Wah! Harga Emas Diprediksi Naik Menjadi US$1800-2000 per Ounce dalam 12 Bulan
Goldman Sachs memprediksi harga emas bisa mencapai US$1.800 per ounce (oz) pada tahun depan. Bahkan ada potensi menjadi US$2.000 jika inflasi melaju lebih cepat dari perkiraan. Jikalau itu terjadi, maka setara dengan Rp1 juta per gram.
Takaran ounce (oz) adalah takaran standar dalam perdagangan emas global. 1 oz emas setara dengan 28,3 gram. Saat ini, berdasarkan data dari Goldprice.org, harga emas di pasar spot diperdagangkan di kisaran US$1.728 per oz (Rp24.548.151).
Menurut Goldman Sachs, prediksi itu jauh lebih tinggi dalam pola skenario serupa selama krisis keuangan 2008-2009 silam.
Goldman Sachs tak menampik, bahwa selama dua bulan terakhir banyak investor menjual aset emas, bahkan ketika pasar saham runtuh akibat pandemi COVID-19.
Namun, emas bangkit kembali ketika pemerintah dan bank sentral meluncurkan program stimulus besar-besaran. Ini yang dinilai oleh perusahaan raksasa itu sebagai pendorong inflasi besar-besaran akan tiba pada tahun ini.
“Situasi serupa terjadi pada paruh pertama tahun 2009, ketika kendati pemulihan ekonomi terus berlanjut dan harga saham yang lebih tinggi, emas dan suku bunga riil tetap dibatasi, karena Fed mempertahankan kebijakan moneter yang ‘ultra-mudah’,” kata Goldman Sachs. Akibatnya harga emas melejit pada kuartal ketiga tahun 2009.
Goldman Sachs percaya, bahwa dinamika ekonomi makro saat ini bisa melejitkan harga emas secara besar-besaran, setidaknya menjadi US$1800 per oz dalam 12 bulan.
“Kami juga melihat adanya potensi peningkatan inflasi di masa depan, yang akan menjadi harga emas lebih dari US$2.000 per oz,” kata Goldman Sachs.
Potensi inflasi yang sangat tinggi sebagai faktor potensi harga emas bakalan naik tinggi, setidaknya berkorelasi erat dengan prediksi Bank Dunia belum lama ini, terkait dampak COVID-19 terhadap ekonomi dunia.
Ekonomi global diramal oleh Bank Dunia masuk ke jurang resesi pada tahun 2020 ini. Menurut mereka, kegiatan ekonomi internasional akan menyusut 5,2 persen tahun ini atau merupakan resesi terdalam sejak Perang Dunia II. Soal resesi itu juga sudah lama ditegaskan oleh IMF pada Maret 2020 lalu.
“Resesi ini menjadi yang terdalam di negara maju sejak Perang Dunia II dan kontraksi output pertama di negara berkembang dalam enam dekade terakhir,” tegas Ayhan Kose Direktur Prospek Bank Dunia, Selasa lalu.
Aktivitas ekonomi negara maju disebut akan berkontraksi (minus) 7 persen pada tahun 2020. Karena permintaan dan pasokan perdagangan serta keuangan dalam negeri terganggu.
Ekonomi AS misalnya, diprediksi -6,1 persen, sementara kawasan Eropa -9,1 persen. Sedangkan ekonomi Jepang akan menyusut 6,1 persen.
Pasar dan ekonomi berkembang diperkirakan akan berkontraksi 2,5 persen pada tahun ini, merupakan kontraksi pertama sejak 60 tahun terakhir di mana pendapatan per kapita (tahunan) diperkirakan turun 3,6 persen.
Ekonomi Amerika Latin susut 7,2 persen. Sedangkan Asia Timur dan Pasifik turun 0,5 persen. Meski demikian pertumbuhan Tiongkok tetap tampil cantik sebesar 1 persen.
