Blockchain Rasa Facebook Semakin Terasa

Tulisan ini bukan hendak menjelek-jelekkan situasi Facebook saat ini, khususnya ketika pekan lalu media sosial raksasa itu diretas. Logika paling masuk akal untuk menggambarkan bisnis teknologi saat ini adalah dengan menggunakan pendekatan pasar. Maksudnya adalah seberapa besar sentimen pasar terhadap penggunaan teknologi itu sendiri dan mencoba meraba sejauh mana keterlibatan Facebook di bidang blockchain.

Facebook besar bukan hanya dari Facebook itu sendiri secara produk, melainkan disokong oleh aplikasi lainnya yang memiliki pangsa pasar besar, seperti Instagram dan WhatsApp. Beberapa waktu yang lalu, pendiri Instagram dan WhatsApp memilih meninggalkan jabatan mereka di Facebook, karena menganggap Mark Zuckerberg terlalu banyak campur tangan dalam mengembangkan Instagram, kata seorang analisis kepada Reuters.

Mundurnya duo kreator Instagram, Kevin Systrom dan Mike Krieger dari Facebook mungkin disebabkan karena adanya gesekan dengan CEO Facebook Mark Zuckerberg terkait dengan bagaimana Instagram dijalankan, kata Scott Kessler selaku analis di firma riset CFRA kepada Reuters.

Ia juga memandang pendiri Instagram kelihatannya ingin menjalankan Instagram agar lebih mandiri dibandingkan yang diinginkan oleh Facebook. Untuk yang satu ini tampaknya hanya nostalgia saja, ketika pada 2012 Facebook mengakuisisi Instagram. Yang tak luput dari perhatian adalah, pada Mei Facebook merombak besar-besaran strukturnya, setelah menyeruaknya skandal Cambridge Analytica.

Beberapa tahun setelahnya, Mark Zuckerberg mempersilahkan kedua pendiri menambah fitur apa saja di Instagram, hingga diketahui Zuckerberg terlau mengandalkan Instagram untuk menaikkan pamor Facebook. Tetapi, asal tahu saja, karena akuisisi itulah pengguna Instagram melesat cepat, dari hanya 30 juta pengguna, menjadi lebih dari 1 miliar pengguna.

Tunggu dulu, menaikkan pamor? Apa pasal? Nah, berdasarkan hasil riset Pew Research yang dikabarkan media massa pada awal bulan ini, bahwa satu dari empat orang telah menghapus aplikasi Facebook dari ponselnya. Survei ini dilakukan terhadap 4.594 responden di Amerika Serikat dengan 29 Mei-11 Juni 2018.

Sebanyak 26% responsen telah menghapus aplikasi Facebook dari ponsel mereka dan hanya 9% yang memutuskan untuk mengunduh ulang semua informasi pribadi tentang mereka yang disimpan oleh Facebook. Lalu 54% telah menyesuaikan pengaturan privasi pada aplikasi Facebook dan 42% telah mengambil waktu vakum selama mingguan dari platform tersebut. Survei tersebut juga mengungkapkan bahwa pengguna Facebook yang berusia 18 hingga 29 tahun dengan angka 44% lebih cenderung memilih menghapus aplikasi dibandingkan mereka yang berusia 65 tahun ke atas (12%).

Dilansir detikINET dari Phone Arena, Kamis (6/9/2018) hasil survei ini bisa seperti itu mungkin karena pengguna telah terkena dampak skandal Cambridge Analytica mencuat pada bulan Maret. Nah, ditambah kasus peretasan itu, apa yang kelak terjadi kepada Facebook. Nilai saham sudah pasti terdampak dan peluang semakin ditinggalkan pengguna terlihat di depan.

Seperti diketahui, sekitar 87 juta pelanggan Facebook bocor dan digunakan tanpa izin dari peneliti Rusia-Amerika, Aleksandr Kogan. Dan terakhir informasi itu dijual kepada perusahaan konsultan politik Cambridge Analytica, yang diduga digunakan oleh kampanye Donald Trump.

Sementara itu, studi dari Pew menemukan bahwa keanggotaan Facebook dari Partai Republik dan Partai Demokrat kurang lebih jumlahnya sama. Kedua pihak memiliki persentase yang sama soal lepas dari aplikasi atau menghapusnya dari ponsel mereka.

Secara metodologis, model bisnis Facebook adalah menjual lapak iklan dan itu dikendalikan oleh satu entitas perusahaan dan bersifat sentralistik. Tawaran menerapkan teknologi blockchain sudah lama bergema, jauh sebelum dua kasus peretasan dan penyalahgunaan fitur Facebook itu.

Gambaran kepincutnya Zuckerberg terhadap blockchain, setidaknya terlihat dari informasi lowongan kerja yang diumumkan “Careers” di Facebook.com. Di situ tertera jabatan yang diperlukan adalah “Head of Business Development & Partnerships – Blockchain”. Facebook menjelaskan, mereka memerlukan pimpinan yang berpengalaman soal pengembangan bisnis dan kemitraan bagi upaya mereka mengembangkan teknologi blockchain. Awal Maret lalu, memang Facebook sudah mengumumkan membuat divisi khusus blockchain dan memilih David Marcus (pengembang Facebook Messenger) sebagai kepala koordinatornya. Marcus sendiri, sebelum bergabung di Facebook, pernah menjabat sebagai eksekutif di PayPal.

Dari lowongan kerja itu kita mendapatkan tafsiran sendiri, bahwa kelak Facebook akan menjalin sejumlah kerjasama strategis (atau mungkin akan meminang sejumlah startup blockchain), seperti yang diselenggarakan raksasa teknologi informasi lainnya, seperti IBM, Intel, Amazon, Oracle dan lain-lain.

Be the first to write a comment.

Your feedback