Kembara Tekno Kripto

Kita dapat menyebut kalimat berikut ini sebagai sebuah hakikat: “Manusia merasa sedikit ingin berbeda dengan manusia lainnya. Hanya sedikit, tetapi tetap ingin sama”. Kalimat itu bisa jatuh dari mana saja, tetapi sebagian dari Anda pernah mengalami itu, alih-alih pernah membacanya dari beragam acuan buku.

Mari kita gunakan hakikat itu sebagai sebuah pendekatan tentang pengembaraan kita ke dunia teknologi. Di pertengahan tulisan ini, kita sedikit banyak masuk ke teknologi blockchain dan kripto yang sekarang tengah dinikmati dunia.

Ini metafora pikiran kita. Anda memasuki gerbang sebuah planet baru. Yang benar-benar baru. Di planet itu, Anda ingin menyambungkan dua kayu tetapi paku tanpa palu. Apa yang bisa Anda lakukan terhadap paku tanpa adanya palu? Keputusan paling rasional adalah Anda pasti mencari alat lain pengganti palu yang fungsinya serupa dengan palu. Katakankah Anda akhirnya menggunakan batu. Di titik ini tujuan menyambungkan kayu tercapai.

Di hari lainnya dengan tujuan serupa, Anda tidak mendapatkan batu serupa yang cukup kukuh agar paku menancap sempurna pada kayu. Langkah paling masuk akal adalah Anda pasti mencari satu benda yang sifatnya permanen dan dapat digunakan kapan dan di mana saja.

Perhatikan, di dua situasi yang berbeda, antara menggunakan batu dan merencanakan mencari yang mirip batu adalah keputusan mencari pembeda untuk tujuan yang paling sering dilaksanakan. Situasi kedua mendorong kita mencari solusi jangka panjang. Cara mencari solusinya adalah inovasi atau jikalau bisa kolaborasi dengan manusia lain.

Hal yang sama kita temui, jikalau kita menggunakan metafora serupa terhadap Bitcoin dalam konteks perubahan teknologi. Bitcoin di mata Satoshi Nakamoto adalah solusi dari permasalahan yang ia temukan di benak pribadi manusia dan struktur sosialnya. Satoshi membatin, bahwa uang fiat yang tak terbatas jumlahnya berdampak buruk pada sistem moneter sebuah negara. Ia juga menarik kesimpulan dari dunia keuangan, bahwa pihak ketiga, misalnya bank sebagai jembatan transaksi pengiriman uang adalah sistem yang buruk.

Satoshi Nakamoto adalah aktor pembeda dalam pendekatan yang kita sebut di awal. Keinginan berbeda adalah sesuatu yang alamiah, untuk membawa kesosialan kita ke ranah yang benar-benar baru. Dan Satoshi berhasil membawa itu ke dunia nyata. Bitcoin dan kripto lainnya membawa kita kepada nalar alamiah kita, yakni kebebasan individu, kebebasan membuat kripto sendiri, kebebasan mencetak cuan sendiri.

Namun, di atas itu semua, jikalau kripto kita isolasi dalam jargon harga, lalau apa gunanya. Kita lupa, atau pura-pura lupa, bahwa nilai (value) lebih baik daripada harga itu sendiri. Dengan niatan baik membuat kripto untuk masyarakat adalah niat memunculkan nilai itu.

Lalu, nilai apa yang bisa ditawarkan si pembuat kripto, jikalau dalam jangka pendek ia hanya ingin mencari uang berlabel harga itu? Sekejap mata ia pun kabur bersama uang Anda. Itu pencarian atas harga bukan Nilai.

Nilai dibentuk dalam jarak pandang yang kecil itu biasanya lama. Di awal bisa jadi nilai dan harga muncul bersamaan, tetapi harga yang naik hari ini tidak selalu mencerminkan nilai di masa depan atau di saat itu juga.

Dalam konteks mencari peruntungan di dunia kripto, mencari harga dan imbalan besar tidaklah keliru. Tetapi ketika Anda mampu membentuk nilai, yakni didorong oleh kejujuran, keluhuran, kerja keras, keikhlasan, maka Anda tidak perlu mengejar harga ataupun boleh Anda sebut sebagai uang itu.

Uang atau kripto akan menghampiri Anda, jikalau Anda mampu membentuk nilai-nilai yang baik: berfungsi sosial, luas, jangka panjang, penting dan bukan aji mumpung.

Be the first to write a comment.

Your feedback