Negara Berlomba Ujicoba Mata Uang Digital Sendiri
Keunggulan teknologi blockchain sebagai sistem uang elektronik peer-to-peer yang dimulai dari Bitcoin pada tahun 2009, kian mendorong banyak negara mengujicoba penerbitan dan transaksi mata uang digitalnya. Tahun depan adalah tahun banyaknya ujicoba.
Kemarin, Bank Sentral Korea Selatan membulatkan niatnya untuk mengujicoba won digital dalam konteks Central Bank Digital Currency (CBDC), pada tahun depan.
Inilah pernyataan lanjutkan setelah beberapa waktu lalu bank sentral itu membentuk Dewan Penasihat Hukum khusus won digital. Pun persiapan dari semua itu, telah dimulai selama 2 tahun terakhir.
Langkah Korea Selatan pada prinsipnya adalah respons terhadap langkah serupa oleh Bank Sentral Tiongkok yang terlebih dahulu mengujicoba yuan digital pada pertengahan tahun ini, sebagai hasil akhir penelitian dan pengembangan sejak tahun 2014.
Dapat ditegaskan bahwa Tiongkok adalah yang terdepan dalam hal CBDC itu berbanding dengan negara lainnya, termasuk AS untuk dolar digital.
Maklumlah, Tiongkok merasa perlu melakukan itu demi menjaga kedaulatan dan penggunaan mata uangnya yang sangat bernilai. Perihal yuan digital ini, telah kami bahas di artikel ini.
Selain Korsel, ada pula Jepang dengan yen digital, termasuk Bank Sentral Uni Eropa untuk euro digitalnya.
Korsel, Jepang dan Eropa kemungkinan besar akan serental menggelar uji coba pada tahun depan. Dengan demikian, tahun depan dapat dikatakan terjadi ujicoba besar-besaran oleh sejumlah negara untuk mata uang digital itu.
Khusus euro digital benar-benar dapat dimaklumi, bahwa mereka Bank Sentral Uni Eropa sulit menolak menerbitkan versi digital atas euro itu, sebab euro secara global adalah mata uang yang kuat mewakili banyak negara anggotanya.
Itulah sebabnya euro adalah pembanding dalam indeks dolar AS, karena kedua entitas itu adalah mitra dagang penting, termasuk yen dan won, tentu saja.
Secara umum, mata uang digital yang diterbitkan oleh bank sentral adalah alat pembayaran yang sah dalam negara dan lintas negara dan digunakan dalam pembayaran ekspor dan impor.
Disebut mata uang ia juga dianggap sebagai pelengkap dan kelak sebagai pengganti mata uang dan uang fisik (kertas dan logam). Menggunakan teknologi blockchain ataupun Distibuted Ledger Technology (DLT) dianggap lebih efisien dalam biaya, kecepatan, jangkauan dan keterlacakaan transaksi.
Sistem ini akan sangat berbeda dengan sistem saat ini yang menggantungkan pada teknologi buatan SWIFT yang menghubungkan transaksi antar bank di seluruh dunia. Termasuk pula sejumlah layanan keuangan yang menggunakan VISA, Mastercard, bahkan WesterUnion sekalipun.
Dampak besarnya adalah, kelak transaksi uang baik di dalam negeri maupun di luar negeri, akan lebih murah daripada biasanya dan terjadi secara instan. Ya, revolusi keuangan sedang kita jalani saat ini, berkat dan diawali oleh Bitcoin. [*]