Generasi Muda Generasi Kripto

Seorang sahabat karib kemarin berkisah kepada kami. Dia bilang begini, “Beberapa hari yang lalu saya bertemu dengan seorang jurnalis senior dan menyatakan keheranannya. Mengapa saya yang tiap hari hanya duduk-duduk saja di kafe, tapi tetap bisa menghasilkan uang. Perbandingan usia saya dan jurnalis senior itu sekitar 15 tahun.”

Sahabat kami itu tentu saja tak tenggelam dalam perdebatan alot soal duduk dan uang itu. Karena sejatinya si jurnalis senior tahu benar soal dinamika manusia muda masa kini: bisa kerja di mana dan kapan saja, asalkan ada akses Internet, kopi plus rokok.

Soal fleksibilitas kerja itu sebenarnya sudah diramalkan terjadi 30 tahun lalu. Sekarang pekerjaan seperti itu lazim disebut sebagai digital nomad (kerja sambil bertualang). Internet mengubah cara hidup manusia secara mendasar, serupa dengan penemuan minyak sebagai pusat energi industri. Lihat saja platform Topcoder dan Freelancer yang menggabungkan jutaan pekerja lepas dari sudut-sudut dunia. Setelah pekerjaan selesai mereka dibayar dengan dolar AS. Beberapa platform lainnya bersedia membayar dengan Bitcoin.

Belum lagi membahas soal Generasi Milenial yang lebih suka metode pembayaran daring yang dirasa lebih cepat dan murah. Ini, yang pada akhirnya sebagai pendorong minat belanja dan belanja, salah satu penciri khusus lainnya di Generasi Milenial.

Apakah itu sebuah fakta, perlu kita dekatkan dengan hasil survei terbaru eToro yang belum lama ini dirilis. eToro sendiri adalah perusahaan yang menyediakan platform perdagangan mata uang, saham, reksadana, termasuk aset kripto. Menurut hasil survei itu, ada minat yang tumbuh dalam investasi bitcoin dan aset kripto di kalangan Generasi Milenial dan generasi muda, karena mereka berurusan dengan efek jangka panjang dari krisis keuangan global dan kurangnya kepercayaan pada sektor jasa keuangan tradisional.

Hampir setengah dari pedagang daring (online) milenial (43 persen) memiliki kepercayaan lebih pada bursa kripto daripada pasar saham di Amerika Serikat. Survei terhadap 1.000 pedagang daring di eToro itu, dibandingkan dengan 77 persen responden Generasi X (generasi sebelum generasi Milenial), yang memiliki kepercayaan lebih pada perdagangan saham.

Selain itu, 59 persen responden di semua kelompok umur yang tidak berdagang kripto mengatakan, mereka akan menginvestasikan lebih banyak uang dalam kripto jika memang ditawarkan oleh lembaga keuangan tradisional. Lalu, hampir semua (92 persen) pedagang kripto saat ini akan merasa lebih nyaman berinvestasi dalam Bitcoin dan jenis kripto lainnya jika ditawarkan oleh lembaga keuangan tradisional.

“Kami melihat awal dari pergeseran generasi dalam kepercayaan dari bursa saham tradisional ke bursa kripto,” kata Guy Hirsch, Direktur Pelaksana eToro Amerika Serikat.

Kata Hirsch, pengalaman investor yang lebih muda dengan pasar saham telah melihat banyak kehilangan kepercayaan, dengan jatuhnya Lehman Brothers (2008) karena praktik yang tidak bertanggung jawab diikuti oleh resesi terburuk sejak krisis keuangan parah di Amerika Serikat pada tahun 1929-1939.

“Kepercayaan semakin terkikis ketika orang Amerika melihat bagaimana ratusan miliar dolar uang pembayar pajak disalurkan ke lembaga keuangan terbesar sementara tabungan mereka menguap dan bagaimana bank mendapatkan uang gratis melalui pelonggaran kuantitatif sementara biaya hidup mereka terus meningkat,” kata Hirsch.

Survei ini kiranya adalah berita baik bagi investor dan pedagang Bitcoin termasuk rencana Bakkt yang membuat produk reksadana Bitcoin. Asal tahu saja Bakkt ini terafiliasi dengan bursa efek New York yang terkenal itu.

Masalahnya, Komisi Sekuritas dan Bursa AS mengkhawatirkan adanya potensi manipulasi harga ketika Bakkt melahirkan produk itu, sebab pasar spot (langsung) aset kripto masih menyimpan sejumlah potensi itu, karena ekosistem sosial yang menyertainya. Di titik ini, sebenarnya belum ada titik temu antara perusahaan generasi tua dan ekosistem muda yang relatif lebih bebas dan desentralistik.

Yang pasti, perusahaan-perusahaan tradisional tidaklah abai soal potensi dan cara berpikir Generasi Milenial. Karena bagaimanapun ini pasar yang besar dan sayang untuk dilewatkan. []

Be the first to write a comment.

Your feedback