bitcoin (BTC) lagi, untuk melindungi nilai keuangan perusahaannya. Mungkin relatif kecil, yakni setara hanya Rp2,7 triliun. Tapi ini berkategori fenomenal untuk sekelas perusahaan, karena sang CEO-nya pernah “membenci” Bitcoin.
Ada sejarah pendek antara perusahaan itu dengan Bitcoin. Pada tahun 2013, CEO-nya Michael Saylor, pernah mengatakan bahwa Bitcoin tidak bernilai, karena menyamakannya dengan judi online.
“Sepertinya hanya masalah waktu sebelum Bitcoin mengalami nasib yang sama seperti perjudian online,” begitu kata Saylor kala itu melalui Twitter.
Tapi, arusnya berbalik pada 11 Agustus 2020 lalu. Perusahaan itu, atas pertimbangan dewan direksi perusahaan termasuk sang CEO, MicroStrategy menegaskan membeli 21.454 BTC senilai US$250 juta atau setara dengan Rp3,6 triliun kala itu.
Menurut sang CEO, Bitcoin kini terbukti sebagai aset yang mampu melindungi nilai keuangan, baik personal ataupun perusahaan.
Kata Saylor, investasi di Bitcoin itu mencerminkan keyakinan perusahaannya, bahwa Bitcoin sebagai aset kripto yang paling banyak diadopsi di dunia, adalah penyimpan nilai yang dapat diandalkan dan aset investasi yang menarik dengan potensi apresiasi jangka panjang yang lebih banyak daripada menyimpan uang tunai.
“MicroStrategy mengakui Bitcoin sebagai aset investasi sah yang bisa lebih unggul daripada uang tunai dan karenanya menjadikan Bitcoin sebagai strategi keuangan kami,” tegas Saylor.
Saylor mengakui perlu waktu berbulan-bulan sebelum mereka memutuskan membeli Bitcoin itu dengan modal yang tersedia.
Menurutnya, alasan utama di balik pembelian itu adalah faktor ekonomi makro yang berdampak pada kinerja perusahaan dan berisiko dalam jangka panjang.
Katanya lagi, faktor makro tersebut antara lain, krisis ekonomi dan kesehatan masyarakat yang dipicu oleh COVID-19, langkah-langkah stimulus keuangan pemerintah yang belum pernah terjadi sebelumnya, termasuk pelonggaran kuantitatif yang diterapkan di seluruh dunia, dan ketidakpastian politik dan ekonomi global.
Beli Lagi
Tak cukup di situ, perusahaan memutuskan membeli Bitcoin lagi pada 11 September 2020 lalu. Keputusan itu tertulis dalam satu dokumen yang diterbitkan di website Security and Exchange Commission (SEC), AS.
Memang di dokumen itu tidak disebutkan berapa modal pembelian Bitcoin kali kedua ini. Perusahaan hanya menegaskan bahwa pihaknya kemungkinan besar menambahkan saldo BTC lebih banyak daripada US$250 juta dalam pembelian pertama.
Nah, selang beberapa hari, yakni pada 16 September 2020, sang CEO memastikan bahwa mereka benar membeli Bitcoin tambahan.
“Pada 14 September 2020, kami telah membeli Bitcoin tambahan sebanyak 16.796 BTC dengan nilai total mencapai US$175 juta. Jadi sekarang total Bitcoin yang kami miliki adalah 38.250 BTC,” kata Michael Saylor CEO MicroStrategy melalui Twitter.
Cerminan Apa?
Nah lantas, fenomena seperti ini mencerminkan apa saja? Banyak hal, sebenarnya. Yang paling utama tentu saja adalah kesadaran yang sangat kental dan berspektrum luas oleh perusahaan-perusahaan tradisional.
Bahwa dulu mereka kurang memahami Bitcoin, lalu melihat tingkat adopsi dan sejumlah keunggulannya, maka sekarang mereka tidak memiliki alasan untuk tidak membeli. Sederhana.
Cerminan kedua adalah, ini akan menjadi pendorong bagi perusahaan tradisional lainnya, termasuk mungkin bank sentral untuk membeli Bitcoin untuk melindungi nilai kekayaannya, nilai keuangannya dari terjangan inflasi uang biasa.
Bayangkan saja, kelak jikalau perusahaan besar saja membeli banyak Bitcoin sebagai aset lindung nilai seperti emas, maka Anda bisa bayangkan berapa harga Bitcoin di masa depan.
Jadi, kesadaran ini semakin kental, dengan beragam perspektif yang sangat positif. Adopsi kian nyata di depan mata. Proficiat untuk kita semua! [*]