Tatkala Ethereum Pakai Proof-of-Stake (PoS)
Vitalik Buterin, salah seorang pendiri dan pencipta blockchain Ethereum menegaskan kembali bahwa Ethereum akan hijrah secara perlahan dari algoritma konsensus Proof-of-Work (PoW) menjadi Proof-of-Stake (PoS). Sebab, hanya dengan cara inilah transaksi di Ethereum menjadi lebih cepat berlipat-lipat, karena konsensus terhadap validitas transaksi hanya dilakukan oleh sejumlah kecil node (simpul) di dalam jaringan blockchain.
Proyek blockchain Ethereum tak seperti proyek blockchain sentralistik lainnya untuk beralih ke sistem yang baru. Blockchain Ethereum adalah milik publik, termasuk sistem penambangannya. Maka, jikalau ada perubahan, lobi-lobi dan kesepakatan bersama adalah nomor satu. Itulah sebabnya peralihan ke PoS tidaklah semudah yang dibayangkan.
Di atas kertas, Blockchain Ethereum hanya bisa memproses 15 transaksi dalam satu detik. Ini jelas tidak mumpuni kalau teknologi ini mau menyaingi sistem pembayaran Visa ataupun Mastercard. Memang ada protokol Layer-2 yang diklaim mengatasi lambatnya transaksi itu, tetapi prinsip Layer-2, transaksi tidak dilakukan secara langsung pada blockhain Ethereum, sehingga kesan sentralistik masih tidak dapat dihindarkan. Ini serupa dengan proyek Lighting Network (LN) pada blockchain Ethereum yang membuat kecepatan transaksi menjadi instan. Kalau menggunakan blockchain Bitcoin langsung, maka perlu waktu 30-60 menit.
Pada ajang Devcon di Jepang 9 Oktober 2019 lalu, Vitalik menyebutkan bahwa Ethereum yang menggunakan Proof-of-Stake dijamin lebih aman, karena bagi peretas manapun akan perlu model yang super gede untuk mencuri aset kripto Ether di dalamnya.
Di dalam sistem PoS, peran validator adalah selayak miner. Tugasnya adalah memverifikasi setiap transaksi hingga muncul blok yang baru. Kalau pada PoW, semua ribuan miner terlibat aktif, sehingga prosesnya lama, sedangan di PoS hanya perlu beberapa “validator” saja agar blok terbentu (transaksi sah).
Validator ini hanya perlu membeli dan men-staking (menyimpan) sejumlah besar coin Ether di wallet-nya. Coin itulah sebagai jaminan perannya sebagai validator. Semakin banyak coin yang disimpannya, maka semakin banyaklah jumlah blok yang bisa divalidasinya. Semakin banyak blok yang divalidasinya, maka imbalan Ether juga semakin banyak diperolehnya.
Dan jikalau validator ingin berlaku curang, misalnya menguasai sistem secara keseluruhan, maka di sinilah salah satu peran fitur sharding berjalan. Sharding ini adalah aspek punishment kepada validator yang licik dan nakal. Jikalau ketahuan oleh sistem, maka cadangan Ether yang disimpannya (staking) akan hilang secara otomatis alias merugi. Secara teknis sharding sebenarnya cara untuk memecah file database transaksi pada blok, sehingga lebih mempercepat kecepatan transaksi. Jadi, informasi transaksi tidak dikirimkan sekaligus dalam jumlah besar. Sharding juga dikaitkan dengan sistem pengindentifikasikan transaksi yang valid.
Jadi, ekosistem Ethereum masih perlu menunggu hingga sistem baru, PoS ini bisa berlangsung agar berdampak positif pada teknologi itu sendiri dan perubahan positif harga Ether (ETH) di pasar. [*]