Menyikapi Korelasi Pasar Bitcoin versus Saham
Pasar Bitcoin selama tahun ini, terlebih-lebih karena ekonomi parah terdampak COVID-19 sejak Maret 2020, terpantau berkorelasi cukup erat dengan pasar saham di Amerika Serikat (AS). Bagaimana kita menyikapinya?
Pada 1 Juli 2020 kemarin Pfizer mengumumkan bahwa uji coba vaksin COVID-19 tahap awal telah menghasilkan hasil yang optimis. Kabar itu membuat pasar saham dan Bitcoin naik lebih tinggi, sementara emas jatuh di bawah level psikologis, US$1.800.
Itu adalah contoh teranyar korelasi positif antara pasar saham dengan harga Bitcoin. Artinya, trader Bitcoin praktis mendasarkan analisis fundamental-nya pada situasi eksternal yang bisa berpengaruh kepada pasar saham.
Lantas, seberapa kuatkah argumen masa lampau, bahwa Bitcoin adalah aset lindung nilai, ketika pasar saham turun, sepatutnya harga Bitcoin naik lebih tinggi, tapi yang terjadi adalah berbanding lurus?
Fenomena itu juga ditegaskan oleh PlanB, seorang anonim di balik Model Bitcoin Stock-to-Flow, pada 24 Juni 2020 lalu. Dia memastikan bahwa korelasi erat antara pasar saham dan Bitcoin benar-benar nyata.
“Harga Bitcoin turun, demikian pula indeks pasar saham S&P 500. Pasar saham AS terguncang oleh ekonomi yang buruk. Ini sama seperti Maret 2020 lalu. Ini tak ada hubungannya dengan ‘whales‘, manipulasi di pasar futures ataupun aksi jual Bitcoin oleh pelaku penipuan PlusToken,” katanya.
Peristiwa itu melemparkan kita pada April 2020 dengan situasi yang serupa. Kala itu terdapat korelasi positif yang bersifat ‘moderat’ antara Bitcoin dan pasar saham AS selama kuartal pertama 2020.
Berdasarkan laporan ini, Bitcoin turun 10 persen selama kuartal itu, tetapi masih mengungguli S&P 500 yang mengalami penurunan 19 persen. Menurut laporan itu, korelasinya cukup tinggi di 0,57.
Emas dan surat utang negara jangka panjang tidak menunjukkan hubungan dengan pasar lain, karena mereka naik masing-masing 8 persen dan 23 persen.
Namun, laporan itu meyakinkan publik, bahwa meskipun Bitcoin menampilkan korelasi positif yang signifikan dengan pasar saham AS pada kuartal pertama 2020, koefisien korelasi tinggi ini tetap sangat tidak mungkin bertahan dalam jangka menengah dan panjang.
Dan hal serupa hadir pada grafik yang disodorkan oleh PlanB itu, bahwa kesamaan gerak ini hanya sementara dan mungkin serba kebetulan.
Pun bisa juga, justru dalam jangka panjang, ketika pandemi ini usai, Bitcoin bisa melambung lebih tinggi sebagai akibat dari inflasi besar gara-gara jumlah uang dolar AS yang beredar di pasar. Ingat, program kebijakan pelonggaran kuantitatif itu terus dilakukan.
Ini ditegaskan oleh grafik Bitcoin versus dolar AS di atas, bahwa Raja Aset Kripto itu berbanding terbalik dengan nilai dolar AS. [*]