Syukurlah, Sekarang Bitcoin Semakin Diincar
Hari ini Bitcoin tak seperti dulu, Raja Aset Kripto itu semakin disadari dan diincar sebagai aset bernilai berwujud digital yang luar biasa. Perusahaan besar merangkulnya, termasuk bank-bank raksasa kelas internasional.
Tak lekang di ingatan kami pada tahun 2014 silam, betapa sulitnya menyampaikan dasar-dasar Bitcoin kepada masyarakat Indonesia, khususnya kalangan milenial, kendati sebagian besar dari mereka melek teknologi keuangan.
Maklumlah, sebagai dari mereka takut, karena pernah kena tipu skema investasi bodong yang mengatasnamakan Bitcoin. Padahal Bitcoin bukanlah bagian terpadu dari penipuan itu, sama hal dengan rupiah bukanlah bagian terpadu asli dari modus penipuan lain.
Kini masyarakat kian sadar, bahwa Bitcoin lahir dan berdiri sendiri dengan keunggulannya dibandingkan aset lain, berkat teknologi baru yang amat berbeda dengan teknologi lainnya. Trust the code adalah prinsip nomor satu.
Tak hanya personal, bank-bank besar malah ngiler dan berencana menyediakan layanan khusus trading dan jasa titip Bitcoin dan jenis aset kripto lainnya.
Lihatlah keputusan Kantor Pengawas Mata Uang AS (OCC) beberapa waktu lalu. Itu luar biasa. Mereka bilang semua bank di AS boleh membuat layanan kustodian (jasa titip Bitcoin) bagi nasabahnya.
Jenis produk seperti ini sudah lama juga ada di bank-bank di Swiss. Dan Korea Selatan sendiri sudah mulai bersikap serupa, berkat peraturan baru seputar aset kripto pada beberapa bulan lalu.
Citra terhadap aset kripto secara umum juga berubah secara global, jauh lebih cepat dari sebelumnya. Bitcoin (BTC ) dan Ether (ETH) misalnya dianggap bukanlah merupakan gelembung (bubble) lagi, karena kapitalisasi pasar BTC sekarang lebih besar dari Coca-Cola dan Intel, dan blockchain terpadu ke dalam banyak bidang dan operasi bisnis.
Selain itu, semakin institusi yang masuk ke skema investasi berbasis Bitcoin di tengah pademi ini. Menyoal ini menarik dikaji soal nilai investasi lewat saham bernilai Bitcoin, yakni Grayscale Bitcoin Trust (GBTC).
Rothschild Investment Corp ternyata kian giat berinvestasi di saham Bitcoin, GBTC. Berdasarkan data Fintel, perusahaan milik keluarga Rothschild itu memiliki ribuan saham GBTC yang bernilai Rp3,4 miliar.
Dengan harga terkini saham GBTC, yakni US$13 per lembar, maka nilai portofolio Rothschild mencapai Rp4,6 miliar.
Portofolio itu terbilang amat kecil dibandingkan portofolio oleh Ark Investment Management yang mencapai 2.840.675 lembar saham yang nilainya setara dengan US$20.226.000 per laporan terakhir, Juni 2020. Dengan harga saham GBTC saat ini US$13 per lembar, maka nilainya mencapai US$36.928.775.
GBTC adalah produk dari perusahaan investasi Grayscale berupa saham yang diperdagangkan di pasar modal tradisional. Harganya ditentukan oleh indeks khusus berdasarkan gerakan harga Bitcoin di pasar spot (fisik). Satu lembar saham setara dengan 0,00095775 Bitcoin (Data 9 Agustus 2020).
Produk investasi Grayscale setidaknya mampu membuktikan bahwa investor di pasar saham bisa “secara tidak langsung” berinvestasi di Bitcoin, tanpa memegang sendiri Bitcoin aslinya, melainkan lewat perantaraan saham sungguhan.
Dari sikap terbuka itu saja, yakni bank dan pasar modal, terhadap Bitcoin, maka kita tak perlu menunggu lama nilai Bitcoin akan tergenjot. Ibarat sistem getok tular (viral), semakin banyak yang kian bersemangat dan masuk ke pasar ini. Kita menanti! [*]