Facebook, Libra dan Dominasi Dolar AS

Tadi pagi kami membaca pernyataan Analis Senior eToro, Mati Greenspan di surat elektronik. Kami agak terkekeh, karena dia menyebut sidang soal kripto Libra antara Mark Zuckerbeg dan DPR Amerika Serikat adalah presentasi produk (pitching) yang luar biasa. Sedikit banyak memang benar, karena di situlah Mark Zuckerberg memaparkan secara terang benderang apa motif Facebook bersama Libra Association untuk meluncurkan blockchain Libra dan kripto Libra untuk dunia.

Mark Zuckerberg, Rabu (23/10/2019) waktu setempat di New York mengatakan bahwa Libra adalah sejenis stablecoin yang nilainya dijamin dengan mata uang negara lain. Uang dolar AS adalah salah satunya yang terbesar, selain yen, euro, poundsterling dan dolar Singapura.

Kehadiran Mark itu adalah kali pertama sejak proyek kripto Libra diumumkan pada Juni 2019 lalu. Proyek itu pun mendapatkan tantangan dari banyak negara, termasuk Tiongkok, Perancis dan Jerman. Sedangkan Inggris, yang secara de facto tak lagi bagian dari Uni Eropa, bahkan mendukung Libra. Bank Sentral Inggris secara terang-terangan mendukung Libra hadir di Inggris, tetapi dengan catatan harus mematuhi sejumlah peraturan yang ada. Inggris menilai Libra adalah satu contoh inovasi keuangan masa kini yang sangat efisien dibandingkan dengan sistem tradisional.

Sidang itu pun ditutup dengan kesimpulan, bahwa Libra tidak akan diluncurkan jikalau tidak ada restu resmi dari Pemerintah Amerika Serikat, termasuk Bank Sentral AS (The Fed). Dengan kata lain, penampakan asli Libra sebagai stablecoin belum pasti akan diterapkan, sebagaimana yang direncanakan bisa diterapkan di WhatsApp ataupun Facebook Messenger, termasuk Instagram milik perusahaan Facebook.

Saat ini blockchain Libra sendiri sudah tersedia secara open source, tetapi masih dalam tahap test net alias ujicoba. Sejumlah percobaan pembuatan wallet Libra pun sudah sangat banyak oleh sejumlah developer. Bahkan beberapa sayembara terkait Libra pun sudah bermunculan.

Proyek yang tergabung di Libra Association di Jenewa, Swiss itu, Facebook adalah salah satu anggota pendiri. Yang lainnya adalah Visa, Mastercard, Coinbase, termasuk PayPal dan lain-lain. Namun, karena terus dirundung ketidakpastian, beberapa anggotanya malah mundur. Facebook memang komandan di proyek itu, sehingga Libra selalu dikaitkan dengan Facebook.

Libra dianggap kontroversial, mengingat dominasi perusahaan itu di seluruh dunia. Bayangkan saja kalau Libra itu sudah ada saat ini, maka potensi pasarnya bisa mencapai 2,3 miliar. Itu hanya pengguna Facebook saja, belum pengguna WhatsApp dan Instagram di seluruh dunia. Bayangkan dengan 1 miliar pengguna menggunakan Libra untuk transaksi jual beli dan pengiriman uang lintas negara, maka Facebook bisa meraup laba yang sangat besar.

Ini yang dikhawatirkan bahwa Facebook melalui Libra Assocition bisa mendominasi dan memonopoli transaksi keuangan global tanpa melalui bank.

Belum lagi ketakutan pihak AS, bahwa Facebook bisa “mengulangi dosa lamanya” soal penyalahgunaan data pengguna.

Jadi, selepas sidang dengan DPR itu, proyek Libra ini kelihatannya akan melalui lobi-lobi yang sangat panjang. Belum lagi kemungkinan besar akan muncul peraturan baru soal ini di Amerika Serikat.

Di atas itu semua, pengayaan teknologi blockchain terhadap uang fiat, yang berskala besar, sudah dilaksanakan oleh Bank Sentral Tiongkok sejak 2014. Baru beberapa bulan lalu, mereka mengumumkan kesuksesannya membuat versi digital terhadap yuan/renminbi menggunakan blockchain.

Bagi Tiongkok, dengan uang digital itu lebih mempermudah jangkauan yuan ke seluruh dunia, karena biaya transfer jadi lebih murah, cepat dan terakses secara global. Kelak itu, tentu saja, akan dipadukan dengan WeChat Pay dan AliPay dan beberapa bank Tiongkok.

Kenyataan itu pula yang dijadikan Zuckerberg sebagai argumen kepada DPR, bahwa AS perlu uang dolar versi digital berbasis blockchain sama seperti yang dilakukan Tiongkok. Tentu saja ini agar supremasi dolar secara global tetap terjaga dan terus digunakan.

Di sini kita juga bisa tafsirkan bahwa muatan politik lintas negara bermunculan dan ini sangat masuk akal. Jikalau ada teknologi murah yang bisa mempromosikan uang sebuah negara di pentas dunia dan meluas, mengapa tidak digunakan. Hanya saja perlu rambu-rambu khusus. Kita masih menanti. Entah kapan. [*]

Be the first to write a comment.

Your feedback