Sudah Dimulai! ETH Berjangka di CME Group
Inilah mungkin yang sudah dinanti lama oleh para penggemar aset kripto ETH. Pasalnya ETH berjangka kini sudah diperdagangkan di raksasa perdagangan komoditi derivatif di CME Group di Amerika Serikat (AS). Perusahaan ini juga memiliki dan mengendalikan Bursa Efek New York.
Di pasar derivatif alias pasar turunan, nama CME Group adalah barometer. Mereka pulalah pelopor perdagangan komoditi di dunia, sejak tahun 1848.
Produk serupa untuk BTC sudah dimulai sejak Desember 2017 silam, beberapa hari sebelum harga BTC turun lebih dari 8 persen dari level antara US$19.600-20.000.
Bagi CME, perdagangan derivatif yang berasaskan pada pergerakan harga di pasar spot itu, bermanfaat agar tingkat volatilitas harga tidak terlampau liar.
Jadi, tidaklah heran jika volatilitas Bitcoin sejak tahun 2008 pada prinsipnya mengalami penurunan, karena diikuti oleh pasar derivatif kecil lainnya, termasuk pembelian besar-besaran oleh sejumlah institusi yang berhaluan jangka panjang.
CEO CME sendiri mengatakan kala itu bahwa harga Bitcoin perlu “dijinakkan”.
Pengumuman ETH Berjangka itu dikumandangkan pada Desember 2020, ketika harga Bitcoin melonjak tinggi. Ini pula yang menggelorakan perdagangan ETH hingga kemarin menyentuh lebih dari Rp23 juta per ETH. Pasar tampaknya memang berspekulasi atas ETH Berjangka di CME Group itu.
Sama seperti BTC Berjangka, alasan CME Group mengeluarkan produk terbaru atas ETH itu adalah karena tingkat perkembangan teknologi blockchain Ethereum yang meningkat, yakni proses menuju Ethereum 2.0 yang dimulai sejak 1 Desember 2020 lalu.
Pun patut diingat, karena settlement (penyelesaian akhir) kontrak ETH berjangka adalah dolar, maka trader dan investor bukan bertujuan mendapatkan ETH sebanyak-banyaknya.
Mereka hanya memproyeksikan tren harga ETH di pasar spot, membeli sejumlah kontrak ETH tertentu dan mendapatkan dolar sebanyak-banyaknya sebagai bentuk profit.
Perkembangan DeFi juga melonjak, karena sejumlah pengembang aplikasinya mendapatkan kemudahan dan keluwesan menggunakan bahasa pemrograman Solidity, termasuk upgrade di sisi virtual machine-nya.
Tak heran beragam inovasi di ranah DeFi juga semakin tinggi, termasuk tindak laku peretasannya, seperti yang terjadi pada sistem Yearn Finance baru-baru ini.
Toh bagi CME Group sendiri, mereka tak bisa memalingkan fakta pasar, bahwa tingkat penerimaan ETH, baik sebagai aset bernilai dan teknologi Ethereum-nya memang benar-benar baik.
Pun kelak Ethereum 2.0 diproyeksikan sebagai teknologi blockchain berkecepatan tinggi sekaligus akan semakin popular.
Di atas kertas, Ethereum 2.0 bisa mengelola lebih dari 100 ribu transaksi per detik. Volume itu jauh melampaui kecepatan transaksi sistem keuangan tradisional, yakni VisaNet.
Hal itu juga kelak mampu menekan biaya transaksi yang mahal ketika mengirimkan ETH, termasuk menekan biaya di sektor DeFi, dibandingkan saat ini.
Saat ini, ketika harga satuan ETH melonjak, berdampak buruk pada tingginya biaya transaksi. Padahal mengingat use case ETH ini sangat banyak, efisiensi dari sisi biaya transaksi amatlah penting.
Ini berbeda dengan Bitcoin yang tidak memiliki use case dari sisi smart contract-nya.
Nah, di saat yang sama, jauh sebelum ETH Berjangka di CME Group, perusahaan Grayscale langsung menangkapnya sebagai peluang tambahan.
Pertama, memberi membeli sejumlah ETH di pasar, lalu kedua, membuka kembali perdagangan produk ETH Trust-nya beberapa waktu lalu.
Kesimpulannya, untuk menggambarkan laju gerak ETH di masa depan, kita memiliki satu variabel tambahan itu, yakni ETH Berjangka di CME Group. [/]