Ruang Luas Donasi Kripto
Untuk saat ini Anda memang belum dapat berharap banyak dengan teknologi Blockchain. Walaupun kini dapat dijadikan sebagai instrumen investasi dan metode pembayaran, dalam bidang yang lain, penerapan Blockchain masihlah merangkak. Sekarang kita masih membicarakan potensi dalam kerangka skenario dilengkapi dengan sejumlah pendekatan kritis. Dalam kerangka skenario itu pula, beberapa bagian darinya telah dirasakan sangat berbeda dibandingkan dengan cara-cara tradisional.
Dalam bidang donasi sosial misalnya, kelebihan Blockchain memungkinkan riwayat transaksi dana lebih transparan daripada sekadar misalnya mentransfer melalui rekening bank. Misalnya sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) membuka program lumbung dana sosial untuk bencana alam. Dengan cara tradisional, Anda mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening LSM itu. Anda mempercayai pengumpulan hingga penyaluran uang itu kepada LSM. Namun masalahnya, mampukah Anda melacak perjalanan dana itu? Tentu saja tidak, karena Anda tidak berhak melihat akun rekening LSM tersebut.
Masalah lainnya adalah penyimpangan dana donasi sosial justru kerap terjadi, sekalipun itu atas nama LSM ternama. Blockchain memampukan Anda melacak semua transaksi dana donasi dari awal hingga akhir masa donasi. Dari awal penutupan donasi hingga transaksi pembelian barang-barang yang akan didonasikan, jikalau perlu. Skenario serupa dapat diterapkan pada skema donasi swalayan yang meminta recehan dari pelanggan.
Berdasarkan laporan dari Fidelity Charitable, tahun 2017 tercatat sebagai “tahun baik” crypto donations. Organisasi itu menerima donasi hingga US$69 juta dalam bentuk Bitcoin. Mereka mengklaim, angka itu 10 kali lebih tinggi berbanding tahun sebelumnya. Lembaga sosial yang juga menerima dana dari Yayasan Bill & Melinda Gates itu yakin bahwa kenaikan harga Bitcoin pada tahun 2017 berperan dalam pertumbuhan angka donasi tersebut. Dengan donasi seperti ini, lembaga itu merasa lebih mudah untuk melacak, meneliti, dan mengaudit dana dengan lebih baik lagi daripada sebelumnya. Bagi lembaga tersebut crypto donations sekaligus memberikan “ruang praktik” bagi pendukung kripto di seluruh dunia.
Pada Desember 2017 seorang yang menyebut diri “Pine” membuat website donasi bernama Pineapple Fund. Misinya adalah mengumpulkan uang senilai US$86 juta dalam bentuk Bitcoin yang akan didistribusikan ke 60 organisasi penerima, termasuk di antaranya kepada Water Project dan Electronic Frontier Foundation. Yayasan pertama adalah yayasan yang menyediakan layanan air bersih kepada warga Gurun Sahara. Sedangkan yayasan kedua adalah organisasi yang mengkaji masalah hak cipta digital. Hingga saat ini Pineapple Fund telah mengumpulkan lebih dari US$55 juta (5.104 BTC).
Beberapa celah yang perlu dikaji dalam crypto donations ini adalah memastikan peruntukan dananya, khususnya setelah uang dibelanjakan dalam produk barang ataupun jasa. Misalnya, jikalau donasi diperuntukkan membeli kasur angin bagi warga kurang mampu, pengelola dana harus bisa membuktikan bahwa dana pembeliannya memang berasal dari donasi, karena penjual produk mungkin tak bersedia menerima uang dalam bentuk Bitcoin. Khusus untuk itu rasanya masih perlu sentuhan manusia yang harus mengawasi langsung proses pembeliannya. [vins]