Jelajah Kontroversi USDT

Kontroversi Tether (USDT) semakin berlanjut. Berdasarkan informasi dari CCN, pada Rabu, 17 Oktober lalu bursa kripto Bitfinex mentransfer 50 juta USDT ke Tether Treasury. Transfer ini adalah kali keenam sejak USDT di-listing di Bitfinex pada Januari 2015. Tether Treasury adalah wallet khusus yang dikendalikan langsung oleh penerbitnya, yakni Tether Limited. Dalam penelusuran rich list di wallet Tether, ada 786.678.763 USDT yang tersimpan. Itu bermakna sejumlah itulah USDT yang ditarik dari sirkulasi, sekaligus dapat diyakini bahwa USDT di Tether Treasury itu tak dapat ditebus (redeem) dengan dolar sungguhan, jikalau dianggap Tether Limited memang memiliki sejumlah uang itu.

Pada Oktober 2018 Tether Limited tidak menerbitkan kripto baru. Terakhir kali USDT masuk sirkulasi pada 21 September 2018 lalu, ketika Tether Treasury mengirimkan 50 juta USDT ke Bitfinex.

Pada saat itu market cap USDT mencapai US$2,8 miliar. Namun, pada bulan berikutnya, circulating supply USDT turun hingga US$610 juta. Atau dengan kata lain jumlahnya turun hingga 22 persen. Hingga tulisan ini diterbitkan market cap Tether berdiri di kisaran terendah, US$2,16 miliar. Itu bermakna USDT diperdagangkan di bawah harga US$1 sejak 15 Oktober 2018. Untuk kategori stablecoin, yang disebut dijamin uang dolar AS, USDT jelas kehilangan pamornya. Trader tak banyak berminat membeli, hingga harganya bertengger di US$0,92.

Berdasarkan data dari Cryptocompare, selama satu bulan terakhir USDT tertekan sebesar -3,21 persen dengan volume total mencapai 112,06 juta USDT atau setara dengan US$110,57 juta. Harga tertinggi tercatat pada Rabu, 3 Oktober 2018 di hargar US$1,02. Sementara harga terendah tercatat pada 4 hari yang lalu, di kisaran US$0,86.

Masih berdasarkan informasi dari CCN, ada penarikan USDT secara masif pada 3 dan 9 Oktober 2018, yang mencapai US$110 juta. Kemudian sisanya US$500 juta ditarik hanya dalam rentang 3 hari, yakni 14-17 Oktober. Itu menandai penurunan hingga 19 persen.

Menurut CCN penyebab kejadian ini sangat dimungkinkan, karena ada sejumlah banyak pemegang USDT mulai menjualnya dan mengalihkan dananya ke jenis stablecoin lain, seperti Paxos, Gemini dan Circle, baik secara langsung ataupun melalui bursa kripto. Tetapi CCN menyoroti, bahwa kenaikan stablecoin itu, bukan secara langsung disebabkan oleh turunnya valuasi USDT.

Berdasarkan data Coinmarketcap, hari ini USDT menclok di US$0,980 per USDT. Volume perdagangan tertinggi ada di Binance yang mencapai US$135,6 juta di harga 0,977. Harga tertinggi berpasangan dengan BTC, ada di Bitmart dengan US$1,29, bervolume US$26,7 juta.

Namun demikian, berdasarkan catatan Cryptovest, pengaruh USDT masih terlihat mentereng dengan sirkulasi yang rendah ini. Lebih dari 60 persen perdagangan Bitcoin adalah bersama USDT, menjadikannya sebuah tanda menjual lebih banyak lagi atau kembali membeli Bitcoin. Patut dicatat, bahwa perdagangan USDT mencapai lebih dari 21 persen perdagangan keseluruhan kripto yang ada.

Tak dapat dielakkan persoalan ketidakjelasan cadangan uang dolar yang dimiliki oleh perusahaan Tether termasuk Bitfinex, yang diketahui punya andil melahirkan USDT. Pada 30 Januari 2018 Bitfinex dan Tether (kedua berbasis di Hong Kong) dituntut ke pengadilan oleh Commodity Futures Trading Commission (CFTC), karena dicurigai tidak memiliki cadangan dolar yang cukup di akun bank mereka atau perusahaan yang dijadikan rekanan penyedia dolar. Hingga detik ini tuntutan itu tak jelas dan tak diungkit kembali.

Riwayat USDT dapat ditelusuri pada Januari 2012 silam, ketika J.R Willet menjelaskan pada sebuah whitepaper, soal kemungkinan membuat mata uang baru di atas Protokol Bitcoin. Willet mencoba menerapkan ide pada Mastercoin (di bawah Mastercoin Fundation, yang berubah nama menjadi Omni Foundation) untuk memperkenalkan “second layer”  itu.  Berikutnya Protokol Mastercoin akhirnya dijadikan fondasi bagi Tether.

Dalam prosesnya, salah satu petinggi Mastercoin Foundation, yakni Brock Pierce menjadi pendiri Tether Limited yang terdaftar di Hong Kong. Sementara itu pendiri Tether lainnya, yakni Craig Sellars adalah CTO di Mastercoin Foundation. Pada saat itu Tether diterbitkan pada blockchain Bitcoin melalui Omni Layer Protocol.

Sebutan Tether sebenarnya tidak dipakai setelah November 2014. Pada Juli 2014, Brock Pierce, Reeve Collins dan Craig Sellars mengumumkannya sebagai “Realcoin” dan diedarkan pada 6 Oktober 2014 di atas Blockchain Bitcoin. Baru kemudian pada 20 November 2014, CEO Tether, Reeve Collins memperkenalkannya sebagai Tether.

Pada Januari 2015 untuk kali pertama Tether mendarat di Bitfinex dengan simbol USDT. Walaupun disebutkan antara Perusahaan Tether dan Bitfinex adalah dua entitas terpisah, pada November 2017 diketahui CEO Tether dan Bitfinex adalah sama, yakni Jan Ludovicus van der Velde. Bitfinex sendiri terdaftar di British Virgin Islands pada tahun 2014 sedangkan Tether Holdings Limited terdaftar di Hong Kong.

Pada kali pertama di Bitfinex, transfer dolar AS atas jual beli USDT menggunakan layanan perbankan di Taiwan, termasuk menggunakan jasa Wells Fargo, bank ternama yang berbasis di Amerika Serikat, supaya bisa menjangkau nasabah di luar negeri. Namun, pada 18 April 2017, secara sepihak Wells Fargo memblokir semua transaksi Tether.

Baru kemudian pada Juni 2017 Tether mengumumkan memadukan USDT pada blockchain Ethereum, menggunakan ERC-20. Hingga saat ini ada 4 token yang dibuat mengacu pada Tether, yakni: USDT pada Omni layer Bitcoin, Euro Tether pada Omni layer Bitcoin, USDT pada ERC-20 token dan Euro Tether pada ERC-20 token. []

Be the first to write a comment.

Your feedback