Satelit Bitcoin Sudah Mencakup Wilayah Indonesia, Pentingkah?
Sejatinya sebagian teknologi yang dibuat manusia saling mendukung satu sama lain. Di era digitalisasi dan virtualisasi ini, teknologi satelit dan keluarangkasaan dianggap mampu memantapkan keberadaan Bitcoin di masa depan. Pentingkah satelit bagi Bitcoin, yang kini sudah mencakup wilayah Indonesia itu?
Pertanyaan itu menggugah batin Adam Back, sang pakar kriptografi, pada tahun 2014 silam. Menurutnya, teknologi satelit adalah penyelamat Bitcoin, jikalau di masa depan terjadi bencana yang mengakibatkan jaringan Internet terputus.
Baru tahun 2017 asa itu terwujud dengan diluncurkannya satelit Bitcoin untuk kali pertama untuk menyelaraskan data blockchain Bitcoin, tapi masih sebagian menggunakan akses Internet.
Pada tahun 2018, Blockstream memperluas jaringan satelit Bitcoin ke empat satelit di enam zona cakupan, menambahkan cakupan wilayah Asia dan Pasifik dan merilis spesifikasi API untuk memungkinkan pengguna mengirim data melalui jaringannya.
Dan menjadi momen bersejarah, pada awal Mei 2020 lalu, Blockstream memastikan untuk menyelaraskan data blockchain Bitcoin, sepenuhnya menggunakan satelit, tanpa akses Internet sama sekali.
Seperti yang kita ketahui, transaksi Bitcoin (BTC) yang memanfaatkan protokol jaringan uang elektronik blockchain memanfaatkan sambungan Internet, sebagai jaringan di atasnya.
Tanpa Internet, mustahil jutaan orang di seluruh dunia, termasuk Anda pengguna Triv mengirim dan menerima Bitcoin.
“Kami melihat peningkatan kekuatan jaringan Bitcoin dan biaya partisipasi yang lebih rendah berkontribusi untuk membantu bisnis mengandalkan layanan untuk pencadangan. Ini juga penting untuk negara berkembang sebagai akses utama mereka ke jaringan Bitcoin dengan biaya lebih rendah,” kata Adam Back CEO Blockstream kepada Forbes, tahun 2018 silam.
Nah, sebagian dari kita mungkin tak membayangkan, di masa depan, ketika Internet padam total, maka jaringan Bitcoin ibarat tak bernyawa sama sekali, hanya sekadar kode-kode program tak bermakna.
Di sinilah teknologi satelit yang memanfaatkan gelombang mikro menjadi solusi, sekaligus alternatif yang menjamin Bitcoin tetap bisa berjalan.
Langkah ini juga sebagai semacam jaminan di masa depan, ketika Internet misalnya padam karena bencana, Bitcoin masih terus eksis. Tentu saja dengan catatan tebal, akses listrik terus menyala.
Cara Kerja
Lantas bagaimanakah cara kerjanya? Patut dipahami terlebih dahulu bahwa teknologi gelombang radio (elektromagnetik) juga dimanfaatkan untuk menyalurkan akses Internet oleh jutaan umat manusia saat ini, melalui BTS (Base Transceiver Station). Gelombang inilah yang membawa data dan informasi, termasuk format digital data Bitcoin melalui satelit.
BTS menghubungkan perangkat selular ke jaringan. BTS-lah yang mengirim dan menerima gelombang radio ke perangkat selular dan mengubahnya menjadi sinyal digital yang diteruskannya di jaringan untuk dialihkan ke terminal lain di jaringan atau ke Internet.
BTS dan satelit sama-sama menggunakan gelombang mikro. Perbedaannya hanya pada basis frekuensinya saja.
Jikalau BTS lazimnya berfrekuensi 3 GHz (panjang gelombang 10 cm), maka satelit umumnya berfrekuensi hingga 30 GHz (panjang gelombang 1 cm).
Satelit yang berdaya jangkau luas di angka luar, juga sebagai solusi mengakses Bitcoin di daerah pedalaman yang sama sekali tidak terjangkau Internet karena ketiadaan BTS.
Bitmex Pakai Satelit Bitcoin
Kabar terbaru datang dari bursa aset kripto Bitmex kemarin. Mereka mengatakan telah memasang dan mengoperasikan satelit Bitcoin buatan Blockstream itu.
“Kami telah memasang sistem satelit Bitcoin buatan Blockstream. Itu adalah cara untuk mengunduh dan memverifikasi blockchain Bitcoin melalui satelit, tanpa perlu Internet. Koneksi satelit memang memiliki bandwidth yang cukup agar node (simpul) Bitcoin tetap selaras,” sebut Bitmex dalam blog-nya, 14 September 2020.
Bitmex mengakui perlu perlengkapan khusus yang dibeli pihaknya dari Blockstream, meliputi Blockstream Satellite Pro Kit dan Blockstream’s Flat-Panel Antenna.
“Paket perlengkapan itu cukup mahal, hampir US$1200,” sebut Bitmex.
Mereka juga mengakui tak menemui kendala khusus ketika pemasangan. Hanya perlu beberapa jam saja, sebut Bitmex.
“Secara prinsip, kami hanya perlu memasang parabola (satelit bumi) lalu mengarahkannya ke arah yang benar ke arah langit tempat satelit Blockstream berada di luar angkasa. Parabola dihubungkan ke laptop bersistem operasi Linux dan menjalankan beberapa perangkat lunak Blockstream, termasuk software Bitcoin Core 0.19.1,” kata mereka.
Menurut mereka, bagian yang paling menantang adalah penyelarasan antena parabola ke satelit geostasioner di luar angkasa.
“Hanya perlu waktu sekitar 15 menit untuk menyelaraskannya. Syukurlah kondisi cuaca cukup mendukung,” jelasnya.
Sejatinya, setiap dompet (wallet) Bitcoin yang Anda gunakan terhubung dengan satu atau beberapa komputer yang berisikan data blockchain Bitcoin (full node).
Penambang Bitcoin juga perlu mengunduh itu. Komputer itu menyimpan data mulai dari genesis block (perdana) pada tahun 2009 hingga yang terkini.
Data di setiap block itu adalah data transaksi lintas wallet, lintas address. Menggunakan akses Internet biasa, Anda bisa mencoba mengunduhnya menggunakan Bitcoin Core. Dengan kecepatan unduh rata-rata 15 Mbps, sinkronisasi bisa selesai kurang lebih dua minggu.
Awal Mei 2020 lalu, Blockstream mengumumkan peningkatan kinerja satelit blockchain Bitcoin-nya. Jikalau sebelumnya untuk sinkronisasi data di awal perlu terhubung ke Internet, maka peningkatan terbaru itu memungkinkan sepenuhnya tanpa Internet sama sekali. Soal kecepatan diklaim 25 kali lebih cepat daripada sebelumnya.
“Pada versi pertama, untuk melakukan sinkronisasi, mengunduh semua data Bitcoin memerlukan koneksi Internet di langkah pertama. Sekarang di versi kedua ini, sepenuhnya tanpa Internet,” sebut Blockstream.
Masa Depan
Kendati menjanjikan, proyek satelit Bitcoin ini perlu waktu yang cukup lama diadopsi, karena harus sejalan dengan tingkat adopsi Bitcoin itu sendiri.
Namun, dalam skala umum, ketika teknologi blockchain lain, yang memang diasaskan dari Bitcoin menjadi lazim, maka satelit bisa menjadi pilihan yang jauh lebih hemat, khususnya untuk menjangkau masyarakat di pedalaman agar bisa mengakses jasa keuangan. Semoga. [***]