Menyoal Dominasi Bitcoin Sudah 70,7 Persen, Bagaimana Nasib Kripto Lainnya?
Sulit memungkiri bahwa Bitcoin memiliki daya tarik tersendiri. Jelas ia adalah primadona. Dalam sejarah peradaban manusia, bermula tahun 2009, kita mempunyai uang murni digital yang tidak dibuat oleh negara dan memiliki nilai, sekaligus harga yang sangat tinggi.
Sepanjang masa Bitcoin pernah mencetak harga tertinggi hingga US$20.000 pada 15 Desember 2017 silam. Kendati turun drastis hingga US$3.100, Raja Aset Kripto itu masuk wilayah tren naik sejak Januari 2019. Hingga artikel ini ditulis, Bitcoin berjaya di US$10.551, naik signifikan dari US$9.400 beberapa hari sebelumnya.
Kendati pun memantik kontroversial dan gonjang ganjing di sejumlah negara, toh penggunanya tidak menjadi nol, bahkan semakin banyak yang membeli dan sebagian lagi menahan (hold).
Kenaikan dan penurunan dalam rentang waktu tertentu inilah yang menjadi keunikan Bitcoin dan mencerminkan kepercayaan diri para investor. Jikalau mereka tidak percaya dengan Bitcoin, maka Bitcoin akan turun hingga 0 persen. Mereka percaya bahwa Bitcoin sangat jauh berbeda dengan jenis aset lainnnya, termasuk uang biasa, seperti dolar dan rupiah.
Nah, itu kalau cerita eksternal terhadap Bitcoin. Cerita internalnya ada yang cukup menarik kalau kita bahas di sini, yakni soal dominasi Bitcoin yang sudah mencapai 70,7 persen terhadap ribuan aset kripto yang ada sekarang ini. Lihatlah di Coinmarketcap. Ini artinya besaran kapitalisasi pasarnya masih nomor wahid dan sejak awal Bitcoin bertengger di peringkat pertama.
Nah, besaran ini sebenarnya mencerminkan apa saja? Ya, selain kapitalisasi pasar yang besar, tentu saja mencerminkan Bitcoin yang lebih dipercaya daripada jenis aset kripto yang lain. Dengan kata lain, semakin banyak orang yang membeli Bitcoin berbanding aset kripto lainnya.
Hal menarik lainnya, besaran 70 persen itu sebenarnya sudah jauh melampaui besaran dominasi 59.3 persen pada 30 Oktober 2017 silam. Untuk kali pertama itu terjadi pada Juni 2019, lalu terus menaik hingga mencetak besaran 70,7 persen seperti sekarang ini.
Nah, bilakah dominasi di atas 70 persen terakhir terjadi? Jawabannya adalah pada 20 Maret 2017, beberapa bulan sebelum Bitcoin menembus US$20.000.
Perbedaannya adalah, dominasi pada tahun itu dalam wilayah tren turun, karena semakin banyak orang yang menggunakan aset kripto Ether (ETH) untuk menyelenggarakan ICO (Initial Coin Offering).
Sedangkan ini, trend dominasi dalam wilayah tren naik dan terlihat mencoba merangkak kembali ke dominasi 80 persen, seperti yang pernah terjadi pada awal tahun 2017.
Nah, bagaimana dengan nasib aset kripto lainnya. Ya, jelas jauh jaraknya kalau saat ini. Mari kita bandingkan dengan masa lalu. Lihat saja Ether. Pada 12 Juni 2017, Ether mendominasi pasar aset kripto hingga 31 persen. Sedangkan Bitcoin 39 persen. Beda tipis memang.
Tetapi, ketika tren dominasi Bitcoin menaik, Ether dan sejumlah aset kripto lainnya malah menurun drastis. Berdasarkan data dari Coinmarketcap, per 2 September 2019, dominasi Ether hanya 7,21 persen, diikuti Bitcoin Cash hanya 2,01 persen. Di belakangnya ada Litecoin (1,61 persen) dan Ripple (4,25 persen).
Kesimpulannya adalah dominasi adalah satu dari kesekian banyak untuk mengukur sentimen pasar kripto. Perusahaan Messari menyusulkan alat ukur lain, yakni likuiditas kapitalisasi pasar. Tapi, cara ini tidak memasukkan jenis stable coin dari keseluruhan kapitalisasi pasar aset kripto.
Masalahnya, parameter likuiditas kapitalisasi pasar lebih susah untuk mendapatkan angka yang tepat, mengingat semakin banyaknya aset kripto yang ada saat ini di pasar. Maka, parameter dominasi pasar setidaknya memberikan panduan yang cukup jelas, bagaimana aset kripto bersaing satu sama lain. Ini sama sederhanyanya dengan menghitung besaran kapitalisasi pasar, yakni harga dikalikan dengan jumlat unit aset yang beredar. [*]