Bitcoin Semakin Melambung

Bitcoin masih menunjukkan taringnya. Setidaknya selama sepekan terakhir, Bitcoin menguat hingga 38 persen, naik dari US$5786 menjadi US$8000. Dalam periode 3 bulan saja, Bitcoin melejit hingga 100 persen. Pasalnya, investor semakin percaya diri dengan Bitcoin dan aset kripto lainnya.

Sebagaimana yang kami sampaikan pada artikel terakhir, penyebab utama dari kenaikan Bitcoin ini adalah karena sejumlah perusahaan besar mengakomodir para investor institusi untuk melalukan pembelian besar-besaran. Di antaranya adalah Fidelity Investment, E*Trade Financial Corp dan Bakkt. Yang terakhir ini adalah anak perusahaan dari ICE yang merupakan perusahaan pengelola Bursa Efek New York. Bakkt diperkirakan akan meluncurkan produk Bitcoin Berjangka pada Juli 2019 ini.

Hal lainnya adalah karena Block Reward Halving (atau cukup disebut halving saja) pada Mei/Juni 2020. Periode ini adalah tatkala imbalan Bitcoin per block akan berkurang separuh dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC. Inilah yang membuat pasokan Bitcoin menjadi kecil alias menjadi langka. Ketika sebuah aset bernilai ketersediannya langka dan ia terus diminati, apakah yang terjadi? Harganya naik, bukan. Ini serupa dengan emas.

Dalam wawancara dengan Blockchainmedia.id hari ini, CEo Triv, Gabriel Rey meyakini Bitcoin akan terus melanjutkan kenaikannya.

“Ketika ada perusahaan besar seperti Fidelity Investment membuka gerbang besar kepada investor institusi, itu memang diasaskan melalui penelitian terlebih dahulu. Artinya investor belajar selama beberapa tahun terakhir terhadap kelas aset baru ini dan memulai membelinya dalam jumlah besar-besaran. Asal tahu saja, Fidelity Investment adalah perusahaan pengelola aset terbesar di dunia dengan aset kelolaan mencapai US$2,46 triliun per Maret 2018,” kata Rey kepada Blockchainmedia.

Situasi tren naik ini merupakan pencerminan dari kenaikan Bitcoin pada medio November 2017, di mana Bitcoin berangsur-angsur merangkak naik dari level US$8.000 menuju puncak harga sepanjang masa, yakni US$20.000 pada medio Desember 2017. Pun, nyatanya serendah-rendahnya Bitcoin turun dari puncak itu berada di level US$3.100 yang tak mendesak investor besar melakukan penjualan lagi, tetapi justru memaksa mereka membeli dalam jumlah besar, sebab, harga sudah terlampau murah.

Melansir pendapat Tom Lee dari Fundstrat, ia yakin Bitcoin akan mampu menembus US$10 ribu pada akhir tahun ini. Dilansir dari Coindesk beberapa waktu lalu, disebutkan golden crossover harga Bitcoin telah terlihat, sebagai penanda kenaikan tinggi berikutnya.

“Dalam grafik periode harian, golden crossover sudah terbentuk, pada garis Moving Averages (MA) 50 dan MA 200. Inilah kali pertama terbentuk sejak Oktober 2015. Crossover ini merepresentasikan perubahan dari periode bearish yang panjang menuju trend bullish berikutnya. Dengan Bitcoin telah menyentuh level US$5.466, mampu memicu gerakan Bitcoin menuju US$6 ribu,” tulis Coindesk.

Jadi, Anda bisa bayangkan besaran akumulasi yang bisa terbentuk terhadap Bitcoin. Ini adalah cerminan rasa percaya diri investor terhadap Bitcoin, entah itu sekadar spekulasi atau murni berdasarkan pengetahuan yang lebih terhadap kelas aset baru itu. Apakah itu semua akan memicu kenaikan Bitcoin pada tahun ini atau bahkan lebih pada Mei 2020, tatkala peristiwa Block Reward Halving berlangsung?

Rey menyarankan akumulasi terhadap Bitcoin terus dilakukan, baik oleh investor dan trader, sebab Rey yakin slow bull market telah tiba. Ini berbeda dengan tahun 2017 di mana kenaikannya terlalu parabolic.

“Market kini telah mature, sehingga apabila terjadi kenaikan, lajunya perlahan tapi pasti, terlebih-lebih secara fundamental, Bitcoin sekarang jauh lebih baik berbanding dengan tahun 2017,” kata Rey.

Be the first to write a comment.

Your feedback