Pasar Saham AS Kian Parah, Bitcoin Tak Melemah
Saking parahnya virus Corona menerjang Amerika Serikat, The Fed alias Bank Sentral AS kemarin terpaksa menelurkan kebijakan “infinity quantitative easing”. Bahasa sederhanyanya adalah “penerbitan uang tanpa batas”. Langkah itu dibuat untuk menyelematkan ekonomi AS yang terpuruk. Pasar saham limbung karena minat beli sangat-sangat rendah.
Langkah itu menyusul quantitative easing sebelumnya, hingga dianggap kurang direspons positif oleh pasar.
Keputusan itu langsung direspons oleh pasar aset kripto, dengan lonjakan tajam harga Bitcoin termasuk sejumlah aset kripto berkapitalisasi besar lainnya. Artinya, uang dolar yang beredar sekarang arusnya mengalir ke pasar aset kripto. Bahkan emas saja hari ini turun 0,26 persen dan tertekan -6,30 persen daam 30 hari terakhir.
Indesk saham Dow Jones misalnya ditutup melemah -3 persen di 18. 591 point. Sedangkan indeks S&P500 turun 67, 52 point di 2,237.40, -2.93 persen dalam 24 jam terakhir. Sedangkan Indeks Nasdaq lemah tipis -0,27 persen di 6.860,67.
Bitcoin sendiri dalam 24 jam terakhir menguat hingga 8 persen di level Rp106.139.784 (US$6.430,77). Luar biasa! Ether pun menyusul menguat hingga lebih dari 5 persen dan Ripple main cantik 3 persen. Aset kripto lainnya pun hijau cling!
Di titik inilah kita memahami bahwa, keyakinan masyarakat dunia terhadap aset kripto sangatlah besar daripada saham yang kurang bernilai saat ini.
Dengan belum pulihnya ekonomi AS dampak virus Corona, maka besar kemungkinan penguatan pasar aset kripto akan terus berlanjut.
Dan ingat pula Halving kian dekat pada Mei 2020 yang juga menentukan nasib Bitcoin berikutnya. Apakah mengulang pola sejarah pada dua Halving sebelumnya atau sebaliknya? Kita menanti satu peluang lainnya. [*]