Bitcoin Menuju Rp1 Milyar per BTC
Ketika kali pertama Bitcoin menyentuh angka psikologis Rp800 juta, ekonom dan masyarakat awam geleng-geleng kepala tanda heran. Namun dari sisi analisis teknikal itu sangat masuk akal, terlebih-lebih saat ini kita berpotensi besar menuju Rp1 milyar per BTC.
Bicara analisis teknikal, maka kita bicara salah satu prinsipnya, yakni “sejarah seringkali berulang” atau dalam kita kenal dengan ungkapan “history repeat itself“. Artinya, harga aset akan cenderung berulang naik ataupun turun di rentang yang sama, di periode waktu yang berbeda.
Kita ambil contoh Bitcoin yang “nongkrong”di US$10 ribu per BTC untuk kali pertama sejak peluruhan besar Desember 2017. Itu terjadi pada Agustus 2020. Artinya Bitcoin berhasil menembus resisten sangat kuat itu. Hal tersebut menggambarkan apresiasi pasar berubah sangat positif alias permintaan terhadap Bitcoin tumbuh.
Yang paling bersejarah tentu saja, ketika pada Desember 2020, Raja Aset Kripto melampaui harga tertinggi sepanjang masa, yakni US$19.600-20.000 per BTC (sekitar Rp300 jutaan).
Dari kacamata analisis teknikal, setiap kali harga bergerak melampaui resistennya, maka ia akan terus bergerak ke atas. Inilah pembuktian prinsip “history repeat itself“.
Maka, ketika harga Bitcoin sudah Rp800 juta, pangkal acuan (alias support) yang tepat adalah lampauan resisten itu: US$19.600-20.000 per BTC (sekitar Rp300 jutaan).
Jadi, ketika harga Bitcoin sebelumnya menyentuh 400, 500, lalu 700 juta per BTC, itu hanya maksimal 133 persen dari Rp300 juta per BTC. Jelas persentasi itu masih sangat kecil, karena pantulan harga dari dasar ke puncak Desember 2017 itu mencapai ribuan persen.
Lantas, jikalau menggunakan pendekatan fundamental, yakni melemahnya nilai dolar, terlebih-lebih berkat stimulus US$1,9 triliun Sabtu lalu, ini adalah pralambang kenaikan harga Bitcoin terus-menerus.
Oleh sebab itu, Bitcoin menuju Rp1 milyar per BTC, secara teknikal, rasanya tidaklah mustahil. [/]