Mengapa Bitcoin Memiliki Nilai Tukar?
Semua objek yang disebutkan bernilai dan berharga harus memiliki acuan terhadap objek lainnya yang juga bernilai dan berharga. Dengan kata lain derajat nilai harus berdasarkan perbandingan dengan objek lainnya. Inilah yang disebutkan dengan nilai tukar. Perbedaan antara nilai (value) dan harga (price) sudah kita bahas pada artikel ini.
Uang dolar AS terhadap rupiah misalnya memiliki nilai tukar yang secara prinsipnya ditentukan oleh pasar (daya beli dan jual alias perdagangan) serta seberapa besar ia digunakan dalam kegiatan jual beli barang dan jasa. Nah, dalam perdagangan internasional (ekspor-impor) uang dolar AS-lah yang disepakati sebagai alat tukar/alat pembayaran yang standar. Kalaupun tidak menggunakan dolar AS pun sebenarnya tidak masalah, bergantung pada kesepakatan dan keperluan. Indonesia dan Rusia misalnya pernah melakukan jual beli pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia dengan cara barter hasil pertanian Indonesia.
Karena dolar AS banyak digunakan, maka pembelian terhadap dolar juga lebih tinggi daripada mata uang negara lain. Dalam hal ini di dalamnya negeri, kita bisa membeli uang dolar dengan uang rupiah yang kita miliki.
Nah, apakah ada konsensus/kesepakatan di dalam sistem Bitcoin, sehingga dapat dikatakan ia bisa memiliki nilai tukar? Jawabannya sangat relatif, tetapi secara sederhana dapat dirunut dari kelebihan sistem Bitcoin itu sendiri, yakni yang utama bisa mengirimkan mata uang Bitcoin tanpa melalui bank dan bahkan lebih cepat daripada bank untuk pengiriman lintas negara.
Sejumlah kelebihan itulah yang membuat ia bernilai (value) dan diikuti dengan munculnya harga dan bisa diperdagangkan (bergantung pada seberapa banyak yang membeli Bitcoin itu). Nah, mengapa ada nilai tukar terhadap Bitcoin? Jawaban utama yakni dari sisi miner alias penambang Bitcoin itu sendiri. Misalnya begini, untuk membeli sejumlah perangkat keras untuk menambang, maka para penambang membelinya dengan uang biasa, bisa dolar atau yuan atau rupiah, termasuk untuk membayar listrik. Pembayaran itu jelas tidak menggunakan Bitcoin.
Anda tentu tidak bisa memaksa penyedia hardware penambangan Bitcoin menerima Bitcoin sebagai alat pembayaran, karena dia sendiri membeli hardware dari pabriknya tidak menggunakan Bitcoin. Demikian pula untuk membayar listrik kepada perusahaan negara, mereka tidak menerima Bitcoin sebagai pembayaran.
Maka, karena penambang tahu keunggulan Bitcoin dibandingkan sistem uang elektronik yang lain, dan ada sejumlah pihak yang masih menggunakan uang biasa, maka sejumlah Bitcoin yang ia dapatkan dari proses menambang (sebagai imbalan menjaga lalu lintas transaksi), lantas dijual terlebih dahulu ke bursa kripto menjadi dolar atau rupiah atau jenis mata uang biasa lainnya.
Jadi, selama sebagian orang masih menggunakan uang biasa (dolar/rupiah), selama itu pula Bitcoin memiliki nilai tukar. Demikian pula Bitcoin bisa ditukar menjadi uang kripto lainnya, selama ekosistemnya menerima dan sepakat. [*]