Kuba, Kripto dan Diaz-Canel
Pada Senin, 19 April 2021 lalu, Miguel Diaz-Canel resmi menjabat sebagai Ketua Umum Partai Komunis Kuba. Dalam kongres itu, ada agenda yang kian mendukung aset kripto untuk ekonomi Kuba.
Berbicara soal Kuba, maka kita bicara tentang negara yang ekonominya bobrok, salah satunya karena sanksi ekonomi oleh AS.
Negara adi daya itu melarang Kuba mengakses ke dolar untuk urusan ekspor dan impor, layanan keuangan internasional. Bahkan Western Union sudah lama hengkang dari negara Amerika Latin itu.
Kondisi itu pula, seperti yang dilakukan Venezuela, aset kripto digunakan bersamaan dengan mata uang resmi mereka yang nilainya melorot. Belum lagi pandemi merontokkan sektor andalan mereka, yakni pariwisata.
Menggunakan aset kripto, tanpa bank, praktis memudahkan negara itu mengakses nilai dolar, misalnya menggunakan Tether (USDT) atau jenis stablecoin lainnya.
Nah, di bawah kepemimpinan Diaz-Canel, yang juga menjabat sebagai Presiden Kuba, ada agenda menarik dalam kongres yang akhirnya ia terpilih memimpin partai.
Agenda itu adalah memasukkan aset kripto sebagai bagian dari program utama nasional untuk menggerakkan ekonomi.
Pun lagi, dengan Diaz-Canel di kursi tertinggi partai, jauh lebih mudah baginya menggolkan agenda itu di tingkat pemerintahan.
Selama kongres ke-8 Partai Komunis Kuba, para delegasi meminta untuk memasukkan kripto sebagai bagian dari pembaruan “pedoman kebijakan ekonomi dan sosial Partai dan Revolusi.“
Pola seperti ini setidaknya meniru pemerintahan Venezuela pimpinan Nicolas Maduro yang sejak 2018 sudah menggunakan aset kripto untuk urusan transaksi.
Bahkan sudah menerbitkan aset kripto nasional pertama di dunia, yakni Petro, kendati hingga saat ini kehilangan gaung.
Di Venezuela, di beberapa outlet tertentu, aset kripto bisa dipakai untuk bertransaksi, khususnya untuk makanan.
Bahkan satuan militer Venezuela menambang Bitcoin untuk menambah pendapatan anggotanya.
Sejauh ini aset kripto adalah solusi, mungkin tak seratus persen, untuk mengatasi kesulitan ekonomi.
Susahnya mengakses dolar sungguhan lewat bank, kini memungkinkan mengakses nilai serupa lewat teknologi blockchain.
Jikalau kelak Kuba mewujudkan aset kripto-blockchain sebagai program nasional, bukan tidak mungkin sejumlah negara lain di wilayah itu yang bernasib serupa, mengikuti langkah itu. [/]