11,4 Juta Bitcoin (Rp1,5 Triliun) Dimiliki oleh Investor Jangka Panjang

Sekitar 11,4 juta Bitcoin (BTC) senilai Rp1,5 triliun (dengan kurs 23 Juni 2020) disebut dimiliki oleh investor jangka panjang. Ini bisa berdampak pada sentimen positif, mendorong akumulasi lebih lanjut oleh investor retail.

Hal itu berdasarkan kajian Chainalysis terbaru, 20 Juni 2020 lalu. Selain itu, menurut mereka, 60 persen dari 11,4 juta BTC itu disimpan oleh sejumlah perusahaan penyedia jasa simpan aset kripto alias crypto custodian, di antaranya adalah Coinbase yang menyimpan hampir 1 juta BTC.

11,4 juta BTC disimpan oleh investor-investor jangka panjang. 3,7 juta BTC hilang (tak dapat diakses, dianggap sebagai penyokong alias tahanan terhadap harga Bitcoin). Sekitar 3,5 juta BTC yang di-trading-kan dalam aksi jual-beli. Sisanya, 2,4 juta BTC belum ditambang.

Secara definitif, Chainalysis memaknai investor jangka panjang adalah mereka yang tidak pernah menjual lebih dari 25 persen saldo BTC mereka. Investor jenis itu lebih suka menyimpan BTC mereka selama bertahun-tahun.

Itu adalah sebuah cerminan tingkat kepercayaan yang tinggi, bahwa mereka berharap ataupun yakin harga Bitcoin akan berlipat-lipat di masa depan.

Chainalysis juga menyimpulkan, bahwa mekanisme Halving pada Bitcoin justru membuatnya mirip dengan karakter emas (menjadi langka setiap 4 tahun, per 210 ribu block), sehingga Bitcoin layak menyandang status sebagai aset emas digital.

“Karakter emas digital itu disokong juga oleh 3,5 juta BTC yang saat ini aktif diperdagangkan (beli-jual). Jumlah itulah yang digunakan di pasar dalam interaksi permintaan dan penawaran dan menentukan harga,” katanya. [*]

Comments are closed for this post.