Jelang Listing Saham Coinbase, Nilai Kripto Terdampak?
Coinbase, perusahaan bursa aset kripto terbesar di Amerika Serikat (AS) akan melantai di bursa efek Nasdaq pada Rabu, 14 April 2021 mendatang. Sahamnya, bersimbol COIN, bakal laku keras? Dan bagaimana dampaknya terhadap nilai pasar aset kripto itu sendiri?
Kendati sudah tumbuh besar dari sisi pendapatan, menjadi perusahaan publik dengan me-listing saham masih jadi dambaan perusahaan di sektor aset kripto. Pasalnya, investor awal perusahaan bisa dengan cepat menjual kepemilikan sahamnya.
Dalam hal ini listing saham Coinbase bukan menggunakan mekanisme IPO (Initial Public Offering) biasa, melainkan direct listing.
IPO biasa memerlukan penerbitan saham baru dan ditawarkan kepada publik. Sedangkan direct listing tidak diperlukan, karena yang ditawarkan adalah saham para investor awal ketika perusahaan baru saja didirikan.
Pun lagi, direct listing tidak memerlukan jasa underwriter yang biasanya tidak murah.
Pertumbuhan cadas pasar aset kripto (yang dipimpin oleh Bitcoin, sudah naik 800 persen selama setahun), dilihat sebagai basis valuasi perusahaan manapun yang sudah malang-melintang di kelas aset baru itu untuk menampung modal dari publik.
Coinbase Rabu nanti juga peristiwa yang bersejarah sebagai perusahaan pertama di dunia yang melantai di bursa efek besar di Nasdaq, untuk kategori pengelola bursa aset kripto.
Dilansir dari Reuters, Coinbase menerbitkan 114,9 juta lembar saham yang bernilai sekitar US$68 milyar atau sekitar Rp993,7 triliun.
Maklumlah, Coinbase adalah pemimpin pasar di AS untuk urusan jual-beli aset kripto. Informasi berikut mungkin bisa dijadikan sandaran valuasi saham Coinbase.
Menurut Coinbase, dilansir dari Yahoo Finance, lonjakan pengguna aktif awal pekan ini, menjadi 6,1 juta, dari 2,8 juta pada kuartal keempat tahun 2020.
Sementara itu pengguna terverifikasi, melonjak dari 43 juta pada akhir Desember menjadi 56 juta. Itu pun terbagi menjadi dua kategori, baik individu maupun perusahaan.
Sebagai catatan Grayscale, Tesla dan MicroStrategy adalah 3 perusahaan besar yang membeli Bitcoin di Coinbase.
Coinbase mengklaim menghasilkan pendapatan sekitar US$1,8 miliar pada kuartal pertama tahun fiskal (2021).
Pendapatan sebesar itu lebih dari yang diraih di sepanjang tahun 2020. Coinbase merencanakan raihan tambahan antara US$730 juta-800 juta di pada kuartal pertama tahun 2021 ini. Pada tahun lalu, itu menghasilkan pendapatan US$1,3 miliar dengan keuntungan sekitar US$322 juta.
Volume perdagangan di Coinbase disebut-sebut mencapai US$335 miliar pada kuartal tersebut, dibandingkankan dengan US$193 miliar pada tahun lalu.
Aset pada platform-nya naik menjadi US$223 milyar, dengan US$122 milyar dari pengguna institusional.
Hingga detik ini belum ada berapa harga saham per lembar yang akan dilepas pada Rabu nanti. Sejumlah pihak memperkirakan akan dibuka di harga cukup premium, sekitar US$400 per lembar.
Sejumlah pialang ritel siap memperdagangkanya, seperti Fidelity, Robinhood, Etrade atau Charles Schwab.
Nah, listing Coinbase pada Rabu nanti tetap akan menjadi sejarah tersendiri, baik untuk pasar modal di AS, serta tonggak penting pasar aset kripto.
Bahwa apresiasi besar terhadap kelas aset baru itu, memang tercermin lewat listing itu, terlepas apakah nanti saham Coinbase benar-benar dinantikan dan bisa laku keras.
Jikalau kita memproyeksikan bahwa pasar aset kripto akan terus berlanjut positif di masa depan, tidak hanya soal pertumbuhan baik dari segi bursanya, maka langkah Coinbase bisa saja diikuti oleh bursa lain, misalnya Kraken ataupun Binance.
Toh, dengan masuknya Coinbase ke ranah instrumen investasi tradisional seperti itu menjadi “iklan” sangat besar terhadap aset kripto itu sendiri. Atau di sisi pasar ini akan memompa semangat investasi yang lebih besar lagi. Kita nantikan. [triv]