Ketika Petambang Bitcoin Tiongkok Memang Harus Pindah

Petambang Bitcoin

Sepertinya memang tak bisa ditawar-tawar lagi. Demi mendapatkan predikat negeri bebas emisi karbon tahun 2026, pemerintah Tiongkok sejak Sabtu (19 Juni 2021) memerintahkan penutupan kegiatan tambang Bitcoin di Sichuan. ini adalah provinsi ketiga yang sudah dirazia, setelah awal Mei 2021 lalu. Ketika Anda membaca artikel ini, sejumlah kecil pengelola sudah mengirimkan alat tambang mereka ke Amerika Serikat. Sebagian lagi ke Kazakhstan, bahkan ke Rusia.

Pada 20 Juni 2021 lalu, Kepala Biro CNCB Beijing Eunice Yoon sudah memastikan tindakan keras pemerintah Tiongkok itu.

Ia melansir sejumlah pemberitaan di media lokal, bahwa pemerintah pimpinan Presiden Xi Jin Ping itu akan membersihkan negara itu dari 90 persen petambang Bitcoin hingga akhir Juni 2021 ini.

Sejumlah perusahaan yang selama ini memasok arus listrik ke tambang, diminta segera menghentikan aksi mereka.

Yoon sudah menyaksikan sendiri, di Shenzhen beberapa perusahaan logistik sedang mengepak sekitar 3 ton mesin tambang Bitcoin. Semuanya akan sampai di Maryland, Amerika Serikat, kata Yoon.

Yoon juga menyampaikan, bahwa Bank Sentral Tiongkok kembali menegaskan soal pelarangan sejumlah bank dan perusahaan penyedia layanan keuangan lain untuk melayani transaksi terkait aset kripto.

“Mereka diperintah, segera mengenali transaksi terkait aset kripto dan memadamkannya. Kebijakan ini tak baru, tetapi kini lebih terperinci,” sebut Yoon.

Bank-bank tersebut adalah, Agriculture Bank of China, Bank of China, AliPay, China Construction Bank, China Postal Saving, ICBC, Industrial Bank.

Sementara itu, perusahaan tambang Bitcoin ternama, yakni BIT Mining mengaku akan segera angkat kaki sepenuhnya menuju Kazakhstan.

“Kami sudah mengirimkan sekitar 320 alat tambang kami ke Kazakhstan. Sisanya, 2600 unit lagi menyusul,” kata Xianfeng Yang CEO BIT Mining, dilansir dari Decrypt.

Sebelum razia di Sichuan, pelarangan aktivitas tambang Bitcoin sudah dimulai sejak Mei 2021, yang dimulai dari Xinjiang, Inner Mongolia, kemudian di Yunnan.

Sebagai catatan, per April 2021, Xinjiang adalah sentra tambang kripto di Tiongkok, mendominasi hingga 35,76 persen, berdasarkan data dari Universitas Cambridge.

Dan Tiongkok sendiri mendominasi total kekuatan hash rate tambang Bitcoin global, mencapai 65 persen. Amerika Serikat sendiri berada di peringkat kedua dunia, dengan kisaran 7 persen.

Sejumlah kebijakan dan peraturan terkait kripto oleh Pemerintah Tiongkok, bukanlah hal baru. Itu sudah berlaku sejak tahun 2013 dan berlanjut hingga tahun-tahun berikutnya.

Hanya saja tahun 2021 ini tampil sangat beda dan “terkesan lebih beringas”, karena yang disasar adalah industri tambang Bitcoin-nya, langsung ke jantungnya.

Namun demikian, dengan kebijakan baru ini sejumlah “pendatang baru” di dunia kripto terlalu was-was dan bahkan panik berlebihan.

Sebagian dari mereka, seperti yang tercermin di sejumlah sosial, bahwa gara-gara larangan keras itu Bitcoin akan padam dan tak berguna lagi. Mereka terlampau mengaitkan itu dengan harga Bitcoin yang luruh, mandi darah.

Menurut kami anggap itu sangat tak mendasar dan kurang membaca secara menyeluruh. Memang peristiwa ini sangat sulit dipercaya dan memang terjadi untuk kali pertama sejak 10 tahun terakhir.

Faktanya adalah industri tambang Bitcoin akan terus bertahan, karena permintaannya dari pasar terus bertambah. Petambang Bitcoin akan terus bertahan, karena yakin pasar ini bakal terus tumbuh.

Yang terjadi adalah “hijrah” petambang Bitcoin dari Tiongkok ke negeri lain. Artinya, hash rate Bitcoin akan kembali normal, setelah semua mesin terpasang kembali. Mesin-mesin itu hanya perlu menemukan rumah barunya. Itu saja.

Yang perlu kita lakukan sekarang adalah duduk manis dan perhatikan pasar kembali dengan kacamata yang lebih sehat. Lihatnya apa yang dilakukan perusahaan MicroStrategy kemarin, sudah membeli Bitcoin lagi setara Rp7 triliun! Mereka melihat itu sebuah peluang, sebagaimana yang kami sampaikan di blog kami ini di hari-hari lampau.

Mereka juga tengah mempersiapkan dana setara US$1 milyar lagi untuk membeli Bitcoin, hasil penjualan saham mereka. Ini adalah dasar permintaan terhadap Bitcoin yang sangat besar.

Asal tahu saja, sang CEO MicroStrategy, yakni Michael Saylor sudah jauh-jauh hari mempersiapkan Dewan Tambang Bitcoin di AS.

Artinya, industri tambang kripto wahid ini tidak mati, hanya berpindah wilayah saja dan AS siap untuk menampung pebisnis Bitcoin asal Tiongkok.

Jangan lupa pula lihat sejumlah bank besar, seperti JPMorgan sudah menjual produk investasi bernilai Bitcoin. Mereka bekerjasama dengan CME Groups yang sudah masuk ke produk ini sejak Desember 2017.

Sekali lagi, duduk manis dan perhatikan, kita belum di puncak harganya. [triv]

Comments are closed for this post.