Back to Basic: Apa Itu Ethereum?

Sejak hari ini hingga beberapa hari ke depan, Triv menyuguhkan beragam artikel menarik seputar blockchain Ethereum dan tentu saja aset kripto Ether (ETH). Artikel perdana ini kita mulai yang sangat mendasar, agar kami mendapatkan gambaran yang menyeluruh soal blockchain yang dibuat oleh Vitalik Buterin ini.

Bagi kamu yang pernah sekilas membaca whitepaper Bitcoin, maka kamu memahami bahwa sistem yang dibuat oleh Satoshi Nakamoto itu adalah uang elektronik (electronic cash). Perbedaan dengan sistem uang elektronik tradisional, hanya terletak pada distribusi datanya yang desentralistik, bukan sentralistik. Disebut sebagai peer-to-peer, agar dana yang ditransfer lebih aman, karena data duplikat disebarkan ke seluruh jaringan. Dengan demikian pula kesahihan data dapat dipertanggungjawabkan.

Prinsip dasar blockchain Bitcoin juga diterapkan pada blockchain Ethereum. Hanya saja Ethereum menitikberatkan k0nsepnya pada smart contract, sedangkan Bitcoin lebih kepada mata uang (currency). Namun, dalam perkembangannya, Ethereum dengan aset kriptonya bernama Ether (ETH) dapat juga digunakan sebagai “medium pembayaran” tanpa batas melalui Internet. Namun, smart contract adalah kelebihan Ethereum dibandingkan Bitcoin dan hingga kini Ethereum adalah public blockchain yang masih sangat popular, khususnya dalam membuat token digital dalam kebutuhan penggalangan dana (crowdfunding) dari publik.

Sejarah Singkat

Adalah seorang anak muda berdarah Rusia, bernama Vitalik Buterin. Lahir di Rusia, namun besar di Kanada, Buterin memang sejak kecil dikenal cerdas dan jago matematika. Tak heran, pada usia belia, Buterin sudah fasih mengoperasikan komputer dan belajar permrograman.

Hingga pada tahun 2011 dia mendengar tentang Bitcoin dari sang ayah. Pada awalnya dia tak peduli dan menganggapnya sebagai scam. Namun, di Internet, wacana Bitcoin semakin mengemuka, khususnya di kalangan programer. Setelah mempelajarinya, ia langsung tertarik dan memperdalamnya. Saat itu usianya masih 19 tahun.

Image result for vitalik buterin

Vitalik Buterin

Singkat cerita, setelah tenggelam di blockchain Bitcoin, Buterin menemukan sejumlah kekurangan di dalamnya.  Selain kecepatan transfer  yang lama, pada Bitcoin sebenarnya bisa diletakkan aspek smart contract untuk kebutuhan yang lebih spesifik. Ethereum sendiri diluncurkan pada tahun 30 Juli 2015 dengan 72 juta unit ETH yang diciptakan di awal.

Nah, mengingat perubahan kode pada Bitcoin tidak bisa dibuat begitu saja, karena harus melalui proses konsensus yang panjang, Buterin memutuskan membuat sendiri Blockchain bernama Ethereum bersama sejumlah rekannya. Titik beratnya ya itu tadi: smart contract.

Apa itu Smart Contract?

Dengan terjemahan langsung, smart contract adalah “kontrak yang cerdas” memiliki karakter yang lebih daripada sistem kontrak digital yang pernah ada. Konsep ini sebenarnya bukanlah ciptaan Buterin, tetapi ia mengembangkannya dari si pencipta aslinya, yakni Nick Szabo, seorang kriptografer ternama. Artikel asli soal smart contract bisa dibaca di sini.

Nah, dalam konteks aset digital yang bisa ditransfer pada jaringan Blockchain, menggunakan smart contract, pemrogram bisa membuat semacam syarat-syarat dan kondisi ketika dana itu ditransfer. Misalnya si Budi ingin mentransfer  1 juta ETH kepada si Tuti pada 12 September 2019, pukul 12.00 WIB. Contoh sederhana tersebut adalah kondisi-kondisi yang dituliskan pada sebuah smart contract lalu di dalam blockchain dan berjalan secara otomatis.

Berikut salah satu contoh smart contract token USDT (Tether) yang pertama kali dibuat pada tahun 2014. 451 baris kode yang menggunakan bahasa pemrograman Solidity itulah yang menentukan syarat-syarat dan kondisi transaksi pada token Tether yang berjalan di blockchain Ethereum.

Pada baris ke-279 misalnya, ditempatkan fungsi khusus untuk membuat black list (daftar hitam) akun Tether yang mencurigakan, dengan di awal bahwa fungsi itu dilakukan mapping terlebih dahulu.

mapping (address => bool) public isBlackListed;
 
 function addBlackList (address _evilUser) public onlyOwner {
 isBlackListed[_evilUser] = true;
 AddedBlackList(_evilUser);
 }

function removeBlackList (address _clearedUser) public onlyOwner {
 isBlackListed[_clearedUser] = false;
 RemovedBlackList(_clearedUser);

Jadi, di sistem Ethereum setiap kamu sendiri bisa menciptakan token sesuai kebutuhan, termasuk smart contract yang berbeda antar token lainnya.

dApp

Karena Ethereum memiliki smart contract dan dipermudah pembuatannya dengan Solidity, maka dimungkinkan pula membuat dApp alias Decentralized Application (aplikasi desentralistik) yang berjalan di blockchain Ethereum. Pada dasarnya aplikasi ini tak berbeda dengan aplikasi yang ditempatkan di web, sistem operasi Windows ataupun Android, hanya saja dengan ditempatkan smart contract khusus di dalamnya dan berjalan di Ethereum, maka semua data transaksi dapat dilihat secara transparan. Untuk melihat dinamika dApp Ethereum, bisa mengunjungi website ini.

Perkembangan

Ethereum saat ini masih menganut Proof-of-Work (PoW), sama seperti Bitcoin. Itulah sebabnya coin Ether (ETH) bisa ditambang. Namun, dalam perkembangannya, karena kecepatan transfer juga jauh lebih kecil daripada blockchain EOS dan Tron, maka saat ini Ethereum dalam proses menuju Proof-of-Stake (PoS) agar kecepatan transfer lebih cepat dan lebih murah. Saat ini Ethereum baru bisa menangani transaksi 20 transaksi per detik. Bandingkan dengan blockchain EOS yang sudah menganut PoS yang bisa menangani hingga 3000 transaksi per detik.

Namun, bisa saja Ethereum tidak perlu hijrah ke PoS jikalau protokol Lightning Network bisa diterapkan. Lightning Network  adalah lapis kedua yang berjalan di atas blockchain, di mana transaksi bisa dijalankan secara off-chain terlebih dahulu. Dengan cara ini transaksi bisa berjalan ratusan kali lebih cepat dan instan. Lightning Network sejak 2018 sudah diterapkan pada Blockchain Ethereum, termasuk Litecoin. [*]

Be the first to write a comment.

Your feedback