Menakar Pengaruh Pilpres AS terhadap Sentimen Pasar Bitcoin
Hasil final pemilihan presiden AS masihlah lama, yakni pada 6 Januari 2021, setelah penghitungan suara elektoral rampung. Bagaimanakah pengaruh momen besar itu terhadap pasar Bitcoin dan aset kripto secara umum?
Dalam sistem hitung cepat saat ini, per 4 November petang, Biden masih unggul dibanding Trump, yakni masing-masing mengantongi 220 dan 213 suara electoral college, berdasarkan data dari Voice of America (VOA). Biden perlu 270 suara electoral college untuk bisa mengalahkan Trump.
Beberapa jam berikutnya, di hari yang sama pukul 23:27 WIB, berdasarkan data dari Associated Press (AP), Biden masih unggul, yakni 238 electoral college.
Ada sejumlah aspek bagaimana menakar tingkat pengaruh hasil pilpres AS terhadap pasar aset kripto, khususnya sentimen terhadap Bitcoin.
Secara umum, kita perlu lihat perbandingan kebijakan Biden jikalau ia kelak menang.
Secara prinsip, bisa jadi tak ada perbedaan telak kebijakan antara keduanya, sebab kebijakan agresif ekonomi Trump saat ini dirasa lebih masuk akal, karena diserap positif oleh pasar, yakni yang utama adalah stimulus besar-besaran.
Langkah itu sangat sulit kalau ditawar-tawar, jikalau Biden kelak memimpin. Artinya, Biden akan melanjutkan itu demi menyelamatkan ekonomi AS.
Dalam satu skenario, perlanjutan program itu oleh Biden, tentu saja kian memaksimalkan tingkat likuiditas dolar di pasar.
Ingatlah, partai Demokrat yang mengusung Biden selama beberapa bulan terakhir justru lebih setuju program stimulus lebih dari US$2,2 triliun, angka yang justru didukung lebih besar oleh Trump sendiri.
Likuiditas adalah cerminan banyaknya pasokan uang baru ke ekonomi AS yang berdampak pada pertimbangan publik, ke manakah uang itu akan disimpan dan diinvestasikan agar nilainya tidak berkurang.
Faktanya selama ini, ketika stimulus kian banyak dan bank sentral AS menambah besaran neracanya, pasar saham melonjak, walaupun jauh lebih rendah daripada Bitcoin.
Lihat saja sejak awal tahun hingga 4 November 2020, Bitcoin mengungguli kinerja saham FAANG. Ingatlah, FAANG mewakili kinerja perusahaan-perusahaan teknologi kelas dunia, yakni Facebook (FB), Amazon (AMZN), Apple (AAPL), Netflix (NFLX) dan Alphabet (GOOG/Google).
Situasi itu, pasar tampaknya yakin betul ingin masuk ke pasar yang padat risiko seperti aset kripto, termasuk Bitcoin untuk memaksimalkan imbal hasilnya, karena likuiditas dolar AS cukup mencerminkan potensi inflasi yang tidak sehat di masa yang akan datang.
Satu-satunya keunggulan yang mungkin kelak bisa memenangkan Biden adalah berkat program jangka panjangnya untuk masyarakat dan usaha kelas menengah, sesuatu yang kurang jelas selama pemerintahan Trump, utamanya lewat distribusi stimulus tahap pertama.
Sebagai catatan, Menurut Pew Research, 52% orang dewasa Amerika tinggal di rumah tangga berpenghasilan menengah pada tahun 2016.
Mereka adalah orang dewasa yang pendapatan rumah tangga tahunannya dua pertiga hingga dua kali lipat dari median nasional, setelah pendapatan disesuaikan dengan ukuran rumah tangga.
Rentang pendapatan tahunan untuk rumah tangga kelas menengah dengan tiga orang pada tahun 2016 adalah $45.200 hingga $135.600.
AS memiliki kelas menengah yang secara proporsional lebih kecil daripada banyak negara maju, dan perbedaan pendapatan antar kelompok di kelas menengah semakin meningkat, menurut Pew.
