Halusinasi Massal Bitcoin?
Anda mungkin pernah membaca ungkapan berikut ini: Bitcoin adalah ilusi, halusinasi massal. Bitcoin itu hanya angka di dunia maya, sebuah fatamorgana, gelembung besar yang siap pecah lalu tak bernilai. Bitcoin tidak didukung oleh apa pun selain keyakinan orang-orang bodoh yang membelinya dan orang-orang bodoh yang membelinya dari orang-orang bodoh yang lebih kecil ini. Kami harus mengatakan, sebagian dari ungkapan itu benar (bagi orang-orang yang tak paham tentang cara kerja uang).
Sayangnya, hal serupa terjadi pada uang dolar AS dan uang-uang lainnya di dunia, yang kita sebut fiat money. Maka uang dolar adalah ilusi, jikalau kita menggunakan ungkapan di awal artikel ini. Dolar AS juga terdiri dari angka-angka, baik yang berbentuk kertas atau angka virtual di aplikasi mobile banking Anda.
Apakah fiat money itu itu didukung oleh aset lain yang bernilai seperti emas. Tidak, setelah tahun 1970-an, ketika Amerika Serikat dan sejumlah negara sekutu lain memutuskan meninggalkan emas sebagai patokan nilai dolar AS. Lantas beralihlah dunia ke nilai uang yang disandarkan pada derajat besaran penawaran dan permintaan terhadap uang, sekaligus menjadikan uang dolar sebagai acuan kurs mata uang negara lain.
Di titik ini dolar AS tidak didukung oleh apa pun selain keyakinan dan kepercayaan “orang-orang bodoh yang menerimanya sebagai pembayaran dan orang-orang bodoh lainnya yang pada gilirannya setuju untuk menerimanya sebagai pembayaran mereka”. Perbedaan utama adalah bahwa, untuk saat ini setidaknya, ilusi, dalam hal ini dolar AS, lebih luas dan lebih kuat diyakini. Tragis, bukan?
Faktanya, hampir semua dolar AS, sekitar 90 persen, adalah murni abstrak alias semuanya benar-benar tidak ada dalam bentuk nyata apa pun. James Surowiecki, Jurnalis New Yorker menulis, pada 2012 hanya sekitar 10 persen dari jumlah uang beredar AS, sekitar US$1 triliun dari total sekitar $10 triliun, ada dalam bentuk uang kertas dan koin. Ia menegaskan, tidak ada yang menghentikan sistem perbankan untuk menghasilkan lebih banyak dolar. Dari US$13,7 triliun pasokan uang per Oktober 2017, US$13,5 triliun diterbitkan setelah tahun 1959.
Godaan bagi para pemimpin negara-bangsa untuk menghasilkan uang secara historis praktis tak tertahankan. Salah satu hasil nyata dari kecerobohan ini adalah inflasi: Daya beli US$1 pada tahun 1959 sekarang sedikit di bawah 12 sen.
Karena dunia meninggalkan emas fisik sebagai acuan nilai uang, maka Bitcoin yang berteknologi blockchain dibuat. Di mana sebagian darinya digunakan untuk mengatasi kelemahan historis ini. Setelah 21 juta bitcoin ditambang, sekitar tahun 2140, sistem tidak akan menghasilkan lagi Bitcoin baru lagi. Cukup hanya 21 juta Bitcoin. Anda pasti membayangkan kelangkaan emas. Ya, Bitcoin memang mensimulasikan karakter emas yang Anda sukai itu. Keren, kan?
Seperti yang kami sebutkan di awal, ungkapan miring terhadap Bitcoin hanya berlaku sebagian. Itu pun kalau Anda masih penasaran. Berbeda dengan uang fiat, transaksi pada sistem Bitcoin dicatatkan dalam buku besar (ledger) dan informasinya yang terperinci bisa dilihat, diawasi oleh semua orang, termasuk pemerintah ataupun bank. Tetapi, dalam hal ini bank dan pemerintah tidak dapat secara langsung masuk ke dalamnya. Atau dengan kata lain, prosesnya secara keseluruhan tidak bergantung pada kedua entitas sentralistik itu.
Maka, semua alasan umum terhadap kripto seperti Bitcoin, dan teknologi blockchain yang mendasari mereka, akan selalu berbeda. Semuanya tergantung Anda, ya pada keyakinan dan kepercayaan Anda. Itupun kalau Anda masih penasaran dan banyak mencari tahu (lagi). []