Aset Kripto di Mata Investor Besar

Pada periode 2015-2017, kenaikan harga Bitcoin dan sejumlah aset kripto lainnya, termasuk Ether (ETH) berbeda dengan tren naik aset kripto sejak Desember 2018 hingga hari ini. Pada periode 2015-2017 praktis kenaikannya didorong oleh kalangan ritel. Dengan kata lain, pembelian dalam jumlah besar datang dari kalangan individu atau sekelompok individu. Memang aset kripto adalah kelas aset yang sangat spekulatif, tetapi aman diminati, karena memberikan return yang tinggi.

Namun, periode 2018 adalah adalah periode pembelajaran tentang aset kripto bagi setiap individu, pemerintah, bank sentral, termasuk organisasi dan perusahaan-perusahan besar. Tentu saja belajar tentang aset kripto tak dapat menghindari memahami secara mendalam tentang teknologi asasnya, yakni blockchain. Itulah sebabnya, ketika Desember 2018 akumulasi besar sudah dimulai, ketika Bitcoin menemui harga dasar US$3.100 setelah memuncak di US$20.000 pada 17 Desember 2017 silam.

Hasil pembelajaran itu tercermin dari perusahaan-perusahaan investasi tradisional menawarkan beragam produk terkait aset kripto itu, untuk bersaing dengan startup company di pasar spot, seperti Binance. Perusahaan manajemen aset Fidelity Investment, misalnya melayani pembelian, penyimpanan dan penjualan Bitcoin bagi kalangan institusi, bukan ritel alias individu yang bermodal kecil. Tentu keputusan oleh Fidelity Investment didahului oleh penelitian yang serius dan memperoleh pendapat langsung dari institusi tersebut. Ini bermakna aset kripto sudah diyakini sebagai aset bernilai tinggi selain emas dan saham.

Kemudian ada pula Chicago Merchantile Exchanges (CME) yang menjual produk investasi Bitcoin Berjangka, yang juga menyasar kalangan institusi. Produk ini sebenarnya tidak memperdagangkan Bitcoin yang sebenarnya, tetapi memperdagangkan surat kontrak perjanjian perdagangan Bitcoin. Sederhananya, ini adalah perdagangan terhadap nilai Bitcoin yang ada di pasar biasa, yakni pasar spot seperti Binance dan lain-lain.

Sangat menarik mencermati hasil penelitian Fidelity Investment pada 2 Mei 2019 lalu. Disebutkan bahwa, hampir separuh dari responden penelitian (47 persen) menyadari aset kripto/aset digital sebagai teknologi yang inovatif. Sekitar 46 persen lainnya memahami aset kripto memiliki korelasi yang rendah dengan aset lain, dan ini dipahami sebagai karakteristik yang sangat menarik. Fidelity juga menemukan, 74 persen dari perusahaan penasihat keuangan dan 80 persen perusahaan perseorangan (family offices) menyukai karakter unik dari aset kripto.

Perihal alokasi dana investasi ke aset kripto oleh kalangan institusi, penelitian Fidelity menemukan sekitar 22 persen di antara mereka sudah mempelajarinya secara mendalam, bahkan sebagian sudah berinvestasi tiga tahun sebelumnya. Kemudian, 4 dari 10 responden menyebutkan mereka sangat terbuka dengan investasi masa depan itu pada 5 tahun berikutnya.

Kendati 47 persen responden ingin sekali menambahkan dana investasi mereka ke aset kripto, tetapi ada beragam pendapat soal di pasar mana mereka ingin menginvestasikannya. Ini sangat terkait dengan isu keamanan yang melanda sejumlah aset kripto. Hasil penelitian itu menyebutkan bahwa 76 persen investor menginginkan pasar aset kripto yang sangat aman dan itu merupakan pertimbangan paling utama.

Triv melihat hasil penelitian itu sejatinya mencerminkan sejumlah perkembangan positif di industrinya. Antaranya adalah semakin banyaknya investasi dari perusahaan ventura ke perusahaan-perusahaan rintisan (startup company) di sektor teknologi blockchain. Perkembangan inovasinya juga bergerak baik, sembari banyak berdiskusi dengan regulator tentang penerapannya yang lebih luas.

Triv yakin, bahwa keputusan investasi oleh kalangan institusi terhadap aset kripto adalah cerminan keyakinan mereka terhadap perkembangan blockchain. Mereka sudah memahami secara jelas, bahwa teknologi blockchain berdampak positif terhadap bisnis dan ekonomi dunia, utamanya sektor keuangan, agar lebih murah, cepat dan teradopsi luas. [*]

Be the first to write a comment.

Your feedback