Dalam laporannya Bank Dunia juga memperkirakan akan ada kemungkinan paling buruk, yakni kontraksi ekonomi global hingga 8 persen di 2020. Di 2021 ekonomi juga diprediksi akan sedikit membaik dan tumbuh sangat kecil, hanya 1 persen.
Sementara untuk pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan yang datar, di posisi 0 persen. Pertumbuhan negara ASEAN paling signifikan terjadi di Vietnam, yang meski melambat tetap tumbuh 2,8 persen.
Pandangan terbaru Bank Dunia itu membuyarkan semua proyeksi awal tahun ini, di mana ekonomi global diprediksi tumbuh 2,5 persen di 2020. Hal itu wajar, karena pandemi COVID-19 belum menyerang.
Peluang emas digital
Singkatnya, kita punya cukup data yang layak dipercaya dan kita memang merasakan langsung dampak situasi ini terhadap isi kantong kita.
Tentu satu masalah itu bukanlah menjadi masalah untuk sektor lain, melainkan sebuah peluang besar untuk mengamankan kekayaan kita.
Jika inflasi sangat besar terjadi di masa depan, katakanlah di atas 3 persen tingkat inflasi nasional, maka kita perlu mengantisipasinya sejak sekarang. Jangan ditunda.
Jikalau mengikut pola prediksi Goldman Sachs soal potensi peningkatan harga emas dalam 12 bulan mendatang, maka ada dua hal yang dapat dilakukan.
Pertama, berinvestasi emas batangan (real gold). Dalam hal ini, di Indonesia pilihan terbaik adalah emas batangan Antam (Aneka Tambang).
Harga emas batangan PT Aneka Tambang (Persero) Tbk pada Jumat (12/6/2020) sebelum tengah hari, berada di angka Rp886.000 per gram.
Angka tersebut turun Rp7.000 jika dibandingkan dengan harga pada Kamis (11/6/2020) kemarin.
Sementara itu, harga buyback atau harga yang didapat jika pemegang emas Antam ingin menjual emas batangan tersebut berada di harga Rp777.000.
Angka itu turun Rp 7.000 jika dibandingkan dengan harga kemarin. Sebagai catatan, harga emas Antam tersebut berlaku di kantor Antam Pulogadung, Jakarta. Sementara di gerai penjualan emas Antam lain bisa berbeda.
Mengingat rasio jual jauh lebih murah daripada harga beli, investasi seperti ini tentu saja harus dalam rentang waktu yang panjang.
Katakanlah Anda berharap take profit ketika sudah naik 25 persen, maka harga emas harus mencapai Rp1 juta per gram di masa mendatang.
Dengan kisaran harga itu (Rp1 juta), maka jika dikonversi berdasarkan harga per oz, setara dengan US$2000. Ini sesuai dengan angka prediksi Goldman Sachs. Jika dibandingkan dengan kenaikan emas dalam 1 tahun terakhir, sudah tumbuh 29 persen, lebih dari US$390.
Cara kedua adalah berinvestasi emas melalui aset kripto PAX Gold yang tersedia di Triv. Pax Gold adalah representasi digital atas emas batangan asli yang dikelola oleh Paxos Company asal New York, Amerika Serikat.
Harga 1 unit PAX Gold setara dengan harga emas 1 troy ounce (31,1035 gram), Rp25.000.000. Di Triv Anda tidak perlu membeli PAX Gold sebanyak 1 unit, cukup mulai dari senilai Rp100.000 saja.
Cara kedua ini sama juga, yakni jangka panjang untuk mendapatkan profit yang lumayan. Tetapi, risikonya lebih kecil daripada Anda membeli emas batangan asli dan Anda simpan di rumah. Kalau pun Anda amankan di bank, tentu perlu biaya tambahan lagi.
Jadi, zaman now ada banyak alternatif berinvestasi emas. Manakah yang Anda rasa nyaman, berpulang kepada Anda. [*]