Tatkala Blockchain Dibenamkan ke Bidang Pendidikan
Ada beberapa hal menarik dari hasil penelitian tentang blockchain oleh Pusat Penelitian Bersama, Komisi Uni Eropa pada 2017 silam. Menyadari potensi cerah dari teknologi itu, mereka berkesimpulan bahwa sangat penting selekasnya menerapkan blockchain di bidang pendidikan. Hasil riset itu didasarkan dari sejumlah eksperimen dalam skala kecil di Universitas Terbuka Inggris, Universitas Nicosia, MIT dan beberapa lembaga pendidikan di Malta. Sekaligus itu dijadikan sebagai tahap rintisan untuk memulai pengembangan lebih lanjut lagi.
Para peneliti mengakui, kesimpulan awal penelitian itu adalah blockchain memungkinkan menggantikan sistem informasi mahasiswa yang telah ada. Hal itu termasuk kemungkinan menyingkirkan peran pihak ketiga yang “menguasai” sistem informasi tradisional yang sentralistik.
Penelitian mengungkapkan, ada beberapa segi dari sistem pendidikan yang bisa diubah ketika blockchain telah ditanamkan. Pertama, teknologi blockchain akan mempercepat penerapan izajah non-kertas alias digital penuh. Semua jenis ijazah ataupun serfitikat yang pernah dan akan dikeluarkan oleh lembaga pendidikan dapat disimpan di jaringan blockchain secara aman dan permanen. Dengan penerapan teknologi yang lebih canggih, dapat digunakan untuk merekam dan memverifikasi data pendidikan lainnya, seperti daftar dan transkrip nilai.
Kedua, selain penyimpanan yang permanen, data ijazah berwujud digital di blockchain, dengan mudah dan cepat divalidasi keabsahannya, tanpa menghubungi langsung pihak lembaga pendidikan yang mengeluarkannya. Dengan kata lain, peran lembaga pendidikan dapat diperkecil atau dihilangkan sama sekali. Karena perannya kecil, maka rantai proses menjadi lebih cepat. Dengan langkah serupa, memungkinkan melacak keaslian hasil penelitian atau publikasi perdana atau sitasi.
Ketiga, dapat dimanfaatkan untuk memfasilitasi pembayaran antar lembaga. Misalnya bukti pembayaran uang kuliah mahasiswa di bank telah tersedia di blockchain. Jadi, ketika mengikuti ujian, panitia dan pengawas ujian cukup memverifikasi keabsahannya saja. Tak perlu membawa bukti berupa kertas, cukup dengan aplikasi khusus di ponsel pintar. Apakah dapat digunakan langsung untuk pembayaran? Ya, tentu saja!
Pencapaian itu setidaknya harus memenuhi tiga syarat minimal berikut: mengandalkan peranti lunak bersumber terbuka (open source), menggunakan standar terbuka untuk data, dan menerapkan solusi manajemen data. Hal tersebut, menurut peneliti, belum dapat dipenuhi oleh teknologi blockchain yang ada saat ini. Penting dicatat, proses menuju itu, mau tak mau perlu adanya regulasi dan standarisasi yang akan menentukan perluasan dan percepatan penerapannya.
Hal lainnya adalah blockchain yang akan diterapkan harus dapat menampung kepentingan anggota Uni Eropa secara merata dan proporsional, mengingat kebutuhan antar anggota pasti berbeda-beda. Dengan demikian, ini akan memicu keharusan bagi lembaga pendidikan untuk membuka rekaman pendidikan mereka kepada publik atas prinsip transparansi.
Kebijakan dan regulasi oleh masing-masih negara pun perlu disinergikan agar dapat mendukung penerapan blockchain di sektor pendidikan yang telah dijadikan tempat eksperimen tersebut. Lebih konkret harus ada organisasi khusus yang menanganinya dan memiliki semangat berinovasi. [vins]