Alasan Facebook Perlu Blockchain

Kini publik mengenal Facebook tak hanya berkat produk media sosialnya, termasuk Instagram dan WhatsApp. Berkat rumor yang beredar, bahwa Facebook sedang menggarap proyek blockchain rahasia, raksasa teknologi itu juga semakin terdengar seksi membuat mata uang kripto bernama GlobalCoin. Sebelumnya sebutannya adalah FBCoin, oleh media arus utama.

Belum lama ini BBC mengabarkan bahwa tahun ini Facebook akan mengujicoba duit digital dan sistem pembayaran itu. Dan disebut akan diluncurkan resmi pada tahun 2020. Ingat, hingga detik ini belum ada kabar resmi dari Facebook apalagi dari Mark Zuckerberg soal proyek ini. Namun, sumber-sumber media arus utama dianggap legit menyatakan proyek raksasa itu. Apalagi belum lama ini sudah memungkinkan menerima dan mengirimkan Bitcoin di WhatsApp menggunakan bot Litelm.

Di titik ini muncul pertanyaan: mengapa Facebook memerlukan teknologi blockchain dan menerbitkan mata uang kripto sendiri, jikalau WeChat dan Alipay bisa memberikan layanan pembayaran yang murah dan praktis tanpa menggunakan blockchain (atau setidaknya belum)?

Dengan pernyataan di dalam kurung: “atau setidaknya belum”, kita membicarakan pertanyaan itu dalam konteks “persaingan” bahwa Tiongkok sendiri sangat mendukung penelitian, pengembangan dan ujicoba terhadap blockchain bagi sistem keuangan mereka. Artinya, ada kemungkinan besar kelak WeChat dan Alipay akan menerapkan itu sepenuhnya di sistem mereka. Maka, keunggulan relatif mampu dicapai. Itulah alasan pertama.

Yang kedua adalah soal cakupan pengguna. Mengingat Facebook saat ini digunakan oleh lebih dari 2 miliar jiwa, maka dengan menempatkan sistem pembayaran yang lebih murah, akan memberikan keunggulan tambahan kepada Facebook. Secara bisnis ini mampu mendongkrak harga saham Facebook di mata investor.

Kabarnya Facebook akan membuat mata uang kripto yang harganya dipatok harga dolar AS atau mata uang fiat lainnya alias stablecoin, seperti USDT atau GUSD. Maka, tidak heran BBC juga menyebutkan Facebook sudah mendekati Bank Sentral Inggris, Komisi Sekuritas Amerika Serikat bahkan WesternUnion. Diduga kuat ini adalah langkah lobi untuk bisa bekerjasama.

Patut dicatat bahwa Inggris termasuk negara yang juga ramah blockchain-kripto. WesternUnion juga berkali-kali dikabarkan sedang mengujicoba teknologi blockchain. Jadi, ada irama yang sama sedang dimainkan di sini, bahwa meletakkan bisnis di satu kesepakatan: blockchain adalah penentu perubahan model bisnis baru di masa depan.

GlobalCoin berjenis stablecoin pun bisa jadi tak hanya berpatokan pada harga uang dolar AS, tetapi bisa pula mata uang lokal masing-masing negara pengguna Facebook, Instagram atau WhatsApp. Tetapi, ini tentu saja mustahil dalam waktu dekat, karena adanya perbedaan regulasi antara negara.

GlobalCoin berpatok harga rupiah misalnya, di Indonesia jelas terlarang, karena Bank Sentral tidak atau belum mengizinkan ada uang rupiah berbasis teknologi blockchain, kendati uang rupiah sebenarnya sudah digital/elektronis, di samping uang kertas dan uang logam.

Rumor-rumor dan sejumlah skenario itu sulit untuk ditolak, mengingat pemain besar di sektor blockchain sudah semakin banyak, termasuk bank sentral. Dengan kata lain, Facebook yang menolak menerapkan blockchain di platform-nya jelas tak masuk akal. Itu sama halnya menolak peluang bisnis baru di masa depan berkat keperkasaan teknologi blockchain ini. []

Be the first to write a comment.

Your feedback