Tahun 2022, Harga Bitcoin Diprediksi US$250.000
Investor kelas dunia, Timothy Cook Draper yang juga pendiri pendiri Draper Fisher Jurvetson dan Draper Venture Network, mengungkapkan belum lama ini, bahwa harga Bitcoin bisa mencapai US$250.000 pada tahun 2022. Prediksi itu, katanya, akan mengambil porsi sekitar 5 persen dari mata uang yang diterbitkan oleh negara, termasuk dolar AS.
Draper bukanlah orang baru di dunia bisnis, perusahaan ventura yang dia dirikan berinvestasi di sejumlah perusahan kelas dunia, yakni Baidu, Hotmail, Skype, Tesla, SpaceX, AngelList, SolarCity, Ring (company), Twitter, DocuSign, Coinbase, Robinhood (company), Ancestry.com, Twitch.tv, Cruise Automation dan Focus Media. Maka, tak heran setiap prediksi Bitcoin yang ia kemukakan menjadi isu panas di tengah-tengah publik. Pun dia dikenal sebagai pendukung berat Bitcoin, sebab hampir di setiap wawancara dengan media dan pertemuan, dia menggunakan dasi berlambang Bitcoin.
Prediksi terbaru ini berlandasakan pada beberapa faktor. Pertama, banyak orang cenderung tidak percaya kepada pemerintah dalam mengelola keuangan dan kebijakan fiskal, termasuk politik luar negeri. Draper memang menyoroti soal ketidakpercayaan warga AS terhadap pemerintah.
Dan ini sedang terjadi. Hal lainnya adalah ketidakpercayaan warga Argentina terhadap pemerintah yang berkuasa saat ini, yang menyebabkan harga Bitcoin di negara itu bernilai tukar lebih besar 16 juta rupiah dibandingkan dengan harga bitcoin rata-rata global. Ini pun terkait dengan penurunan nilai uang fiat dalam rentang waktu tertentu, karena nilainya sangat terkait dengan kebijakan politik sebuah negara.
Kedua, Bitcoin akan semakin mudah digunakan berbanding dengan saat ini. Tanpa merinci soal kemudahan yang ia maksud, setidaknya kita bisa melihat sendiri ini sebagai sebuah fakta. Misalnya Bakkt, anak perusahaan dari ICE yang merupakan induk dari Bursa Efek New York, pada 23 September 2019 akan meluncurkan produk Bitcoin Berjangka, di mana imbal hasilnya bukan berupa uang dolar, tetapi Bitcoin yang asli. Setorannya pun berbentuk Bitcoin.
Ini mencerminkan, institusi sebesar Bakkt melahirkan kemudahan kepada investor kelas institusi juga, agar mereka nyaman berdagang Bitcoin dibandingkan dengan pasar spot, seperti Binance ataupun Coinbase. Dan ini juga mencerminkan, bahwa investor kelas kakap ingin sekali berdagang Bitcoin, tetapi memilih tempat yang dia rasa lebih terpercaya, yakni Bakkt yang berafiliasi dengan Bursa Efek New York yang terkenal itu.
Hal lain soal kemudahan adalah protokol Lightning Network (LN). LN memungkinkan transfer Bitcoin menjadi instan, tidak perlu berlama-lama hingga 60 menit lama kalau menggunakan blockchain Bitcoin secara langsung.
Pun satu lagi, sejumlah bursa kripto memberikan kemudahan membeli Bitcoin menggunakan kartu debit ataupun kartu kredit.
Draper memperhitungkan, bahwa kemudahan mengakses Bitcoin yang sama mudahnya mengakses uang dolar atau mata uang biasa lainnya, akan mendorong Bitcoin naik ke harga yang lebih tinggi. Adopsi yang luas pun akan memicu tingkat kepercayaan yang lebih tingggi pula sebagai alternatif mata uang digital atau sebagai aset emas digital.
Membayangkan harga Bitcoin US$250.000 atau sekitar Rp3,5 miliar memang terkesan mengada-ngada. Tapi, faktanya di awal Bitcoin diciptakan ia pun tidak diprediksi sebelumnya bisa mencapai US$20.000 pada Desember 2017. Pun selepas 2018, Bitcoin semakin menjadi-jadi dan perusahaan banyak membuat produk terhadap Raja Kripto itu. Toh, itu semua dikembalikan pada trust masing-masing, berdasarkan sejumlah fakta-fakta di lapangan. [*]