Shutdown Pemerintah AS 2025

Pemerintah federal Amerika Serikat resmi memasuki masa shutdown setelah Kongres gagal mencapai kesepakatan terkait rancangan undang-undang pendanaan sementara. Ini menjadi shutdown pertama sejak Desember 2018. Hal ini dipicu oleh perselisihan tajam antara Partai Republik yang dipimpin Presiden Donald Trump dan Partai Demokrat terkait subsidi perawatan kesehatan serta anggaran federal. Dengan berakhirnya tahun fiskal 2025 pada 30 September, jutaan pegawai negeri kini menghadapi pemotongan gaji sementara, sementara layanan publik esensial seperti pengamanan bandara dan pengawasan keuangan tetap berjalan secara terbatas.

Latar Belakang Shutdown

Kebuntuan bermula dari rancangan undang-undang Demokrat yang mencakup perpanjangan subsidi Affordable Care Act (ACA). Rencana ini ditolak faksi Republik karena dianggap sebagai pengeluaran berlebih. Akibatnya, tidak ada rancangan appropriations yang lolos untuk tahun fiskal baru, sehingga memicu shutdown otomatis. Media besar AS seperti Politico, CBS, dan CNN menyoroti kegagalan ini sebagai krisis politik baru. SementarWhite House sudah lebih dulu memperingatkan bahwa shutdown akan dimulai tepat tengah malam.

Dampak Ekonomi

Shutdown ini memengaruhi sekitar 2 juta pegawai federal non-esensial yang harus cuti tanpa gaji. Layanan dasar seperti pos, keamanan pangan, hingga inspeksi maskapai tetap berjalan, tetapi proyek infrastruktur, penelitian ilmiah, dan program dukungan publik terhenti. Shutdown berpotensi memangkas pertumbuhan ekonomi AS sebesar 0,1–0,2 poin persentase per minggu, sementara tingkat pengangguran bisa naik meski bersifat sementara. CNBC menambahkan, jika shutdown berlangsung lebih dari dua minggu, risiko inflasi dan penurunan kepercayaan konsumen dapat meningkat signifikan.

Dampak ke Pasar Saham dan Kripto

Pasar saham AS diperkirakan akan mengalami volatilitas pada sesi pembukaan. Indeks utama seperti S&P 500 dan Dow Jones kemungkinan tertekan akibat ketidakpastian fiskal. Perusahaan yang bergantung pada kontrak pemerintah, seperti sektor pertahanan dan teknologi, diprediksi paling terdampak karena adanya penundaan proyek dan persetujuan regulasi.

Di sisi lain, pasar kripto juga tidak luput dari efek domino ini. Penundaan rilis data pekerjaan salah satu indikator bagi trader untuk memprediksi kebijakan suku bunga Fed dapat meningkatkan volatilitas harga crypto. Jika shutdown berlangsung lama, bukan hanya sentimen pasar yang terguncang, tetapi juga kemajuan pembahasan regulasi aset digital di Senat bisa ikut tertunda. Hal ini berpotensi menekan harga Bitcoin dan Ethereum dalam jangka pendek.

Kesimpulan

Shutdown pemerintah AS kali ini bukan hanya krisis politik domestik, tetapi juga berpotensi mengguncang pasar global. Dampak jangka pendek mungkin terbatas, namun penundaan data ekonomi dan pembahasan regulasi menambah ketidakpastian, terutama bagi pasar kripto yang sensitif terhadap kebijakan moneter. Apakah ini hanya gangguan sementara atau awal dari badai ekonomi yang lebih besar? Semua bergantung pada negosiasi Kongres dalam minggu-minggu mendatang.

Comments are closed for this post.