Jikalau pun Biden berbeda, hanya beberapa segi saja akan berseberangan dengan Trump, khususnya soal hubungan AS dengan Tiongkok.
Biden disebut-sebut akan lebih lembut kepada Tiongkok dengan tidak atau sedikit membebankan tarif bea masuk produk-produk Tiongkok.
Alasannya masuk akal, yakni demi meredakan ketegangan perang dagang yang disulut oleh Trump sejak dua tahun lalu. Pasalnya, perang dagang praktis bikin jengkel negara-negara lain.
Namun, jikalau Biden ingin berseberangan dengan Trump, kebijakan itu bisa jadi ditekan oleh parlementer di kubu Republik (itupun jikalau menang) dan memaksa Biden tetap mengibarkan perang dagang, demi ekonomi AS sendiri. Satu dilema yang sangat masuk akal.
Pun demikian, Tiongkok sendiri disebut-sebut tak banyak berharap ada dampak positif terhadap negaranya. Mereka praktis tak peduli apakah Biden atau Trump yang akan menang, karena dampaknya tidak berbeda.
Jikalau anggapan itu benar, maka kita bisa memprediksi Bank Sentral Tiongkok (PBOC) akan terus mengontrol ketat nilai yuan, misalnya terus mendevaluasi agar pembelian yuan kian banyak, khususnya dengan mitra dagang utama mereka. Ini terbukti sangat efektif, kendati kecil, agar tingkat pembelian terhadap dolar bisa cukup ditekan.
Terkait aset kripto, iklim aset kripto di AS cukup positif, setidaknya sejak Kantor Pengawas Mata Uang AS (OCC) pada beberapa bulan lalu yang akan membuat aturan khusus yang mengizinkan bank mengeluarkan layanan aset kripto.
Sejumlah kasus terkait aset kripto, misalnya pencucian uang, praktis dapat dibereskan, di bawah Pemerintahan Trump, bahkan sejumlah program muncul untuk menebasnya.
Ini memberikan kenyamanan spesifik bagi investor aset kripto di dalam negeri, termasuk investor dari kalangan institusi.
Jika Trump menang, kuat kemungkinan kebijakan ini berlanjut, mengingat OCC berada langsung di bawah kendali Kementerian Keuangan.
Lagipula kelas aset baru ini jelas-jelas meningkatkan investasi dan “konsumsi” dan memastikan penggunaan dolar di dalam negeri.
Kebijakan OCC ini dibaca jelas oleh PayPal, sehingga pada 21 Oktober lalu memutuskan meluncurkan layanan jual-beli aset kripto.
PayPal tampak jelas membidik usaha kecil dan menengah, yang secara fakta di lapangan menggunakan aset kripto sebagai alternatif alat pembayaran. Jumlahnya diprediksi semakin besar di tahun-tahun mendatang. Intinya ada pangsa pasar yang sayang sekali tidak dijamah.
Hal lainnya adalah di Wyoming sebagai pelopor crypto-bank, yakni bentuk baru dari perbankan yang khusus mengurus layanan aset kripto.
Bentuk undang-undang itu kelak bisa diadopsi oleh negara bagian lain, demi meningkatkan penggunaan aset kripto, dan pernah diperkenalkan ketika “kasus Libra” mencuat pada tahun 2019 lalu.
Kesimpulan kami di awal ini, sebelum keputusan resmi hasil pilpres dikeluarkan, tingkat likuiditas dolar AS akan semakin besar, dampak stimulus ekonomi dan kebijakan moneter oleh The Fed, baik apakah itu Biden atau Trump yang akan menang dan memimpin negeri itu.
Likuiditas itu dan ketakutan munculnya inflasi yang tidak sehat dan kemungkinan suku bunga negatif, akan merangsang banyak orang beralih ke aset yang berisiko dan berfluktuasi tinggi seperti aset kripto, khususnya Bitcoin. Dan ini sedang terjadi dan mulai diakumulasi oleh perusahaan-perusahaan publik sekalipun, yakkni Square dan MicroStrategy. [***]