Memahami Kembali Blockchain Ethereum 2.0
Ethereum generasi baru, disebut Ethereum 2.0 adalah desakan ekosistem terhadap sistem transaksi yang lebih cepat mencapai ribuan transaksi per detik. Ethereum 2.0 adalah jawaban terhadap pesatnya perkembangan teknologi blockhain dan segala produk turunannya, termasuk DeFi (Decentralized Finance) yang kian menggelora.
Artikel ini sekadar membawa Anda memahami kembali soal hakikat blockchain Ethereum 2.0 yang diperkirakan mampu mengubah wajah dunia blockchain secara umum.
Kendati pernah kami bahas di blog ini juga, kami menyematkan perkembangan terbaru, termasuk faktor penentu lainnya.
Perlu dipahami bersama, bahwa Ethereum saat ini menganut algoritma konsensus Proof-of-Work (PoW). Ethereum 2.0 akan sepenuhnya menggunakan konsensus algoritma Proof-of-Stake (PoS).
Algoritma konsensus dalam konteks blockchain sebagai sistem uang elektronik/digital adalah kode program komputer yang bersifat deterministik, yang memastikan transaksi berjalan secara otomatis tanpa adanya campur tangan manusia, guna mencapai kesepakatan transaksi final (konsensus).
Algoritma inilah yang memastikan bahwa setiap transaksi secara pasti sampai di tempat tujuan, secara aman dan diakui keabsahannya.
Nah, PoW sebagai algoritma konsensus tertua, hanya mengandalkan seberapa besar energi listrik yang bisa diberikan oleh para penambang (miner) untuk memvalidasi setiap transaksi di jaringan blockchain.
Energi listrik itu dikonsumsi oleh alat tambang khusus berupa Graphical Processing Unit (GPU) ataupun yang sejenis.
Semakin banyak jumlah unit GPU yang digunakan, maka semakin besar pula energi listrik dan biaya yang perlu dikeluarkan oleh penambang.
Atas jasa penambang itulah, modal membeli GPU, membayar biaya listrik dan lain sebagainya, mereka diberikan imbalan berupa aset kripto. Dalam hal ini, yakni blockchain Ethereum, mereka mendapatkan aset kripto Ether (ETH).
Saat ini para penambang berebut imbalan ETH itu sebanyak 2 ETH per block, atau sekitar Rp11,5 juta dengan kurs saat ini @Rp5,7 juta per ETH.
Hanya saja, dalam perjalanannya, ketika semakin banyak pengguna blockchain Ethereum dalam bertransaksi, semakin sulit sistem mengkomodirnya. Ini ibarat jalan raya biasa yang tidak terlalu lebar, tapi sarat dengan pengguna yang padat.
Ini pun berdampak pada biaya transfer (juga dalam satuan ETH) yang semakin besar, karena para penambang menuntut biaya yang besar juga agar transaksi bisa dipercepat.
Itulah alasan mengapa Ethereum harus cepat bermigrasi ke sistem “jalan tos” agar transaksi padat bisa terlayani dan dengan biaya yang lebih murah.
Salah satu penentu agar biaya lebih murah adalah dari sisi penambang, yang berperan memvalidasi setiap transaksi di jaringan blockchain, adalah tak lagi perlu membeli GPU, tetapi cukup membeli dan menyimpan (stake) minimal 32 Ether (ETH) dan mendapatkan bunga dalam skala tahunan.
Ingat, kelak istilah penambang di Ethereum 2.0, akan dikenall sebagai “validator“, sesuai dengan peran utamanya.
Mereka, validator, akan mendapatkan imbalan per block transaksi berupa ETH, antara 25-50 persen tahunan (annualized).
Jadi, dengan 32 ETH, dan imbalannya 25 persen per tahun, maka setiap bulan Anda bisa mendapatkan sekitar Rp160.934 (dengan kurs saat ini sekitar Rp5,7 juta per ETH).
Consensys menyebutkan bahwa di awal-awal Ethereum 2.0, kelak validator mendapatkan imbalan 50 persen per tahun. Namun, semakin banyak jumlah validator, sistem akan secara otomatis mengurangi imbalan per tahun ini dan sebaliknya.
Secara teknis, blockchain Ethereum 2.0 membutuhkan setidaknya 16.384 validator, dengan nilai total mencapai Rp44.610.990.270, jikalau setiap validator memiliki 32 ETH sebagai syarat minimal.
Nah, secara fundamental, walaupun belum masuk Ethereum 2.0, saat ini ada sekitar 118.647 akun/wallet yang bersaldo lebih 32 ETH. Dengan kondisi itu, ekosistem sebenarnya siap untuk masuk ke tahapan Ethereum 2.0 itu, bahkan jauh dari syarat minimal jumlah validator dalam satu jaringan.
Nah, dengan asumsi 118.647 akun/wallet itu kelak benar-benar sebagai validator di Ethereum 2.0, maka sejatinya imbalan per tahun akan lebih kecil dari prakiraan semula.
Skenario seperti ini setidaknya bisa ditangani dengan mekanisme pembatasan jumlah validator agar imbalan tidak terlalu kecil, setidaknya sekitar 4 persen per tahun, dengan total ETH yang di-stake sekitar 10 juta unit. [*]