Seandainya Bitcoin Tak ada
Hampir enam tahun lamanya kami bergerak di layanan jasa keuangan, kami kerap bertanya: Apa yang terjadi dengan dunia ini, seandainya Bitcoin tidak ada. Bayangkan dunia yang penuh ketimpangan kekayaan ini masih bersandar pada uang dan mata uang biasa, saham dan emas yang kian naik. Siklusnya seperti itu. Ingat, tanpa Bitcoin yang desentralistik.
Jawaban paling masuk akal adalah, jika Bitcoin tak ada, maka sesuatu yang lain mungkin muncul. Entah pun dia tak disebut Bitcoin oleh Satoshi Nakamoto, tetapi fungsi utamanya adalah “berseberangan” dengan sistem uang yang sentralistik.
Pun sulit membayangkan apa yang lain selain Bitcoin. Toh, prinsip dasar Bitcoin benar-benar merupakan antitesis dari sistem perbankan yang lebih mirip lintah darat daripada sebagai pihak baik hati.
Bitcoin benar-benar kukuh menjadi pembeda di sudut kehidupan yang telah rapuh oleh kaum elit. Dan dia semestinya ada, ketika Internet benar-benar menghujam tajam di segenap relung hidup.
Satoshi dengan Bitcoin-nya membawa kesadaran penghuni planet Bumi ini, bahwa ada sistem sebelumnya yang tidak memberikan manfaat bagi orang-orang miskin di desa-desa. Bitcoin juga membawa banyak orang mempelajari kembali bagaimana uang bekerja, prinsip-prinsip perbankan dan ekonomi bangsa.
Di atas itu semua, bayangkan saja, sepanjang sejarah peradaban manusia, kita memiliki sistem uang elektronik yang tidak bersandar pasa sistem dan struktur negara manapun. Ia pun bukan swasta yang dikendalikan oleh perusahaan-perusahaan elit. Bitcoin jelas milik-milik individu yang mengidamkan sistem uang yang mereka kendalikan sendiri.
Sistem uang Bitcoin juga bersifat “kekal” dan tidak dapat diciptakan begitu saja, perlu energi dan upaya lebih. Dan juga yang tak kalah penting adalah, Bitcoin mengantarkan manusia mengirimkan dana/value secepat kilat, murah, kapan dan di mana saja, tanpa melalui jasa perbankan, tak pula melalui pengawasan secara langsung oleh negara. Oh, jangan lewatkan soal transparansinya. Luar biasa!
Keinginan untuk menghapus perantara pihak ketiga adalah respons terhadap krisis keuangan global yang disebabkan oleh bank-bank besar pada tahun 2007. Pendapat publik dengan cepat melewati perputaran 180 derajat dan lembaga-lembaga yang disegani menjadi paria.
Jadi, ada kasus untuk mengklaim bahwa jika para bankir hampir tidak melumpuhkan dunia maju, mungkin kita mungkin harus menunggu untuk Peristiwa Besar lainnya sebelum pengembang yang berpikiran teknologi mempertimbangkan untuk menciptakan apa yang kemudian dikenal sebagai blockchain.
Sampai saat itu, bank berfungsi sebagai perantara antara kita, pelanggan, baik bisnis atau konsumen, dan orang-orang atau perusahaan yang perlu mengirim uang, atau menerimanya sendiri.
Apa yang tergambarkan buruknya sistem keuangan masa silam adalah bahwa operasi perbankan sama sekali tidak transparan, karena mereka adalah sistem terpusat yang dioperasikan oleh komplotan rahasia dengan gaji yang terlalu tinggi.
Dalam sebuah pertempuran, Bitcoin masih punya musuh. Ya siapa lagi kalau bukan mereka yang masih nyaman di wilayah sistem keuangan desentralistik itu.
Membaca artikel ini, bukan berarti Anda kelak hidup di dunia yang penuh Bitcoin dan sistem desentralistik lainnya. Yang benar adalah Bitcoin tidak berkehendak menggantikan sistem keuangan saat ini. Tetapi, sebagai entitas penyeimbang dunia sentralistik. Bahwa Bitcoin ada memberikan kesadaran penuh kepada bank sentral untuk bersikap lebih bijak terhadap kebijakan moneternya dan kementerian keuangan bijak terhadap kebijakan fiskalnya. Dan presiden, sultan dan raja-raja lebih bajik lagi melihat kesejahteraaan rakyatnya. [red]